"Menikmati luka yang semakin dalam, kecewa sudah biasa pada akhirnya hanya tersisa lara tanpa ujung"
_Raka Derana Kanagara_
Happy Reading
***
Sampai pada masa dimana hati tak pernah merasa layak tuk bahagia, berkali-kali di jungkir balikkan dengan fakta yang seakan mengubur jiwa.
Tiap kali mencoba untuk mendekat, dorongan akan fakta membakar raga.
Cowok dengan alis tebal, mata tajam bak elang itu menunduk di tengah tamaram lampu.
Merasa buruk, merasa tidak pantas semakin hari semakin tidak baik-baik saja.
Meremat kuat dada kiri, remaja bernama lengkap Raka Derana Kanagara itu terduduk di atas dinginnya ubin.
Ia benci fakta yang belum lama ini ia ketahui, ia benci jika kelak akan dipaksa pergi.
Mengetahui sesuatu yang ada dalam dirinya kini tidak baik-baik saja, menjadikan rasa takut di tiap detiknya.
Apa yang akan terjadi jika mereka tau beban berat apa yang kini dipikul seorang diri.
"Kenapa harus gue, dari sekian masalah yang ada kenapa semuanya ada dalam diri gue" lirihnya merasa sesak.
Dada yang dahulu bergemuruh hebat kini detaknya terasa menyakitkan.
"Gue mau mereka ngelihat gue ada, gue mau mereka menganggap gue sama. Tapi kenapa sesulit itu" ucapnya dalam kesunyian.
Ia selalu berjuang untuk terlihat ada, tapi sayangnya hanya berakhir sia-sia.
Dia satu-satunya orang yang tak mendapat arti kasih sayang keluarga yang sebenarnya.
Meskipun jiwa berkata masih butuh topangan kedua orang tua, ia tak akan mendapatkannya.
"Sesulit itu mendapat perhatian kalian, bahkan dengan keadaan Raka yang seperti ini pun gak bisa merubah apapun" berujar pedih menepuk dada kirinya.
"Ken yang hanya orang baru berhasil dengan mudah mendapatkan apa yang selama ini Raka perjuangkan" miris sangat miris.
Mengingat ucapan dokter yang ditemui pagi tadi, membuat dirinya hanya mampu merenung.
Mungkin memang ini jalannya, suatu saat nanti ia memang harus pergi walau berat ia tak bisa apa-apa.
Raka melihat Ken yang berhasil menjadi topang cahaya kala dirinya tidak lagi sama.
Ken yang kelak akan menjadi cahaya indah mengganti dirinya yang hanya sebatas pelita kecil dalam luasnya semesta.
Bundanya bilang, jika Ken jauh lebih pantas menjadi bagian keluarga sempurna itu dan, itu benar.
"Suatu saat gue sendiri yang akan bilang ucapan selamat yang paling indah itu seiring kepergian gue" ucapnya dalam kesunyian.
Mereka tidak akan kehilangan sebab perlahan sosoknya akan terganti tanpa ada yang mengetahui.
Sakit, tentu saja.
Siapa yang tidak terluka kala orang asing bagaikan terikat sedangkan ia yang memiliki hubungan darah tidak pernah dianggap.
Apa Raka yang terlalu berlebihan dalam berharap?
Raka sudah mengusahakan berbagai cara, membuka peluang hubungan yang akan terjalin semakin kuat.
Namun naas, semakin dirinya mencoba ia terjerembab semakin dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Hurt
RandomSequel dari I'm Just Hurt. [Dianjurkan membaca cerita I'm Just Hurt terlebih dahulu, agar tidak bingung. Sekian terimakasih] Kepergian dari sosoknya menjadi pukulan terhebat untuk mereka yang ditinggalkan. Kehilangan terdahsyat yang mampu merubah s...