Khanza membuka matanya perlahan dan terlihat atap putih, tercium bau obat obat an dan terdengar suara isakan yang dikenal nya. Khanza sudah bisa menebak bahwa ia sedang berada di rumah sakit.
Ia menoleh ke samping kanan, terlihat sahabatnya, Sasya yang matanya sudah sembab serta hidungnya terlihat merah. Khanza menebak lagi bahwa Sasya sudah tau tentang penyakit yang dideritanya.
Teriakan memanggil namanya sebelum jatuh pingsan tadi adalah suara teriakan dari Sasya. Sasya masih berada di sekolah karna ia adalah ketua klub dance periode tahun lalu. Ia dipanggil oleh coachnya untuk melihat dan sedikit mencontohkan gerakan kepada adik adik kelasnya yang baru saja masuk ke klub itu.
Sasya berada di gerbang hendak memesan taksi tapi ia melihat seseorang yang dikenal nya di halte dan itu Khanza. Baru saja ia ingin mendatangi Khanza, Khanza sudah jatuh pingsan dan membuat Sasya terkejut lalu berteriak. Sasya pun segera memesan taksi menuju ke rumah sakit terdekat lalu di perjalanan ia menelepon Kak Anna.
Dan beginilah sekarang kondisinya, sudah dipastikan Sasya tau tentang apa yang sedang dia alami Khanza.
"kamu udah gapapa, Za?" Mama Jihan pindah ke sebelah kiri Khanza lalu menaruh punggung tangannya di dahi Khanza.
"kamu kok ga langsung pulang aja tadi? kamu udah makan, kan? kamu kelelahan?maafin mama, gabisa jemput kamu" Mama Jihan langsung menanyakan berbagai pertanyaan kepada putri bungsunya ini.
"gapapa kok, Ma. Mama jangan khawatir, Khanza beneran gapapa" ucapnya sambil memegang tangan Mamanya.
"Mama sama Kak Anna bisa keluar dulu ga? Khanza mau bicara berdua sama Sasya" Anna pun mengajak Mamanya untuk keluar sebentar, lalu tersisa lah mereka berdua.
"lu kenapa ga bilang sama gw, Za?!" ucap Sasya histeris, tangisannya belum berhenti.
"maaf Sa, udah jangan nangis lagi, cengeng banget dih"
Seperti biasa sifat ceria dari Khanza tidak pernah bisa hilang dan selalu tersenyum menenangkan semua yang ada di sisinya
"lu harus sembuh ya, Za. Harus!"
"iya, gw juga mau sembuh kok. Tapi Sa, jangan bilang sama siapa siapa ya, jangan bilang sama Caca juga. Gw gamau mereka khawatir"
"Tapi Za-"
"please ya, Sa. Khanza mohon"
"oke, tapi janji lu harus sembuh" Sasya menuruti perkataan Khanza walaupun tidak ikhlas. Khanza hanya mengangguk menanggapi perkataan Sasya.
Beberapa jam berlalu, Sasya pun pamit pulang karna sudah hampir malam dan juga Khanza sudah memaksanya pulang dengan alasan "Mama kamu pasti lagi nungguin, Sa".
Tersisa keluarga Khanza disitu, Mamanya sedang menyuapinya nasi padahal ia bisa makan sendiri namun mamanya tak mau dan tetap menyuapinya.
"Khanza ga perlu rawat inap kan?" tanya Khanza
"engga kok" jawab Anna
"bagus deh!" Khanza tersenyum sesungguhnya ia sudah muak rumah sakit.
"tapi kamu rawat inap aja ya, Za. Biar cepat sembuh"
Perkataan mamanya membuat Khanza menggembungkan pipinya dan menautkan alisnya
"gamau, Khanza udah baik baik aja kok"
"tapi Za-"
"Maa" tatapannya memelas, memohon kepada mamanya.
Mamanya menghembuskan napas, anaknya memang teguh pendirian. Ia pun mengangguk menuruti perkataan anaknya "tapi jangan lupa minum obatnya ya"
"siap komandan" Khanza menaikkan tangannya sejajar dengan alis membentuk posisi hormat yang membuat Mama dan Kakaknya menggelengkan kepala.
____________________________________________
See you in the next episode♡︎
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry, I'm late || JaeRose✅
Storie brevipenyesalan memang selalu di akhir. dan pertemuan akan lebih berarti jika sudah ada kata perpisahan. _____________________________________________________ "mencintaimu adalah hal yang sulit karna aku harus terbiasa dengan rasa bahagia dan sakit dalam...