Epilogue

228 17 6
                                    

3264 words. Here the epilogue of this story. Thank you so much for your support until now 🤗

"Kau yakin akan menembak adik kandungmu sendiri?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau yakin akan menembak adik kandungmu sendiri?"





Deg!





Yeji membeku mendengar penuturan pria dihadapannya sekarang. Bagaimana bisa ia memiliki saudara? Bukankah ia hidup sebatang kara sejak lahir ke dunia ini?

"Pembual! Aku takkan pernah percaya padamu!" Maki Yeji membuat Kai melangkah mendekat.

"Itu adalah fakta yang tak bisa kau hindari, Kak Lucy." Kembali Yeji membeku mendengar pria itu memanggil nama lainnya.

"B-bagaimana kau mengetahuinya?" Kai tertawa mendengarnya.

"Aww apa mereka tak memberitahukan hal ini padamu, kakakku tersayang?" Yeji mengencangkan pegangannya pada pistol yang digenggamnya.

"Jangan mendekat!"

"Kenapa? Bukankah kau ingin menembakku? Kalau begitu tembak saja." Tantangnya yang semakin mendekat pada gadis yang kini mulai bimbang. "Pada akhirnya kau akan berakhir seperti ayah." Kembali tubuh Yeji menegang mendengarnya.

"A-apa maksudmu?" Kai yang sudah berada di hadapan Yeji langsung menurunkan senjata gadis itu.

"Benar, kau saudara kandungku dan darah seorang mafia mengalir dalam tubuhmu. Pembunuh berdarah dingin." Mendengar kata itu Yeji teringat akan misi dalam pertempuran ini.

"Kau pembohong! Tidak mungkin aku lahir dari keluarga seorang pembunuh!" Elak Yeji yang tak ingin mempercayai fakta itu.

"Kau tahu siapa korban terakhir ayah? Mereka adalah orangtua dari seorang yang sangat dekat denganmu, bahkan orang itu melihat sendiri kematian mereka." Kembali Yeji membeku mendengarnya, hingga ia teringat akan perkataan Yeonjun beberapa waktu lalu.






Kedua orangtuanya mati terbunuh didepan mata kepalanya sendiri.

Aku tidak tahu apa penyebabnya, namun Sejun hyung bilang ia hanya melihat seorang pria barat menembak kedua orangtuanya.






Yeji menutup mulutnya tak percaya. Kini ia mengerti maksud dari ucapan Sejun padanya waktu itu. Perkataan dimana Sejun akan membantunya jika ia ingin membalas dendam pada keluarga yang sudah membuangnya. Air mata mulai membasahi kedua pipinya ketika mengetahui bahwa...

"Aku anak dari seorang pembunuh?"

"Tepat sekali." Yeji menundukkan kepalanya. Ia benar-benar tak menyangka bahwa ayahnya merupakan dalang dibalik kematian orangtua Sejun. Hatinya sakit mengetahui fakta itu.

Hidupku sudah menyedihkan sejak aku dilahirkan. Tapi mengetahui bahwa ayahku seorang pembunuh jauh lebih menyakitkan. Batinnya yang kini memilih menodongkan senjata itu pada kepala Kai.

Fragile... ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang