Bab 8 Pengantin terakhir

3 3 0
                                    

Bab 8 Pengantin terakhir

Ia melepas tanganku dan dengan bingung aku melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan padanya.

...

Saat aku bangun mereka sarapan duluan tanpaku.
"Selamat pagi semuanya!" Salam Yara.

"Pagi Yara!" Semua membalas tapi dengan raut wajah yang begitu aneh, dingin penuh dengan kecurigaan satu sama lainnya. "Oh ayolah apakah pria ini harus tetap berada disini? Siapa tahu ia adalah pengkhianat!" tuduh Layly curiga.

"Araga itu kakakku sejak aku belum mengenal kalian, aku percaya padanya dan kalian juga harus percaya."

"Tapi Yara seorang user tingkat tinggi tak bisa di percaya, siapa yang tahu jika ia adalah dalang pembunuhan sadis di setiap kota!" tambah Layly menatap curiga Araga.

"Memang," jawabku. Semua mata kini tertuju padaku! Ups, apa aku salah bicara. "Ma-maksudku memang mungkin bisa dicurigai tapi pasti ada alasan mengapa pembunuh itu membunuh mereka!"

"Apa lagi bukan untuk bermain-main!" tambah Lesrix memutar bola matanya tak peduli dan tetap melanjutkan makannya.

Kini aku diam. "Sudah cukup, Yara duduk dan makanlah. Kakak tak ingin kau sakit kepala hanya karena para hama ini!" ujar Araga tanpa dosa.

"SIAPA YANG KAU SEBUT HAMA?!" tanya Layly marah! "Hak apa kau menyebut kami begitu?" sambung Lancenus yang mulai tak terkendali.

Hadeh, makin runyam aja. Siapkan ring!

"Kalian berdua diamlah sedikit!" Seru Odelot yang sedari tadi diam kini harus akan bicara.

"Dia yang mulai!" ucap Layly.

"Ck!" Lesrix berdecak kesal pada mereka semua. "Kekanak-kanakan!" guman Lesrix menjauh dari hadapan mereka semua menuju ruang santai.

"Yara duduk dan makanlah!" Aku menurut pada Araga tapi tiba-tiba tangannya menghentikanku. "Apa itu yang di lehermu?" tanya Araga tiba-tiba.

Aku mengelus leherku dan tak menemukan apapun. "Jangan takut-takuti aku kak!"

Odelot melihat ke arah mata Araga, ia pun langsung berdiri mendekat ke arah Yara. "Simbol itu, Yara kau tau simbol apa ini?" Layly menyodorkan cermin hp pada Yara.

"Aku tidak tahu! Memangnya apa?" aku bertanya tapi mereka hanya saling pandang. Biarku tebak, mereka tak akan bicara apapun! "Tatapan kalian seolah menyembunyikan sesuatu!"

"Tidak ada, kau makanlah saja."

"Kak, kakak menyembunyikan sesuatu? Simbol apa ini kak?" Yara menggosok-gosok lehernya yang terdapat simbol abstrak yang bisa ku baca. "Kak—"

Belum sempat melanjutkan ucapannya, Araga menghentikan tangan Yara agar tak menyakitinya. "Layly bawa Yara ke kamarnya!"

"Biar aku saja," tawar Araga. "Kita harus bicara suka tidak!" minta Odelot.

Yara melawan dan ingin ikut tapi tatapan Araga yang begitu ia takuti menghentikan niatnya.

Di kamar. "Jangan keluar kamar ya, aku juga harus ikut tahu!"

From the Love Of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang