10 || A F T E R L O S I N G

533 41 0
                                    

Esoknya, Sma Pradipta pun berduka. Kabar meninggalnya Khanza Ros Aurelliane sudah tersebar di seluruh penjuru sekolah ditambah ucapan di akhir pidato kepala sekolah tadi pagi ketika berbaris.

"bapak turut berduka cita atas meninggalnya murid kita, Alm. Khanza Ros Aurelliane. Sosok murid yang berprestasi dan ceria yang juga menghidupkan Sma Artum ini. Beliau meninggal kemarin siang karna penyakit kanker paru paru. Untuk murid kelas XII D setelah pulang sekolah kalian beserta guru guru akan bersama sama melayat ke rumah beliau. Mari kita bersama sama berdoa menurut agama masing masing untuk ketenangan beliau." seperti itulah ucapan Kepala sekolah saat di barisan tadi.

Murid murid lainnya terutama murid kelas XII D sangat merasakan kehilangan sosok Khanza. Khanza yang ceria, Khanza yang bawel dan Khanza yang receh. Terlihat banyak murid yang berkata sembab karna menangisi kepergian Khanza.

Jangan tanyakan kondisi sahabat sahabat Khanza. Kondisi mereka lebih parah, mata yang sembab, tatapan yang kosong, serta senyuman yang pudar. Sasya dan Caca melihat gelang yang ada di tangan mereka, Gelang couple sahabat. Gelang milik Sasya yang berbentuk bulan, Gelang milik Caca yang berbentuk bintang, dan Gelang milik Khanza yang berbentuk matahari.

Perlahan air mata kembali jatuh ketika mereka mengingat memori kenangan bersama Khanza, teman teman Sasya dan Caca yang mengerti kondisi mereka berdua pun memeluk mereka serta menguatkannya.

Hezi lebih dari parah, sejak tadi ia melamun dengan mata yang sembab serta kantung mata yang menghitam. Tadi malam ia tak bisa tidur, ia terus menerus teringat tentang Khanza. Bahkan sekarang memorinya dengan Khanza terus menghantui pikirannya. Ia melihat ke arah kursi Khanza yang kosong dan sepi.

Bel pulang sekolah pun tiba, Para Guru serta murid murid kelas XII D pun melayat ke rumah Khanza menggunakan sebuah angkot. Ketika sampai, rumah Khanza sudah dipenuhi banyak orang. Ada bendera merah yang di ikat di tiang dekat rumahnya serta tenda berwarna hijau gelap yang diletak di teras.

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Terlihat jenazah Khanza yang diletakkan di ruang tamu juga Mama Jihan dan Kak Anna yang berada di sampingnya meratapi kepergian putri serta adik kesayangan mereka.

Para guru pun mengucapkan turut berduka cita. Sedangkan, para murid duduk di dekat tembok dan menunduk, berdoa untuk Khanza. Sasya dan Caca yang tadi meminta untuk ikut bersama rombongan murid kelas XII D, kini duduk disamping mayad Khanza, memandang sahabatnya untuk terakhir kalinya.

"Za..." lirih Sasya sembari menahan tangisnya

Sasya dan Caca akhirnya ikut duduk bersama rombongan murid lain yang duduk di dekat tembok karna tak kuat melihat jenazah sahabatnya itu.

Sekarang ada Hezi yang berada di samping jenazah Khanza, menatap sekujur tubuh yang sudah kaku itu lalu berucap dalam hati "gw harap lu udah bahagia disana, Za".

Jenazah Khanza pun telah dikubur beberapa menit yang lalu. Rombongan guru dan murid pun kembali ke sekolah hanya tersisa Hezi, Sasya dan Caca yang memilih untuk tinggal di rumah Khanza.

Kini, mereka sedang berada di ruang tamu yang tadinya ramai dan sekarang sudah menjadi sepi lagi.

"udah, Ma. Khanza udah ga sakit lagi disana." ucap Kak Anna yang berusaha menenangkan mamanya yang sangat terpukul itu.

"iya, Tante. Khanza udah bahagia disana" tambah Caca yang berusaha untuk mengikhlaskan kepergian Khanza.

Hening kembali selama beberapa saat, sebelum akhirnya Kak Anna mengeluarkan suara

"jadi kamu yang namanya Hezi?" ucap Kak Anna dengan ramah sembari melihat ke arah Hezi

"iya kak" Hezi mengangguk

"Khanza banyak cerita tentang kamu, ternyata kamu ganteng juga ya. Pantesan Khanza suka" ucap Kak Anna yang berniat mencairkan suasana. Kak Anna sebenarnya juga masih terpukul dengan kepergian Khanza tapi ia berusaha untuk kuat.

Hezi yang mendengar penuturan Kak Anna hanya tersenyum tipis.

"kalian jangan sedih lagi ya, Khanza juga ga suka liat kalian sedih" Kak Anna menepuk bahu Sasya pelan untuk menguatkannya serta menguatkan yang lain juga.

Ucapan Kak Anna benar. Khanza ga akan suka melihat mereka sedih. Khanza juga udah ga sakit lagi dan Khanza sudah baik baik saja di sana.

Mulai hari ini, mereka harus belajar untuk mengikhlaskan kepergiannya. Bukan melupakannya tapi hanya merelakan kepergiannya.

Sorry, I'm late || JaeRose✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang