1. Bully

4.1K 206 15
                                    

Happy reading!!!!

Bruk!!!

Jungkook terjatuh saat dirinya di tabrak dari belakang dengan keras. Jungkook tidak bisa melawan karena dirinya hanya sendiri dan melawan satu warga sekolah, bukankah itu hal gila? Jungkook hanya bisa menunduk dan menangis walaupun ada telur yang di lemparkan padanya.

"Hiks.. Hiks eomma kenapa meninggalkanku? Appa jahat, dia bahkan tidak menganggapku anak. " Jungkook berucap dalam hati, bahkan air matanya berjatuhan menyerupai anak sungai.

"Wah lihat, anak haram kembali datang ke sekolah kita. " Jin ketua dari kelompok the amigos, yang suka membully anak sekolahan. Banyak yang menjadi korban mereka bukan hanya Jungkook saja melainkan anak nerd yang lain juga.

Tidak ada yang berani membantu Jungkook karena jika membantunya mereka juga akan terkena bully an. Kejam memang dunia, siapa yang kaya dan kuat mereka yang berkuasa.

Jungkook hanya diam dia tidak bisa melawan, melawan pun akan sangat sulit. Entah sampai kapan hidupnya akan seperti ini, selalu di bully dan tidak ada keluarga. Dia juga ingin seperti yang lainnya apa lagi saat melihat seorang anak yang mendapat kasih sayang orang tuanya, dia sangat iri sungguh karena dia tidak pernah mendapatkannya.

Pembullyan di lanjut dengan melempar air kotor pada tubuh Jungkook, airnya cukup bau mungkin sisa pel lantai.

"Kenapa kau hanya diam? Tidak seru. Seharusnya kau melawan atau teriak saja. " Jimin teman Jin terkekeh saat melihat Jungkook tidak membalas sedikitpun, Jimin melempar telur busuk kembali mengenai pipi Jungkook "ayo pergi Jin, sudah cukup hiburannya. " Ajak Jimin, Jin mengangguk dan mengikuti Jimin temannya itu.

Setiap pagi mereka sudah biasa membully bahkan hal yang biasa untuk hiburan.

Jungkook berdiri dari duduknya, dia berjalan dengan sesekali menghapus air matanya. Banyak yang menatap dengan iba tapi tidak bisa melakukan apapun. Jungkook mengarah ke arah kamar mandi, untung dia memiliki dua seragam jadi dia bisa berganti jika seragamnya terkena telur seperti itu.

Dengan cepat Jungkook membersihkan tubuhnya karena tidak ingin lengket. Dia harus cepat cepat jika tidak ingin terlambat masuk kelas atau dia akan mendapat hukuman.

Setelahnya Jungkook berlari keluar untuk menuju ke kelas, Jungkook bernafas lega saat kelasnya tidak ada siapapun di kelas itu.

Jungkook duduk di bangkunya dan langsung menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangannya. Untuk apa? Tentu untuk menangis. Jika di perbolehkan Jungkook ingin membunuh dirinya sendiri, dia tidak kuat jika hanya hidup sendiri dengan masalah yang begitu besar. Kapan dirinya bisa keluar dari sekolah ini? Kapan dirinya bisa menyusul ibunya? Kapan dirinya bisa mendapat kebahagiaan?

Apakah takdir memang tidak memihak padanya? Bahkan kebahagiaan saja yang setiap orang ada lalu diingatnya. Sedangkan dirinya tidak ada kebahagiaan yang bisa ia ingat.

Apa yang bisa ia ingat? Bully? Tentang dirinya yang tidak di anggap oleh appanya sendiri? Atau tentang luka luka yang kadang ia dapatkan saat bertemu preman saat pulang sekolah.

Hanya rasa sakit yang ia dapatkan selama ia hidup, kenapa Tuhan tidak segera mencabut nyawanya? Apakah dulu Jungkook pernah melakukan kesalahan hingga dia di balas sedemikian rupa?
.
.
.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dengan lekas Jungkook memasukkan semua alat tulisnya ke dalam tas sekolahnya. dia harus segera pulang atau dia akan kembali di bully, Jungkook dengan cepat keluar dari kelas sebelum sebuah tangan mencekal lengannya. Jungkook menghela nafasnya, ternyata nasibnya memang selalu buruk tidak ada baiknya.

"Kau mau pulang eh? Ingin kabur? " Siapa lagi kalau bukan Jin,  dia hanya seorang diri tidak bersama Jimin, "ikut aku. "

Dengan kasar Jin menyeret Jungkook tengah taman, di sana ada sebuah pohon besar di tengahnya.

Jungkook mengikutinya dengan pasrah "tolong, biarkan aku hari ini saja. " Mohon Jungkook.

"Tidak." Jin mendorong punggung Jungkook ke arah pohon itu dengan kasar.

Bruk!!!

"Ssshh, sa-sakit. " Jungkook meringis, dia yakin kalau nanti punggungnya akan memerah.

"Sakit? Aku lebih sakit saat tau kau itu satu appa denganku. Kau tau aku tidak sudi memiliki saudara seperti mu, sekarang aku tau kenapa appa memilih selingkuh dengan ibuku karena dia malu memiliki seorang anak yang lemah seperti mu. " Jin menjambak rambut Jungkook dengan keras, mungkin bisa beberapa helai rambut terlepas.

"Maaf-kan ak-aku hiks. " Iya perkataan yang di katakan oleh Jin memang benar, mereka satu appa namun beda ibu. Jungkook meringis dan menahan sakit di kepalanya akibat jambakan yang di lakukan oleh Jin.

"Tidak, aku ingin membunuhmu tapi sayang aku tidak ingin masuk penjara, rasakan ini. " Tanpa perasaan Jin langsung mendorong kepala Jungkook ke arah batang pohon yang keras.

Jungkook merasakan pusing, bahkan benda yang ia lihat terasa bergerak. Jungkook meraba dahinya yang ternyata ada cairan merah yang mengaliri kepalanya.

Pandang Jungkook memburam bahkan kakinya tidak bisa menopang tubuhnya lagi. Sebelum tak sadarkan diri Jungkook berucap "tolong aku. " Perkataannya pelan bahkan bisa di bilang hanya bisikan saja.

Jin tersenyum miring, dia meninggalkan Jungkook sendiri tanpa pusing membantunya.

Bersambung...


Vampir [Taekook] [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang