#5

16.2K 2.1K 205
                                    

Di suatu tempat yang berlatar ruang santai. Terdapat empat orang pemuda yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.

"Di arah jam 9, Cok!" Ravish menyenggol lengan Devara yang duduk di sampingnya. Mereka berdua terlihat tengah memainkan game online dan menjadikan lantai sebagai tempat duduk.

Dengan kaos hitam yang berlogo BLACKPINK di atas dadanya, celana training yang berwarna senada. Pemuda itu terlihat lebih tampan dengan pakaian santai nya.

"Asu! Tinggal bilang di belakang mobil aja, susah amat lo!" Hardik Devara yang merasa penuturan Ravish terlalu berbelit. Entah memang berbelit atau Devara yang tak mengerti. Entahlah.

Tak berbeda jauh dengan Ravish, Devara terlihat cool dengan hoodie hitam dan celana panjangnya. Dengan poni rambutnya yang diikat tinggi layaknya Upin dalam salah satu tokoh kartun, pemuda itu terlihat menggemaskan.

"Lo nya aja yang bodo---eh! Mati gue!"
Karena kepalang kesal, Ravish membanting ponselnya ke sofa. Namun maniknya melebar kala ponsel yang ia lemparkan ke sofa malah memantul hingga menghantam lantai.

"OMAYGAT! HANDPHONE GUE!!" Ia berteriak dramatis sembari berlari ke TKP.

Seorang pemuda dengan tiga tindik di telinga sebelah kanannya, membuka matanya karena tidurnya terganggu akibat suara toa milik Ravish. Melirik ke arah Arghi yang terlihat tak terganggu oleh keduanya, Iden melempar pandangan jemu ke arah dua curut itu. Sialan mereka, menganggu waktu istirahat Iden saja! Mengangkat ke dua kakinya guna meraih sepasang sendal yang melekat di sana.

"Bismillahirrahmanirrahim, headshot!"

"Anjing!"

"Babi!"

Kedua pemuda itu, Devara dan Ravish, meringis seraya mengusap tengkuknya yang baru saja di lempar sandal.

"Apaan sih, lo! Sakit, sat!" Protes Ravish menatap bengis pada Iden.

"Enak banget lo, asal lempar! Gue sabit juga lo make wajan!" Sungut Devara dengan tangan yang sudah menggenggam wajan. Entah dari mana benda itu ia dapat.

Sedangkan tersangka, terlihat sibuk dengan ponselnya. Seakan kejadian barusan tak pernah ada.

Pintu utama di buka dengan kasarnya, lebih tepatnya ditendang oleh seorang pemuda. Pemuda dengan rahang yang mengetat memasuki apartemen.

"Nape lo? Kusut amat tuh muka." Tanya Ravish yang tak di indahkan oleh Vernon.

Mendudukkan bokongnya di samping Arghi, Vernon mengacak-acak surai nya frustasi.
"Mereka berulah lagi?"

Vernon menoleh menatap Arghi yang berucap dengan mata yang terfokus pada ponselnya.

Yah, diantara keempat sahabatnya, hanya Arghi lah yang tau apa yang terjadi, sebelum pemuda itu bercerita. Bisa dibilang, Arghi memiliki kepekaan yang kuat.

Dengan sorot mata kelam nya, Vernon mengangguk kaku.

"Malam ini lo nginap di apart aja. Jangan pulang." Titah Iden. Lagi-lagi Vernon mengangguk.

Suasana menghening, dengan suhu yang terasa semakin menurun. Kelimanya sudah bersahabat sejak lima tahun yang lalu. Semuanya dipertemukan dengan ketidaksengajaan. Dengan permasalahan yang berbeda-beda. Kelimanya saling membantu, menguatkan, dan terbuka. Tak ada kebohongan yang terselip di antara kata sahabat.

Devara menghela nafas panjang kala merasakan perbedaan suasana di ruangan ini. Meraih handphone guna mencari hiburan. Netra nya tak sengaja menatap nama @Nachelle Halley, didalam saran teman.

Mengklik akun tersebut, dapat Devara lihat jika Nachelle sedang melakukan siaran langsung.

"Anjir, anjir,anjir! Bini gue live streaming, Cok!!" Ia memekik heboh dengan ponsel yang ia tujukan ke depan wajah keempat pemuda di sekitarnya.

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang