Bab 4 Perjalanan Penuh Drama

1 3 0
                                    

Bab 4 Perjalanan penuh drama.

Beberapa waktu yang lalu, Layly yang merasa perjalan tak seru berinisiatif untuk mengajak Yara. Tapi semua keinginannya langsung dibantah oleh semua Controller, mereka bilang kalau ini bukan liburan tapi ada tugas yang harus mereka selesaikan. "Lagi pula terlalu berbahaya membawa Yara, jika sesuatu terjadi urusannya bisa sangat kacau sebaiknya jangan!" Jelas Odelot tak setuju. Tapi Layly malah merengek dan itu membuat Mosla jijik. Mosla berpikir bagaimana bisa seorang wanita dewasa merengek seperti anak kecil!

"Sudahlah, iyakan saja. Aku tak peduli Yaru atau siapalah itu terbunuh atau tidak!" ujar Lesrix yang memang sudah menjadi sikapnya yang acuh tak acuh pada orang lain terutama manusia.

"YARA! NAMANYA YARA!" sambung Layly kesal karena Lesrix dengan gampangnya mengubah nama orang lain seenaknya.

"Iya-iya!"

"Kalau sudah begini, tangung jawab kita bertambah!" ucap Odelot. Di mana mereka harus melindungi Yara apapun yang terjadi meski Lestrix tak peduli nantinya akan apa yang akan terjadi pada Yara.

...

Bunyi klakson membuat Yara yang sudah sampai di bandara segera mendekat ke arah mobil sport warna merah bergabung dengan Layly serta yang lainnya.

"Yara! Kami disini."

Tak lama penerbangan mereka diumumkan tapi masalah kembali terjadi saat seorang pramugari menghentikan Yara yang hendak masuk. "Nona Anda tak boleh masuk di penerbangan ini bersama mereka!"

"Loh kenapa, Yara akan akan tetap ikut. Ia kan sudah beli tiket!"

"Iya tapi—"

Odelot mengambil alih untuk bicara dengan sih pramugari. Takutnya Layly malah mengacaukan segalanya! "Ada apa?"

"Nama Nona Yara ada dipenerbangan lain di pesawat lain, tujuan tetap sama. Hanya saja berbeda pesawat! Kami harap Anda mengerti."

Odelot akhirnya hanya mengerti, menghela nafas sebelum akhirnya berbicara pada Layly mencoba untuk membuat wanita itu mengerti. Yara yang merasa merepotkan memutuskan untuk mengalah! "Tidak apa-apa Layly kita akan bertemu di sana. Aku tidak akan hilang kok!"

"Yara memang yang terbaik," ucap Mosla dengan senyumannya yang sangat manis.

Setelah bicara Layly akhirnya mengerti dan mengizinkan Yara untuk naik ke penerbangan lain. Pramugari mengarahkan Yara ke sebuah pesawat yang terlihat seperti sebuah pesawat pribadi! "Apa Anda benar ini pesawat saya!"

"Ya, Nona!"

Aku masuk ke dalam terkejut saat melihat pria yang ku bantu di taman duduk sendiri dengan teh jasmine di tangannya. "Anda...."

"Kita bertemu lagi Nona Yara, panggil saja saya Gahel. Maaf karena telah memisahkan Anda dari teman-teman Anda!"

"Oh, jadi ini perbuatan Anda. Tidak apa-apa kok jadi kita menunggu penumpang lain?"

"Tidak!"

Tiba-tiba pramugari wanita mengarahkanku untuk duduk di bangku sebelah dari Gahel karena pesawat akan segera lepas landas. Aku hanya bisa diam dengan raut wajah bingung tentunya, menatap Gahel yang malah tersenyum aneh padaku. "Teh?" tawarnya padaku. Aku menggelengkan kepalaku sebagai jawaban.

"Anda ini orang kaya atau saya sedang bermimpi?"

Dia diam dan aku pun ikutan diam, aku menatap ke arah sekeliling pesawat yang di penuhi dengan bunga hias! "Bunganya cantik!"
Aku memetik satu tangkai bunga mawar di yang anehnya merambat dan tumbuh di dalam pesawat mengelilingi jendela. "Gahel ini untukku ya!" Aku memperligatkannya pada Gahel.

"Apa itu?"

DEG!

Gahel terdiam saat melihat bunga mawar yang berada di tangan Yara saat ini. "Anehnya aku tak mendengar suara jeritan apapun, ataupun rasa sakit apapun!" batin Gahel bertanya-tanya.

"Bunganya cantik, untukku ya. Mau ku tanam di jepang nanti!"

"Kau memetiknya? Tapi, sejak kapan?"

"Tadi, kenapa? Tidak boleh? Kulihat kau punya banyak koleksi disini." Aku melihat sekeliling pesawat menunjuk setiap bunga hiasnya. "Kalau tidak boleh sih, tidak apa-apa!"

"Tidak, itu untukmu saja. Tapi tak bisa kau tanam!" Gahel mengambil alih mawar di tanganku sebelum memberikan sebuah vas kecil berisikan bibit bunga mawar yang padaku. "Tapi kau bisa menanam ini, di namapun!"

"Di batu bisa? Bagaimana dengan ladang es?!" tanya Yara menggoda. Tapi Gahel hanya tersenyum! Meski Gahel tahu kalau bibit yang berikan berasal dari dunianya yang bisa tumbuh di mana saja, berbunga selamanya tanpa pernah bisa mati. "Makasih ya."

"Sama-sama."

Di penerbangan lain Layly tampak cemberut selama penerbangan sampai pesawat mendaratpun Layly masih tidak ingin bicara. Di bandara jepang Odelot meminta semua untuk menunggu Yara tapi ia malah terkejut saat melihat Yara yang tengah menunggu mereka. "Kalian sudah tiba, syukurlah!"

"Bukankah kau berada di pesawat lain kelas ekonomi?" tanya Lesrix. Yara menggelengkan kepalanya sebelum menjelaskan apa yang terjadi. "APA! PESAWAT PRIBADI?!"

Semua terkejut saat mendengar jawaban dari Yara yang membuat mereka iri dan ingin memutar waktu kembali, ingin duduk bersama dengan Yara. "Sama kenalanku, itu milik dia. Katanya saat tahu namaku terdaftar ia buru-buru memasukkan namaku dalam penerbangannya!"

"Keren!" ucap Layly iri.

...

Di hotel Layly dan juga Lancenus beserta Yara keluar untuk memberi beberapa makanan dan pakaian mengingat Yara tak membawa apapun kecuali baju dan uang yang ia bawa, Yara pamit untuk menukar uang. Layly yang sibuk memilih-milih makanan meminta Lancenus untuk menemani Yara karena ia bisa sendiri.

Tapi Lancenus malah menarik tangan Yara menuju tempat lain yang jauh dari keramaian kota. "Kenapa kita ke sini?"

"Saya mencium bau darah saat kau pamit untuk minta izin menemui kakakmu, dan mencium aroma aneh saat berpisah pesawat denganmu."

Yara mundur, ia mulai takut pada Lancenus yang menatapnya curiga. "Kenapa kau berkata begitu?" Yara memalingkan wajahnya. "A-aku bukan seperti yang kau pikirankan!"

Yara tiba-tiba saja menangis....
Bukannya kasihan Lancenus malah mengeluarkan sebuah pedang aneh hendak mengarahkannya pada Yara sebelum Layly datang menghentikannya. "Apa yang kau lakukan Lancenus? Kau tahu seorang Controller tak berhak membunuh manusia!" Peringat Layly menahan pedang Lancenus dengan tangannya.

"Tapi aku mencium aroma User dalam dirinya!" Tekan Lancenus masih menatap tajam ke arah Yara.

Tak lama Odelot, Urareal, Mosla Layly juga Lestrix serta (Tigrkov yang sudah berada di jepang) dengan segera mengubah wujud mereka hanya untuk menagan Lancenus. "Sadarlah!"

Hujan tiba-tiba saja turun dan saat itu juga aura yang dirasakan Lancenus pada Yara menghilang begitu saja. Dalam artian User yang mereka cari kemungkinan besar hanya melewari Yara saja! "Berapa banyak orang yang kau ajak bicara di bandara?" tanya Lancenus tiba-tiba. Dengan gagap Yara berkata ada banyak orang karena ia bosan menunggu selama 30 menit jadi Yara pergi mencari makan.
"Bagaimana dengan darah manusia yang melekat di tubuhmu!"

"Kakakku sedang berkelahi dengan seseorang di jalan tadi, jadi ada darah orang lain. Ia dikeriyok...."

"Tigrkov!" panggil Odelot.

Tigrkov bisa membaca kebohongan dan kejujuran dengan sangat baik. "Tidak bohong, wanita itu benar!"

Saat itu pula Lancenus meminta maaf. Yara hanya mengatakan kebenarannya saja meski hanya sebagian bukan versi asli yang lengkap!

TBC.

From the Love Of Death Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang