"Ada sebab ada akibat, setiap aksi pasti ada reaksi, dan yang berawal pasti berakhir. Selayaknya hubungan timbal balik."
_Raka Derana Kanagara_
Happy Reading
***
Percaya akan ungkapan 'Indah pada waktunya' terdengar klise memang, tetapi begitu adanya.
Apa yang terjadi hari ini belum tentu hasilnya akan dinikmati hari itu juga, bisa besok, lusa, setahun, lima tahun mungkin apa yang kita tanam baru mampu tuk di tuai.
Seperti bermain catur, kehidupan bukan masalah makan memakan, atau raja dan ratu tapi lebih dari itu kehidupan dapat diibaratkan dalam permainan catur dari papan catur yang diumpamakan pijakan hidup lengkap dengan pion-pion yang merupakan manusia itu sendiri.
Satu langkah akan mempengaruhi langkah berikutnya satu keputusan berdampak pada akhir permainan.
Sulit di percaya kini hari berlalu terasa menyenangkan, tanpa keraguan tanpa keterpaksaan. Setelah melepas keterikatan mencoba berdamai dengan diri sendiri ia merasa jauh lebih tenang.
Kali ini ia berjalan tanpa menyalahkan takdir tanpa mengeluhkan pahit kehidupan.
Percaya tidak percaya kini ia lebih sering tersenyum tanpa paksa, wajah tanpa lebam juga terlihat lebih bersemangat.
Sudah ia katakan bukan, setelah ini, ia akan lebih menghargai hidup, memahami diri sendiri dan belajar mencintai dirinya sendiri, akan ia coba melangkah tanpa menyalahkan siapapun, hidup adalah miliknya bagaimana mungkin ia berikan hak pada orang lain menjadikan dirinya boneka.
Bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi namun juga untuk semua pihak, menurutnya banyak yang diuntungkan dengan keputusan yang dibuat.
Mereka bisa berkumpul dan bahagia berlandaskan ikatan darah yang katanya jauh lebih penting, tanpa lagi ada seorang pembangkang menghalangi. Dan ia juga bisa lebih terbuka dengan sekitar, mencari 'hidup' dalam raga yang telah lama mati.
"Gila lo curang, gak adil!" seru Raka melempar kartu-kartu di tangannya ke atas meja.
Dua orang remaja laki-laki lainnya tertawa bangga seraya bertos penuh kemenangan.
"Mana ada curang kan lo sendiri ya bagiin kartunya" bela Karel mengambil gincu yang ia ambil diam-diam dari tas Ayara, semoga saja cewek itu tak menghabisinya setelah ini.
"Sini sini muka lo biar tambah burik" Dengan penuh ke estetikan Karel melukis wajah Raka.
"Kurang adab memang lo berdua" maki Raka kesal.
"Udah sih terima aja kenyataan, anyway bentar lagi lo jomblo deh kayaknya soalnya mana mau Aruna sama cowok spek orang gila kayak lo"
Raka mendengus mendengar ucapan Diki, dalam hati berbagai sumpah serapan digumamkan, wajah tampan nya kini sudah seperti buku gambar anak TK, sementara dua manusia itu tidak ada noda sedikitpun.
Ia merasa di nistakan oleh dua manusia kurang ajar, di apartemen miliknya dengan sofa serta tv yang menyala menjadi saksi bisu.
"Gue perhatiin belakangan ini lo kelihatan lebih fresh lebih hidup aja gitu, lo abis menang undian mobil kah?" ucap Karel meneliti wajah sahabatnya.
"Lebih hidup lebih hidup lo pikir selama ini gue gak hidup, gitu!" ketus Raka memainkan kartu Remi di tangannya.
Karel berdecak manusia ini tidak mungkin paham maksudnya, menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Still Hurt
RandomSequel dari I'm Just Hurt. [Dianjurkan membaca cerita I'm Just Hurt terlebih dahulu, agar tidak bingung. Sekian terimakasih] Kepergian dari sosoknya menjadi pukulan terhebat untuk mereka yang ditinggalkan. Kehilangan terdahsyat yang mampu merubah s...