#2

16.5K 2K 111
                                    

Gadis itu, Nachelle membanting kuat pintu mobilnya. Kesal rasanya ketika ayahnya malah mendaftarkan ke sekolah ini! Kan sudah dibilang, kalo Nachelle mau nya disekolah yang lain! Ia ingin menghindari kematiannya. Liat lah, baru mengingat tentang kematian, tangannya mulai bergetar kuat.

Sialan! Ingin rasanya mengumpat dengan keras, agar orang-orang tau betapa tertekannya gadis itu. Menghela nafas pasrah, Nachelle meraup rambutnya yang tergerai ke belakang.
"Yaudah lah, mau gimana lagi? The power of pasrah."

Melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Nachelle sengaja datang pagi-pagi buta, agar tak menjadi pusat perhatian. Dari novel yang ia baca, sang antagonist ke dua adalah wanita tercantik di novel. Hanya saja, makeup tebal antagonis menutupi kecantikannya.

Dengan langkah gontai, gadis itu menapak memasuki gedung.

Kakinya berpijak pada ubin kantin yang masih sepi. Melihat stan makanan yang sudah dipenuhi oleh beragam jenis makanan dari beberapa negara, membuat perut gadis itu berbunyi.

Niat awal yang akan menghampiri ruang kepsek, harus ditunda dulu. Makan adalah nomor satu bagi Nachelle. Mengambil langkah riang memasuki area kantin. Sendari tadi senyuman manis yang mampu membuat para kaum Adam meleyot, terus terpampang. Sayangnya, tak ada yang bisa menyaksikan senyuman itu.

Mengambil posisi duduk di pojok kantin, Nachelle menyantap makanannya dengan girang, tak lupa ia memutar film kartun kesukaannya pada handphone yang ia taruh di atas meja.

Entah gadis itu yang terlalu larut dengan ponsel dan juga makanannya, atau memang para siswa-siswi yang sudah memenuhi kantin tanpa bersuara?

"Lucu banget sih, njir." Kekeh gadis itu seraya menyendok kan suapan terakhir. Menggeser piringnya ke samping, namun piring itu berbunyi seakan bertubrukan dengan piring yang berada disebelah nya.

Pergerakan Nachelle yang hendak menggapai handphonenya terhenti. Bukankah ia hanya memakai satu piring? Menoleh kaku ke samping, kini matanya melebar kala menangkap seorang pemuda yang duduk disampingnya. Pemuda itu terlihat sibuk dengan ponselnya seakan tak menghiraukan Nachelle.

'kok gue ngga nyadar ada yang duduk di samping?'
Gadis itu membatin dengan wajah cengo nya.

Kini padangnya beralih kedepan. Dan matanya semakin melebar, mungkin sebentar lagi manik itu akan keluar dari tempatnya. I-ini, bagaimana bisa?! Terdapat tiga pemuda tampan yang duduk di depannya! ia menoleh ke kiri, dan benar saja. Terdapat seorang pemuda lainnya yang tengah menatapnya dengan ekspresi datar?

Dan, sejak kapan kantin menjadi seramai ini?! Nachelle menatap jam tangannya. Tak lama, gadis itu menepuk jidatnya kuat. Sial, sial, sial! Bisa-bisanya Nachelle tak menyadari sudah nongki disini selama sejam lebih!

Dengan kilat mata berapi-api, Nachelle menatap handphonenya yang masih menampilkan film kartun.
"Gara-gara lo, gua jadi lupa waktu! Kartun sialan!" Maki nya lirih. Tak tau saja ia, jika gumaman nya, masih terdengar jelas oleh kelima pemuda yang satu meja dengannya.

Dengan tergesa, ia mengantongi ponselnya, berdiri dan menyandang ranselnya. Ia menunduk menatap kelima pemuda yang juga sedang menatapnya.

"Maaf kakak-kakak sekalian. Monggo atuh dilanjutin kegiatannya." ucapnya seraya memaksakan senyum.

Kelima pemuda itu masih menampilkan raut tanpa ekspresi. Membuat Nachelle canggung sendiri. Merasa tak ada tanggapan, dengan tergopoh gadis itu pergi meninggalkan kantin yang masih hening.

Melihat kepergian gadis itu. Seorang pemuda dengan nametag Devara Hamza Dbth di dadanya, memekik seraya memukul meja pelan.
"Gemes banget, ga sih?!"

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang