#3

16.9K 2.1K 134
                                    

Terlihat dua orang siswi tengah berjalan melewati koridor sekolah yang ramai. Jam istirahat sedang berlangsung.

"Kita makan di kelas aja ya. Araya please! Gue ngga mau ke kantin." salah satu siswi itu, Nachelle. Yang sedang membujuk teman barunya yang bernama lengkap Araya Zyan Sebastian. Agar mau makan dikelas. Bukan tanpa alasan. Nachelle hanya tak mau bertemu dengan kelima pemuda itu. Apalagi mengingat jika pertemuan pertama mereka kurang mengenakkan.

Mari kita deskripsikan tentang Araya Zyan Sebastian. Gadis yang di tuliskan menjadi sahabat satu-satunya sang antagonis ke dua. Di novel, hanya Araya yang mau berteman dengan tulus pada Nachelle. Yang selalu menyemangati kala gadis itu terpuruk. Walupun Araya memiliki sifat pendiam dan cuek, namun ia benar-benar memperhatikan Nachelle. Entah apa alasannya.

"Gue malas bolak balik." Akhirnya gadis itu bersuara setelah lama diam.

Bahu Nachelle merosot kebawah. Lagi, lagi ia pasrah. Mari bersikap bodo amat dan fokus pada makanan. Kata-kata itulah yang Nachelle tanamkan dalam benaknya.

Menapak memasuki kantin. Dapat Nachelle lihat bagaimana penuhnya tempat ini. Gadis itu terhenyak kala Araya menarik tangannya menuju salah satu meja yang masih kosong.

"Tunggu disini." titah Araya setelah melihat Nachelle mendaratkan bokongnya pada kursi.

Melihat kepergian Araya. Nachelle mengedarkan pandangannya menyapu seluruh pojok kantin. Bagus! Tak ada para tokoh yang terlihat disini. Ia jadi bisa makan dengan tenang.

Baru sebentar merasa lega, namun suara pekikan dari siswi-siswi membuat Nachelle bergidik. Tentu saja ia tau kemana arah pekikan itu ditujukan. Agak alay, memang.

Kelima pemuda yang dijuluki most wanted sekolah tengah memasuki kantin. Kelimanya terlihat memancarkan aura yang berbeda. Nachelle kadang bingung, mengapa kelima pemuda yang memiliki sifat dan kepribadian yang bertolak belakang, bisa bersahabat? Mana kelimannya juga suka sama cewe yang sama.

Memilih untuk tak menghiraukan mereka. Kini Nachelle beralih pada Araya yang baru tiba dengan nampan ditangannya.

"Makasih, bund." ujarnya seraya tersenyum manis.

Suara decitan bangku yang berasal dari samping meja, membuat kedua gadis itu menoleh. Nachelle menatap tak percaya pada kelima pemuda yang duduk di sana. Mengapa mereka duduk di samping mejanya?! Bukankah masih banyak meja kosong yang lain?!

"Bukan urusan gua." cicitnya sembari menyuapkan sesendok bakso ke dalam mulutnya.

Sendari tadi Devara tak bisa mengalihkan atensinya dari meja sebelah. Lebih tepatnya meja yang diduduki oleh murid baru dikelasnya. Gadis yang sudah dua kali mengacuhkan dirinya. Apakah kharisma Devara tak mempan padanya? Ngomong-ngomong tentang meja yang mereka tempati, Devara yang memberikan saran agar duduk di samping meja mereka, dan untungnya keempat sahabatnya menyetujui.

"Nyebelin banget tau ngga?!" Atensi pemuda itu beralih pada seorang gadis yang tiba-tiba saja duduk di samping Vernon.

Gadis itu yang sudah berteman dan menjadi satu-satunya perempuan di antara mereka. Sifatnya yang ceria dan kekanak-kanakan, entah mengapa bisa masuk ke dalam circle kelima pemuda itu.

"Kenapa?" Tanya Ravish seraya meletakkan ponselnya di atas meja.

"Barusan kakel, nembak gue." Gerutunya dengan bibir mengecut.

Nachelle yang menguping pembicaraan sebelah, menautkan alisnya. Siapa gadis itu? Tak lama maniknya melebar.

Zahra Pristine Aditya. Sang protagonis wanita. Ia jadi tak heran mengapa gadis itu dengan santainya duduk di sana.

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang