Bab 10 Tidak baik-baik saja

1 1 1
                                    

Bab 10 Tidak baik-baik saja

"Ada apa dengan tatapan kalian? Jika tak memberitahu setidaknya jangan buat aku penasaran!" kesalku padanya.

...

Gahel memalingkan wajahnya acuh tak acuh kemudian berjalan mendahuluiku. "Kenapa dengan sikapmu?"

"Kembalilah Yara, mereka mencarimu. Tetaplah bersama dengan mereka jangan hiraukan siapapun termasuk Saya Yara!"

Yara terdiam di tempatnya sebelum berbalik, berjalan ke arah berlawanan. "Emmm, aku pergi!"

"Yara!" panggilnya aku berhenti.

"Ya?"

"Dunia Rafalalda adalah tempat yang penuh tipu daya! Kau tidak tahu dan tidak tahu."

"Ta-tapi—"

Belum sempat melanjutkan Gahel sudah menghilang dari tempatnya—tak lama kemudian Araga muncul di belakang Yara menariknya untuk ikut bersama dengannya. "Sudah kakak bilang jangan berjalan terlalu jauh!"

"Kak Yara boleh tanya sesuatu tidak?" Dengan bingung Araga menatap adiknya menunggu kelanjutan kalimatnya. "Yara.... Yara melihat banyak darah, banyak air mata dan banyak luka? Mereka siapa?"

"Apa yang kau bicarakan Yara?" Jelas saja Araga tak mengerti dengan apa yang saat ini Yara katakan, dari balik sebuah pohon Gahel merasa cemas saat melihat kondisi Yara yang mulai jauh dari kata manusia normal. "Anak yang baik sepertimu, seharusnya tak terlibat dengan mereka pemilik keabadian!"

"Kak, mereka siapa?"

Araga menatap ke arah belakang, kiri kanan, atas bawah namun tak ada apapun yang membahayakan lantas apa yang Yara rasakan?

Sementara itu dalam pemikiran Yara hanya ada potongan-potongan manusia yang tergeletak di depannya. "Jika kau terus melanjutkannya maka hanya ini yang akan kau dapatkan Yara!" ucap seorang wanita padanya. Wajahnya terlihat pasif dan begitu dingin, bahkan tak peduli pada darah manusia yang injak dengan kaki telanjangnya. "Apa kau senang melihat ini?"

"Si-siapa? Siapa kau berani mengurusi urusanku! Semua hanya mimpi—"

"Tak ada yang namanya mimpi di dunia kami! Justru kamilah mimpi itu Yara."

Alis Yara malah berkerut bingung dengan maksudnya. "APA YANG KAU BICARAKAN? BERHENTILAH BERMAIN-MAIN DENGANKU!"

"Sadarlah, lihatlah masa depanmu yang penuh dengan genangan darah! Pilihanmu akan menghancurkan diri sendiri dan juga orang-orang yang tidak bersalah!"

"KAU HANYA ILUSI!" bantah Yara.

Wanita itu menghela nafas sebelum membuangnya perlahan menatap Yara dengan keras kepalanya. "Hentikan jantungmu jika tak ingin melihat orang-orang yang sayangi menghilang dari hadapanmu satu persatu!"

.
.
.

"YARA!"

Teriakkan itu membuat aku sadar, semua telah berkumpul namun kita tak berada di hotel melainkan di sebuah gubuk tua kecil. Ku lihat juga sang nenek yang memberiku bunga berbahaya tampak menyeduh deh untuk taman-temanku! "Ada apa Yara?" tanya kak Araga dengan wajahnya yang masih cemas.

Krik! Krik! Krikkk!

Suara jangkrik di hutan membuat Yara sadar kalau matahari telah berbenam. Yara menatap kakaknya dan juga teman-temannya dengan tatapan kosong— "kak, Yara mau istirahat!"

Araga langsung menyutujui permintaanku, saat ia menutup pintu telingaku tak sengaja mendengar kalau Gahel menyerang para turis di jalan dan beberapa penjual bunga tanpa sebab yang jelas.

.
.
.

Saat tengah malam tiba mataku terbuka, ku tatap Layly yang tidur di dampingku sembari memelukku erat seperti saudara kandung. Ku singkirkan tangannya berjalan menjauh dari kamar—melangkah perlahan agar tak membangunkan yang lainnya. Saat berhasil keluar tiba-tiba! "Toiletnya agak jauh mau kakak temani?"

"Ti-tidak udah, Yara udah besar dan lagi pula kakak masih seorang pria!"

"Ya sudah kakak tunggu di sini!"

Araga yang tak curiga masuk untuk mengambil teh hangat jika Yara kembali, tahu betul kalo Yara pasti tak bisa tidur. Tapi karena itulah Yara menyelinap ke arah berlawanan, ke arah hutan rimbun ... Berlari sekuat tenaga.

"Maafkan Yara kak, selamat tinggal!"

Baru berapa lama Yara pergi serangan terjadi di gubuk yang membangunkan semua orang! Benar saja, serangan tersebut berasal dari Gahel yang ingin meminta Yara di luar tugasnya sebagai user Blood. Gahel hanya ingin bertemu sebentar untuk membicarakan sesuatu!

"Dimana Yara?"

"Lihatlah User blood itu berulah lagi!" kesal Lesrix yang sudah tak sabar untuk menghabisi Gahel dengan tangannya begitu juga dengan Urareal yang sudah emosi pada perbuatan Gahel yang tak manusiawi.

Tapi kabar terburuklah yang harus mereka terima saat menyadari Yara yang tak berada bersama mereka. "Kau menculik Yara! Tak akan ku ampuni!" umpat Layly setelahnya. Mereka menyerang Gahel dengan membabi buta tapi Odelot dan Araga langsung mencari keberadaan dari Yara.

Jejak darah menjadi petunjuk mereka!

Sementara itu,

Hosh!

Hosh!

Hosh!

Dengan nafas yang tersegel-segel Yara sampai di sebuah tanah tandus di tengah hutan! Di situ Yara mencoba melepas segel yang Araga kaitkan padanya tapi gagal. "Itu Yara lakukan agar ia bisa mengakhiri hidupnya sendiri!"

"YARA! APA YANG KAU LAKUKAN?"

Araga dan Odelot sampai, tapi saat mereka hendak memasuki tanah lapang tubuh mereka terpantul. "Sial!" Odelot tahu kalau ada yang mencoba untuk menyedatkan Yara.

"Kak, Yara baik kok. Bi-bisa lepas segel yang terikat pada Yara?"

"TIDAK AKAN PERNAH!"

"Tapi kakak harus—"

"Apa yang coba kau katakan? Kau tak terlihat seperti Yara yang ku kenal? Tidak seperti adikku yang pembetani!"

Bagaimana bisa aku berani saat melihat masa depan kakak dan semua teman-temannya adalah... Adalah kematian. Tidak bisa, aku tak mungkin bisa! "Kak, Yara takut!"

"Ada kakak, kakak jaga kamu! Jadi kemarilah!" Yara menggelengkan kepalanya cepat. "Yara jangan uji kakak lagi! Sadarlah."

"Yara enggak suka masa depan Yara!"

Araga mengacak-acak rambutnya frustasi. Makin frustasi saat Yara mengeluarkan sebilah pisau tumpul dari sakunya! "Letakkan itu!" minta Yara.

"Yara dengarkan kakakmu itu, jangan seperti itu!" minta Odelot tak kalah panik. "Sebenarnya apa yang coba mengendalikan pikiran Yara, kelihatan tak begitu baik!"

Mata Yara yang memerah utuh menunjukkan pengendalian dirinya yang mulai hilang... Saat bola matanya Full berwarna merah darah sebuah tangan tiba-tiba memutupi matanya.

Dunia Rafalalda... Jiwa Yara di bawa ke dunia Rafalalda oleh sang pencipta dunia... Tuan tertinggi para User. "Jangan pikirkan apapun Yara!" bisik Rafalalda ditelinga Yara dengan nada pelan.

Tapi Yara yang masih diam di dunianya sendiri dengan tatapan kosong penuh air mata darah akhirnya berhenti saat merasakan panas di lehernya yang begitu menusuk. "A—"

Yara sadar dan Rafalalda segera mengembalikan jiwanya ke tubuh aslinya. Saat itu juga penghalang yang melingkari Yara menghilang!

Sedangkan Gahel yang sadar kalau tuannya Rafalalda telah mengikat seorang manusia lewat perjanjian darah semakin geram, pasalnya hidup manusia yang terikat itu hanya akan penuh dengan kekhawatiran.

"Saya bisa membunuh manusia manapun tapi tidak akan pernah bisa membiarkan Yara berada dalam kendali Rafalalda!"

...

Apa yang sebenarnya mereka lihat darimu Yara!

"Hayaer, bersiaplah untuk turun ke bumi!"

TBC.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

From the Love Of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang