Case 03: Hidden Truth

175 19 3
                                    

3164 words... enjoy reading ^^

 enjoy reading ^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa Jam Sebelumnya...


Incheon International Airport. 09.00 KST


Seorang pria dengan tinggi kurang lebih 183 sentimeter, melenggang keluar dari arrival gate sambil menarik koper berukuran sedang. Dengan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya, ia melirik ke segala penjuru hingga menemukan sosok pria membawa banner bertuliskan namanya.

"Welcome to South Korea, Mr. Jung." Sapa pria itu sambil membungkuk hormat.

"Thanks Mr. Yoon." Jawabnya singkat dan langsung memberikan kopernya pada Pak Yoon. Ia melangkah menuju area parkir bersama Pak Yoon yang mengekor dibelakangnya.

"Apa kita akan menemui mereka sekarang?" Tanya pria yang dipanggil Mr.Jung tersebut membuat Pak Yoon kembali menganggukkan kepalanya.

"Benar, Tuan. Mereka sudah menunggu kedatangan Anda." Pria keturunan Amerika itu hanya menganggukkan kepalanya. Kemampuan berbahasa Korea-nya terbilang cukup baik untuk ukuran warga negara asing.

"Tuan Jung, kita sudah sampai." Ucap Pak Yoon, membuat pria itu keluar dari mobil dan melangkah menuju pintu sebuah rumah yang sudah terbuka seperti tengah menanti kedatangannya.

"Finally, you came! Welcome to the South Korea, Kai." Sapa wanita paruh baya menyambut kedatangannya dengan senyum merekah.

"Tidak perlu berbasa-basi denganku." Berbeda dengan sambutan hangat yang diterimanya, pria yang dipanggil Kai tersebut membalasnya dengan nada dingin menusuk.

"Maaf." Sesal si wanita membuat Kai menatapnya tajam.

"Dimana dia sekarang?" Wanita paruh baya itu sedikit gemetar mendengar pertanyaan pria muda dihadapannya.

"D-dia... dia masih ada jadwal pemotretan... tunggu lah sebentar lagi." Ucap wanita itu sedikit tergagap.

"Nyonya Shin. Aku tidak memiliki banyak waktu untuk omong kosong ini. Cepat katakan dimana ia sekarang atau perjanjian kita berakhir sampai disini." Tegasnya membuat Nyonya Shin berlutut memohon pada Kai.

"Aku mohon! Tolong jangan batalkan perjanjian ini. Kami membutuhkan uang itu untuk jalannya perusahaan. Aku, aku akan menghubunginya sekarang." Dengan cepat Nyonya Shin meraih ponsel dan menghubungi kontak putri sematawayangnya.

"Nyalakan fitur speaker-nya." Titah Kai membuat Nyonya Shin langsung menurutinya.

"Ya, Bunda?" Jawab seorang gadis dari seberang sana, membuat Kai yang mendengarnya menjadi semakin tertarik pada sosok putri tunggal keluarga Shin tersebut.

"Y-yuna... apa jadwalmu masih padat?" Tanya Nyonya Shin dengan suara yang bergetar.

"Ya, aku masih memiliki jadwal hingga pukul 20.00. Ada apa? Mengapa suara Bunda bergetar?" Kai mendekat dan berbisik.

Fragile... ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang