12. Mom and Dad

2.3K 410 0
                                    

Karena kemarin mereka janji mau ke tempat Mama Papanya Gisya, dan disinilah mereka sekarang, di Makam ke dua Orang tua Gisya.

Gisya jongkok di tengah Makam Mama dan Papanya. Gisya mengusap kedua nisan Orangtuanya secara bergantian.

"Mama, Papa, Gisya datang sama Kak Tama."

"Kalian apa kabar di sana? Bahagia pasti ya?" Ucap Gisya sambil mengelus batu nisan Mamanya. "Gisya kangen sama kalian." Gisya berucap dengan nada lirih.

Gisya tersenyum kemudian, lalu melanjutkan kembali ucapannya. "Pasti kalian liat kelakuan Gisya Di sekolah ya? Gisya minta maaf. Gisya belum bisa jadi anak yang baik. Maaf banget."

Bumi berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Gisya. Bumi merangkul tubuh kekasihnya. "Gapapa nangis saja." Suruh Bumi sambil mengusap punggung Gisya.

Gisya menggeleng, "kalau aku datang ke sini nangis terus, Pasti Mama sama Papa sedih. Aku sudah ikhlas Kok." Jawab Gisya pelan.

Ini salah satu alasan kenapa Gisya menjadi anak yang susah di atur, sering mencari ribut saat Di sekolah. Dia cuma mau mendapat perhatian dari semua Guru.

Makanya Bumi tidak pernah marah saat Gisya berulah, dia paham betul tentang Gisya. Palingan saat berduaan dia cuma nanya tentang hukuman apa yang di berikan Di sekolah tadi.

Untung saja saat SMA Gisya memiliki teman yang benar-benar sefrekuensi sama dia. Kadang bumi ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada teman-temannya Gisya, karena sering membuat Gisya tertawa ataupun menjaga Gisya saat Di sekolah.

Gisya kehilangan Orang tuanya di saat dia kelas 8 SMP. Di mulai dari Ayah-nya yang kecelakaan, membuat Ibu Gisya shock berat dan terkena serangan jantung mendadak.

Bumi dulu pernah menjadi tetangga Gisya. Keluarga Bumi dan Keluarga Gisya sangat dekat, kadang sering kali mereka saling berbagi makanan jika Bunda Bumi atau Ibu Gisya baru saja memasak.

Bumi tidak menjadi tetangga Gisya lagi karena Bunda Bumi pindah tempat kerja, namun Bunda dan Ibu Gisya tetap saling bertukar kabar. Bumi yang sudah tidak bertetangga lagi dengan Gisya tiba-tiba mendapat kabar duka dari Bundanya.

Bumi di suruh pergi Ke Rumah sakit sama Bunda, karena pada saat itu Bunda lagi berada di luar kota, jadi tidak bisa kesana.

Sesampainya Di Rumah sakit, Bumi melihat wanita bertubuh mungil yang sedang berjongkok. Tubuhnya bergetar hebat, tangisan pilu terdengar di lorong Rumah sakit yang sepi. Dia sendirian, tidak ada seorang pun yang merangkul atau memberi kata penenang.

Mama Papa Gisya sama-sama anak tunggal, Nenek dan Kakek Gisya juga sudah lama tiada. Makanya tidak ada keluarga Gisya yang datang.

Bumi berlari menghampiri Gisya untuk memeluk tubuh Gisya dengan erat. Gisya sempat kaget dengan kedatangan Bumi.

Di peluk Bumitama, tangisan Gisya semakin kencang, Bumi merasa bajunya basah akibat air mata Gisya.

"Kak Tama..."
"Kata Dokter, Mama Papa sudah nggak ada lagi." Gisya terisak dengan suara bergetar.

"Aku nggak punya siapapun lagi."

Bumi mengeratkan pelukannya, sambil terus melontarkan kata penenang buat Gisya. Tanpa sadar air mata Bumi ikut keluar, rasanya sedih mendengar tangisan Gisya yang terasa menyakitkan. Bumi langsung menghapus air matanya dengan kasar.

"Kamu tidak sendirian, masih ada Bunda dan saya disini Gis."
"Saya dan Bunda bakal nemenin kamu seterusnya, jangan sedih ya."

─‌─‌

Bunda sudah menganggap Gisya anaknya, dan Bunda pernah bilang ke Bumitama bahwa Bunda ingin menjadikan Gisya sebagai adik Bumi. Tetapi Bumi langsung menolak, Bumi memiliki rasa ke Gisya. Bumi pengen menjadikan Gisya sebagai kekasihnya, bukan adik Bumi.

Di sanalah tercipta awal kisah Bumi dan Gisya. Bumi mulai menyatakan cintanya ke Gisya, dan Bumi juga yang menyarankan Gisya masuk ke SMA yang sama dengan dia. Tetapi Gisya meminta ke Bumi untuk merahasiakan hubungan mereka. Karena Gisya tau, pengaruh Bumi Di sekolah benar-benar luar biasa, Gisya takut kalo nama Bumi ikut jelek karena dia.

Awalnya Bumi menolak, tapi karena terus di yakinkan oleh Gisya, dengan terpaksa ia pun harus menyetujuinya.

Selama itu juga Bumi selalu menjaga Gisya sesuai janjinya pada diri sendiri. Bumi kadang mengajak Gisya Ke Rumah kalau Gisya tidak ada teman Di rumah. Tenang, tidak bakal terjadi apa-apa. Karna Bumi tulus sayang ke Gisya, ia bakal melakukan kalau mereka di perbolehkan di mata Agama.

"Kak pulang yuk."

Lamunan Bumi terbuyar karena Gisya.

Bumi menganguk, lalu mengangkat tangan Gisya supaya berdiri.

"Aku tinggal sama Kakak ya. Di rumah nggak ada teman, Jeslin katanya ada keluarga dia yang nginep."

"Iya sayang." Sahut Bumi.

Bumi kemudian pamit kepada kedua Orang tua Gisya.

"Tante, Om. Saya pamit dulu sama Gisya. Ucapan saya sama seperti kemarin-kemarin, saya bakal terus jagain putri semata wayang kalian. Kalian tenang saja di sana. Kami pamit ya, nanti kesini lagi." Pamit Bumi.

Gisya tersenyum lalu menggenggam erat tangan Bumi. Melangkahkan kakinya menjauh dari tempat peristirahatan ke dua Orangtuanya.

***
jangan lupa vote and follow nya ya!

B U M I T A M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang