⌗ 22

136 12 0
                                    

Lelaki dengan tinggi 180 cm itu sedang merapihkan lengan bajunya. Kacamata yang ia kenakan pun dilepasnya. Rambut yang sedikit berantakan itu ia rapihkan juga.

Saat sedang asik merapihkan penampilannya, seorang wanita menepuk pundaknya dari belakang membuatnya reflek menoleh.

“Fushiguro-san, Gojo sensei memanggilmu.” Ucap wanita tersebut yang seketika membuat Megumi terkejut dan merinding. Pasalnya, suara wanita tersebut sangatlah lembut bagaikan sutra.

“Oh. [Name]-san. Baiklah, terima kasih ya.” Ucap Megumi lalu pergi menemui Gojo. Langkahnya sedikit dipercepat. Mendengar suara [Name] tadi membuat Megumi bingung dengan perasaannya sendiri. Tapi ia berusaha untuk tidak memperdulikannya dan bergegas menuju kantor guru.

Pintu kantor diketuk, sahutan “masuk” dari dalam terdengar. Megumi pun membuka pintu lalu melihat Gojo yang sedang membaca koran dengan santai.

“Ada apa, sensei?” Tanya Megumi. Mata Gojo yang tertutup blindfold dapat melihat dengan jelas semburat kemerahan yang ada di pipi hingga telinga Megumi. Apa Megumi sedang kasmaran dengan seseorang saat ini?, pikir Gojo.

“Megumi, apa kau bermain kapur warna?” Tanya Gojo membuat Megumi kebingungan lalu bertanya, “tidak, memangnya kenapa?”

“Pipi dan telingamu merah.” Mendengar ucapan tersebut membuat Megumi reflek menutupi kedua telinga bersamaan dengan pipinya.
Sensei! Katakan saja mengapa kau memanggilku!” Ujar Megumi membuat Gojo tersenyum.

“Mungkin sebuah kekacauan akan terjadi padamu.”

Di sisi lain, Nobara dan Maki sedang berduaan di taman dekat kolam ikan. Mereka berdua mencelupkan kaki mereka ke dalam kolam tersebut sambil berbincang-bincang santai.

“Aku tidak percaya akan menjadi guru di sini.” Ucap Nobara. Maki sedikit melirik ke arah Nobara lalu membalas, “aku lebih tidak percaya seorang Satoru bisa menjadi kepala sekolah.”

Yap, Gojo sekarang adalah kepala sekolah yang baru sejak Yoshinobu Gakuganji mengundurkan diri. Sulit dipercaya namun itu kenyataannya.

“Maki-san, kira-kira bagaimana ya keadaan murid lain yang memilih untuk tidak menjadi guru di sini?” Tanya Nobara. Maki melepas kacamatanya lalu menatap langit biru di atas kemudian menjawab, “ntahlah, mungkin mereka memiliki pekerjaan selayaknya manusia biasa. Pekerjaan yang tidak mengikut-campurkan kekuatan terkutuk seperti kita.”

Mendengar hal itu, Nobara menghela napas lalu melihat ke arah bawah dimana ikan-ikan kecil seperti menggigiti kakinya di dalam air.

“Bagaimana [Name] bisa tenang saat Nanami-san sedang jauh darinya ya?” Gumam Nobara bertanya-tanya.

“Kau memanggilku, Kugisaki-san?” Tanya [Name] dari belakang membuat Nobara terkejut bukan main. Bagaimana perasaan kalian saat kepergok sedang membicarakan orang, dan orang itu sendiri yang memergoki kalian?

[N-Name]-san.. tidak ada. Aku hanya bergumam tidak jelas.” Jawab Nobara.

So desu yo ne. Baiklah, aku akan ke rumah kaca untuk melihat tanaman. Apa kalian mau ikut?” Tawar [Name] dengan senyuman hangatnya.
“Tidak, [Name]. Aku agak alergi terhadap serbuk sari.” Ucap Maki yang diikuti oleh Nobara, “aku juga tidak ikut.”

“Baiklah. Aku pergi dulu ya.” Ucap [Name] kemudian melangkah maju menuju rumah kaca yang berada agak jauh dari tempat ia berbicara dengan Nobara tadi.

Setelah sampai, [Name] langsung membuka kunci kemudian masuk untuk melihat ruangan yang harum dan penuh dengan warna-warni. Rasanya damai sekali melihat sekumpulan warna-warna yang berserakan acak tersebut. Tetapi dari semua warna yang cemerlang, [Name] malah mendatangi mawar hitam yang terlihat agak layu. Dengan segera ia menyiramnya lalu mengusap pelan daun dari bunga tersebut.

“Baru saja 5 hari aku tidak ke sini, kau sudah rapuh begini. Apa tidak ada yang merawatmu di sini?” Tanya [Name] kepada sang mawar. Senyuman penuh arti pun terukir di bibir [Name]. Aroma wangi yang semerbak itu memanjakan indra penciumannya.

“Oh! Selamat pagi, Lily. Kau tampak segar seperti biasanya.” Ucap [Name] menyapa bunga lily yang berada persis di samping bunga mawar hitam. Tak lupa juga tangan cantik tersebut menyiram bunga lily agar senantiasa terlihat segar.

[Name] mulai menyiram satu persatu pot dari tanaman bunga yang ada. Ada sekitar 40 jenis bunga yang ada di dalam rumah kaca tersebut. Dan itu [Name] sendiri yang merawatnya. Tidak ada yang akan membantunya jika ia tidak meminta tolong. Lagipula [Name] takut orang akan merasa repot jika dimintai tolong.

Ia ingat betapa sukanya dia pada bunga. Bahkan pernah bercita-cita untuk menjadi ilmuwan dan menciptakan mawar biru. Mawar ilusi yang bermakna ‘cinta yang mustahil’.

Sejak kecil, dia sangat mengagumi bunga dan tertegun saat tahu bahwa setiap bunga mempunyai makna tersendiri.

Lalu saat SMP, ia mulai suka berkunjung ke perpustakaan untuk mencari buku tentang bunga. Dimana ia menemukan informasi bahwa pigmen biru jarang ditemukan pada bunga. Oleh karena itu mawar biru hanya akan ada jika mawar putih dicelupkan dan direndam di dalam air cat biru. Dan menurut [Name], arti mawar tersebut akan rusak dan menjadi ‘cinta manipulasi atau cinta yang palsu’. Mawar putih yang memiliki makna ‘cinta yang suci’ itu menjadi rusak.

Namun seiring berjalannya waktu, [Name] mulai melupakan hal tersebut setelah ia melihat pria tampan yang selalu mencetak home run saat bermain base ball.

“Suatu saat aku akan menjadi ilmuwan dan akan menciptakan pigmen biru untuk mawar.” itu yang ia ucapkan 8 tahun yang lalu. Tepatnya sehari sebelum temannya mengajak untuk menonton pertandingan base ball bersama.

Setelah selesai memutar ulang waktu, [Name] kembali fokus untuk memberi sedikit pupuk kepada tanaman tertentu.

Selesai mengerjakan pekerjaannya, Ia melepas sarung tangan yang ia kenakan lalu bergumam seolah berbicara kepada tanaman-tanaman yang ada.

“Kalian semua akan ada kunjungan dari anak TK. Aku harap tidak ada yang terluka sehabis acara.”

“Apa aku juga boleh berkunjung?” Mendengar suara itu, [Name] membalikkan badan lalu melihat seorang lelaki di belakangnya sedang menatap dirinya dengan senyuman.














































.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“Kau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau..?”

𝗧𝗢𝗢 𝗢𝗟𝗗 || Kento Nanami ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang