⌗ 1O

213 13 1
                                    

Satu pembimbing dan dua murid itu sedang bertarung membasmi para monster. Yuika dengan lihai mengayunkan pisaunya ke sana kemari. Kecepatannya juga tak bisa dielak. Nanami dengan pisau besarnya yang masih terbalut, dan juga Yuuji dengan hantaman tangannya yang sangat kuat.

Tanpa sengaja pandangan Yuika mengarah ke Nanami yang sedikit kewalahan dengan banyaknya monster yang datang. Bahkan ia sampai tidak menyadari ada kutukan yang akan melompat dan menyerangnya dari belakang. Dengan segera Yuika berlari ke hadapan kutukan itu lalu merobek perut-nya (musuh). Namun tanpa diduga-duga, Nanami melindungi Yuika dari cakaran kutukan yang lainnya. Membuat baju Nanami robek dan meneteskan darah dari punggungnya.

Yuika yang melihat cakaran cukup besar terpampang jelas di punggung Nanami pun seketika kesal. Ia juga kecewa pada dirinya sendiri karena tidak berhasil melindungi sosok pria idamannya.

Tangan Yuika mengepal lalu mengeluarkan kobaran api berwarna biru. Matanya memutih seketika. Kutukan-kutukan yang tadi siap menyerang pun tiba-tiba terbakar habis dengan api yang warnanya sama persis seperti yang ada di tangan gadis tersebut. Bangunan itu kembali terlihat kosong seperti sedia kala saat Yuika belum bisa melihat para kutukan yang menjalar kemana-mana.

“Yuika, tanganmu terbakar!” Ujar Yuuji saat melihat tangan temannya yang perlahan melepuh dilahap api. Tidak seperti biasanya, Yuika seorang gadis lemah lembut dan tidak mudah marah pun tiba-tiba memiliki emosi yang memuncak karena satu hal.

Nanami terbatuk di lantai karena cakaran yang ia dapatkan. Yuika yang mendengar suara batuk kesakitan dari Nanami pun semakin marah. Kobaran api yang awalnya berwarna biru pun berubah menjadi warna hitam.

Mengetahui itu, Sukuna sang raja iblis yang bersemayang di dalam tubuh Yuuji Itadori pun tertarik dengan Yuika. Lelaki yang tak punya hati itu menampakkan mulutnya di pipi Yuuji.

“Bertukarlah tempat denganku, aku tertarik pada gadis yang terlihat lugu dan manis itu.” Ucap Sukuna. Itadori menolak permintaan Sukuna dikarenakan takut jika Sukuna akan menyerang Yuika. Namun hal itu tidak membuat Sukuna patah semangat dan dengan semangat ia menggerakkan jari Yuuji untuk menyerang Yuika. Apa yang terjadi? Tentu saja Yuuji menahannya sekuat tenaga.

“Takahashi-san, cukup untuk sekarang.” Ujar Nanami yang merasa benar-benar sakit. Yuika kembali ke bentuk awal, sang gadis manis tanpa amarah. Tubuhnya terasa sakit dan ia tak kuat lagi untuk berdiri. Dengan samar-samar Nanami meneriaki nama marga Takahashi agar gadis tersebut kembali pulih entah karena apa.

𓄲𓄲𓄲

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Yuika yang baru tersadar dari pingsannya pun kembali memejamkan matanya sebentar. Ia hanya ingat bahwa dirinya bersama Yuuji dan Nanami pergi berlatih dan membasmi kutukan-kutukan yang ada di gedung tua. Namun setelah kejadian itu, ia tak ingat apapun.

Ohayou gozaima~su! Kau sudah sadar, Yuika-chan?” Tanya Gojo yang baru saja tiba di UKS sekolah menemui muridnya.
Ohayou, Gojo sensei.” Balas Yuika dengan lemas. Gojo mendekatinya lalu duduk di kasur yang Yuika tempati.

“Bagaimana perasaanmu?” Yuika yang ditanyakan pun bingung harus menjawab apa. Ia hanya sanggup menggeleng. Gadis itu sibuk mengingat-ingat apa yang terjadi? Mengapa ia bisa berada di UKS?

“Yuuji mengatakan bahwa kau pingsan setelah menghabisi semua kutukan yang ada. Apa kau tidak ingat?” Tanya Gojo yang seolah-olah bisa membaca pikirannya. Seperti dukun saja, pikir Yuika.

“Aku? Menghabisi semua kutukan? Itu tidak mungkin, pasti Yuuji dan Nanami yang meratakan semuanya. Aku hanya menjadi beban.” Ucap Yuika sedih. Ia berpikir bahwa Gojo sedang bercanda. Namun Gojo menjawab dengan enteng dan meyakinkan Yuika, “begitu kah? Yang aku dengar, kau seketika menjadi kuat dan membakar semua kutukan dengan api biru milikmu.”

“Lihatlah tanganmu.” Ujar Gojo. Yuika terkejut bukan main saat melihat kedua tangannya diperban. Gojo mengatakan bahwa ia melihat tangan Yuika terbakar saat dibopong oleh Nanami. Lukanya cukup serius. Bahkan Ieiri pun sempat kewalahan dengan luka bakarnya.

“Nanami-san! Dimana Nanami-san?” Tanya Yuika yang tiba-tiba panik. Ia ingat bahwa malam sebelumnya, Nanami terkena cakaran di punggung. Ia sangat ingat bahwa Nanami terkena cakaran tersebut karena melindunginya.
“Oh, dia pulang setelah bangun lebih awal darimu. Katanya ada pekerjaan yang harus ia lakukan di rumah.” Jawab Gojo. Yuika yang merasa bahwa Nanami kecewa terhadapnya pun mulai menitikkan air mata. Ia sedih karena gagal melindungi Nanami.

“Hidupku sangat menyedihkan sampai-sampai aku tidak berhasil melindungi Nanami-san.” Lirih Yuika sambil menunduk. Tepukan pelan di kepala dapat Yuika rasakan. Tangan Gojo yang besar itu mengelus rambut Yuika sambil tersenyum lembut.

“Tidak ada hidup yang menyedihkan selain menjadi orang jahat, Yuika-chan. Kau adalah gadis spesial yang kami punya di sini. Tidak perlu merasa sedih, anggap saja orang-orang di SMA ini adalah keluargamu. Kita berjuang bersama.” Ucap Gojo yang membuat Yuika merasa tenang. Ia senang berada di sini. Rasanya akan lebih menyenangkan lagi jika ia pindah ke sekolah ini.

𓄲𓄲𓄲

Semua orang sedang berkumpul di tempat latihan. Para petinggi sedang memantau mereka. Begitupun dengan Gojo dan Nanami yang ikut memantau karena ia merupakan pembimbing sementara.

“Satoru, siapa gadis baru itu?” Tanya kakek yang merupakan sang kepala sekolah bernama Yoshinobu Gakuganji. Gojo menyeringai memberi kesan sombong lalu menjawab, “gadis Takahashi yang sulit ditemukan.”

Mendengar hal itu, seketika para petinggi terkejut. Bukannya apa, tapi menurut para petinggi clan Takahashi sudah lama lenyap dan yang menjadi keturunan terakhir adalah seorang pria. Tetapi dengan kepercayaan dirinya, Gojo mengatakan bahwa ia yang menemukan gadis Takahashi tersebut. Membuat para petinggi tidak percaya bahwa gadis itulah keturunan terakhir dari clan Takahashi.

“Yuika!” Seru Nobara. Yuika langsung menangkis serangan dari Mai Zenin menggunakan pisau pemberian Maki. Peluru tersebut membentur ke permukaan samping pisau. Suara tembakan tak henti-hentinya berbunyi. Namun Yuika yang memiliki lompatan tinggi dan badan yang flexible dengan mudahnya menghindar.

“Sial! Kau selalu menghindar, bocah!” Ujar Mai yang kesal. Yuika yang mendengar hal itu melirik Mai yang sedang duduk di batang pohon. Dengan kecepatannya, ia mendekati Mai lalu membungkuk di depannya. Gadis Takahashi itu menatap Mai dengan senyuman yang tidak biasa. Seperti bukan Yuika saja.

Gomenasai ne, senpai.” Ucap Yuika dengan tatapan yang sedikit meremehkan Mai. Gojo yang sedari tadi mengawasi Yuika pun terkejut dengan sikap Yuika yang bisa berubah 180°. Apa Yuika sakit hari ini?, pikir Gojo.

“Gadis sialan, kau bukan apa-apa tanpa pisau itu.” Ucap Mai. Yuika terkekeh layaknya seorang penjahat.
So desu yo ne?” Ucap Yuika lalu membuang pisaunya ke asal arah. Mai yang gentar pun menarik pelatuk dari pistolnya, namun ia kehabisan amunisi. tangan Yuika menurunkan pistol yang dipegang senior nya itu,


























































.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kau bahkan tidak ada apa-apanya dengan  pistolmu, senpai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau bahkan tidak ada apa-apanya dengan  pistolmu, senpai.”

𝗧𝗢𝗢 𝗢𝗟𝗗 || Kento Nanami ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang