90 menit berlalu dan bel tanda istirahat berbunyi. Khanza masuk ke kelasnya yang sudah kosong bahkan sosok Hezi sudah tak ada di dalam kelas. Khanza langsung duduk die kursinya, membuka botol minumnya dan segera meminumnya. Wajah Khanza sedikit pucat akibat kondisinya kemarin yang belum terlalu fit dan memaksakan untuk sekolah hari ini.
Sebuah roti coklat baru saja terletak di mejanya. Khanza melihat pemberi roti coklat itu, Hezi. Khanza masih terdiam menatap lekat memastikan bahwa itu memanglah Hezi.
"ma-kasih" ucap Hezi kaku dan segera pergi keluar kelas.
Khanza melupakan rasa lelahnya, Khanza melupakan wajahnya yang tadi pucat. Ia tersenyum lebar menatap roti coklat pemberian Hezi. Rasanya ia tidak ingin memakan roti ini, ia ingin memajangnya di kamar.
Namun, Khanza masih waras. Ia membuka perlahan bungkus roti itu lalu memakannya sambil tetap tersenyum.
2 orang cewek masuk kedalam kelasnya sambil memakan makanan yang dibawa mereka dan duduk di depannya, mereka adalah Sasya dan Caca.
"kesambet lu, Za?" Caca bergeridik ngeri melihat Khanza tersenyum senyum sendiri.
"kenapa ga ke kantin?" sejak kemarin, Sasya lebih memerhatikan Khanza. Khanza sebenarnya risih tapi ia tak bisa melarang Sasya yang sudah kekeh itu.
"Khanza habis dikasih roti sama Hezi" lagi lagi sahabatnya berhasil dibuat melotot oleh perkataan Khanza.
"BENERAN?!"
"WAH GILA SIH, PDKT LU BERHASIL JUGA, ZA!"
"SELAMAT, ZA! KALAU UDAH JADIAN JANGAN LUPA TRAKTIR YA!"
Kalau kalian bilang Caca sama Sasya itu lebay, emang sih. Tapi mereka berdua yang selalu melihat adegan seperti drama milik Khanza dan Hezi.
Khanza yang selalu mengejar dan Hezi yang selalu menolak jadi mereka pantas kaget dengan Hezi yang sepertinya mulai mencair dari sikap dinginnya.
✨
Waktu pulang sekolah pun tiba, Khanza mencari Hezi yang hilang entah kemana. Hezi langsung bergegas dan keluar paling pertama ketika bel berbunyi, Khanza tak bisa melihat sosoknya lagi karna telah ditelan kerumunan murid murid lainnya.
Sebuah tangan memegang bahu Khanza yang membuatnya sedikit kaget. Rupanya itu kedua sahabatnya yang tertawa kecil karna berhasil mengagetkan Khanza.
"nyariin siapa, Za?" tanya Sasya
Sebelum Khanza ingin menjawab, Caca sudah terlebih dahulu berkata "gw tebak, pasti Hezi!"
Khanza hanya mengangguk lalu kedua sahabatnya itu menggelengkan kedua kepala tak habis pikir dengan Khanza.
Mata Khanza melihat ke sekeliling lapangan, mencari sosok yang ada dipikirannya sekarang. Tatapan matanya terhenti ketika melihat Hezi disana bersama Rebecca-adik kelasnya yang termasuk murid teladan XI G.
Tatapannya berubah sendu. Bibirnya yang sedari tadi tersenyum menjadi datar kembali, rasanya hawa disekitar nya sangat panas ketika melihat Hezi berbicara serius dengan Rebecca. Ia ingin menghampiri Hezi dan menariknya dari sana namun ia takut Hezi malah semakin menjauhinya karna sikapnya itu.
Kedua sahabatnya yang melihat perubahan raut wajah Khanza pun akhirnya melihat ke arah yang dilihat Khanza, lalu Sasya menepuk pelan bahu Khanza sebagai tanda menyemangatinya.
"suka sama Hezi susah ya, baru aja ngerasa diterbangin setinggi tingginya setelah itu malah dijatuhin se rendah rendahnya" ucap Khanza pelan namun tetap terdengar di telinga Sasya dan Caca.
____________________________________________
See you in the next episode♡︎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm late || JaeRose✅
Krótkie Opowiadaniapenyesalan memang selalu di akhir. dan pertemuan akan lebih berarti jika sudah ada kata perpisahan. _____________________________________________________ "mencintaimu adalah hal yang sulit karna aku harus terbiasa dengan rasa bahagia dan sakit dalam...