14. School

2.1K 375 4
                                    

"Berangkat sama aku ya." Ajak Bumi.

Gisya menggeleng, "aku sama Jeslin aja Kak, nanti dia jemput." jawab Gisya, lalu kembali mengunyah makanannya.

"Kenapa nggak sama aku?"

"Nggak ah. Kalau sama kamu pagi banget berangkatnya."

"Jangan sampai terlambat ya." Setelah menyelesaikan acara makan nya. Bumi langsung berangkat menuju Sekolah.

"Aku duluan ya, ada kegiatan hari ini." Pamit Bumi.

"Iya Kak, hati-hati."

"Kamu kalau sudah sampai Di sekolah, chat ya." Pinta Bumi, lalu Bumi meninggalkan Rumah duluan.

Gisya masih melanjutkan sarapan paginya, bahkan Gisya menghabiskan semua makanan yang ada di meja.

Drrtt drtt

Gisya melirik ponsel, siapakah yang sudah menelponnya sepagi ini. "Jeslin ternyata." Gisya menekan tombol hijau, lalu ponsel nya di taruh di samping telinga.

"Kenapa Jes?"

"Gis gue di jalan."

"Udah di mananya?"

"Bentar lagi sampai Di rumah Kak Bumi."

"Oh oke tunggu sebentar, aku siap siap dulu."

Terpaksa Gisya menghentikan sarapannya karena takut Jeslin bakal nunggu lama.

─‌─‌

"Kak Rene mana Sel?" Tanya Gisya yang melihat Sela Di parkiran motor, sama-sama baru sampai mereka.

"Nggak tau gue Gis." Jawab Sela.

"Kayaknya dia sudah berangkat duluan. Soalnya hari ini semua kelas 12 wajib datang pagi." Jelas Jeslin ikut nimbrung.

Gisya dan Sela mengangguk, "ayo Ke kelas."

─‌─‌

1 jam sudah terlewati, waktu istirahat sebentar lagi.

Rene datang ke kelas 11 2, di ikuti sama Osis kelas 12 lainnya.

Loh bentar, ada yang aneh.

"Kami dari pengurus Osis ingin menyampaikan sesuatu. Lusa nanti kami mau mengadakan acara, yang mana Sekolah lain ikut memeriahkan nya."

"Disini ada yang mau menunjukkan bakat, atau sekedar tampil?"

Dengan semangat gisya mengangkat tangan, "AKU AKU AKU WOIIII!!!"

"Mau tampil apa Gis?" Tanya Kak Rene.

"Nya─‌─‌"

"WOI KAK, SEJAK KAPAN LO JADI OSIS ANJIR?" Sela berteriak, memotong ucapan Gisya.

"Biasa, mau tebar pesona gue. Ke dedek dedek gemessss." Ucap Rene sambil mengibas ngibaskan rambut indahnya.

"Apa! berani lo ngusir gue hah?!" Rene menatap tajam ke salah satu Osis yang lagi menatapnya. Osis itu memberi kode ke Rene, supaya Rene tidak mengikuti mereka lagi. Namun dia tidak berani mengusir Rene.

"Akhhh!" Satu penghapus berhasil lolos mendarat di dahi Sela, pelakunya adalah Gisya.

"Gue belum selesai ngomong main teriak aja lo!"

"Sakit bego!" Sela melepas sepatunya, buat melempar ke kepala Gisya. Namun langsung di tegur oleh salah satu Osis.

"Jadi Gisya, mau nampilin apa?" Tanyanya setelah menenangkan sela.

"Nyanyi aja aku mah."

"Kalo gitu gue ikut!" Jeslin ikut mengangkat tangan.

"Gue juga mau dong!" Sela juga mengangkat tangannya.

Ketika ketiga teman nya ikut, dengan senang hati Rene mengajukan namanya buat ikut menampilkan sesuatu nanti.

"Kalian serius kan? Masalahnya ini bakal di tonton Sekolah lain." Tanya Osis ragu.

"Segitu nggak percaya nya ya lo sama kita." Sindir Gisya.

"Tulis aja kenapa sih, sini gue tulisin." Rene mengambil alih kertas dan pulpen, kemudian Rene menuliskan nama dia dan teman-temannya.

"Kami ikut juga!" Lutfi, Jaka, Cakra dan Jian mengajukan diri buat memeriahkan acara tersebut.

Gisya dkk langsung melakukan tos ke empat teman cowoknya. "Pasti keren penampilan kita!"

"Yoi!"

─‌─‌

Setelah berkeliling kelas, para Osis masuk Ke kantor Guru, kecuali Rene. Mereka tidak tau, Rene tiba-tiba ilang, tapi syukurlah tidak ada yang mengganggu lagi.

"Ini Pak yang mengajukan diri buat nunjukin bakat mereka." Ketua Osis mengasihkan kertas yang sudah berisi nama murid ke Pak Heri.

Pak Heri menganguk, lalu membaca nama nama Siswa dan Siswi yang tertulis di kertas. Dia berhenti tiba-tiba, lalu menatap Ketua Osis. "Gisya, Jeslin, Sela, Rene, Lutfi, Jaka, Cakra, Jian mau menampilkan nyanyi?" Tanya Pak Heri dengan nada terdengar ragu.

Ketua Osis hanya mengangguk pasrah.

"Astaga! Orang kayak mereka mau tampil nyanyi?!" Pak Heri sudah benar-benar di buat pusing sama kelakuan Gisya dan kawan-kawan. Masa mereka mau nampilin sesuatu yang benar-benar bukan bakat mereka. Masalahnya ini bakal di tonton Sekolah lain.

"Kami sudah tanya tadi, tapi di jawab sama mereka. Katanya 'segitu nggak percaya nya lo sama kami?'" Ketua Osis menirukan gaya bicara Gisya.

"Jadi dengan berat hati kami tulis nama mereka, itu juga yang nulis si Rene."

Pak Heri mendengus pasrah, "ya sudah deh terserah, harus berdoa banyak-banyak nih saya kalau gini."

"Lagian Pak, semua Guru kan nggak ada yang hadir di hari itu. Jadi Bapak nggak bakal malu-malu banget kalau ternyata penampilan Gisya dan teman-temannya kurang enak di lihat." Sela Ketua Osis.

"Benar juga kamu ya." Pak Heri bernapas lega.

***
jangan lupa vote and follow nya ya!

B U M I T A M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang