#13

11.2K 1.8K 668
                                    

Nachelle melangkahkan kakinya menuju ke arah dapur, tempat dimana bundanya tengah berkutat dengan pisau dan sayuran.

"Bundaaa!" Panggilnya manja seraya memeluk tubuh wanita berumur itu.

"Kenapa, kak?" Tak biasanya putrinya ini bertingkah manja.

Nachelle menggeleng cepat. Melepaskan belitan tangannya, ia memilih mencomot kripik singkong yang berada di atas meja.

"Kakak bosen dirumah."

"BUNDA, KAKAK!" Terdengar suara bariton seorang pemuda yang tentunya adalah Jake. Putra satu-satunya keluarga Dharmendra.

"Adek, jangan teriak-teriak. Kamu kira ini hutan, apa?" Tegur bunda dengan tangan yang memegang pisau, terangkat.

Jake menampilkan cengiran khasnya. Pemuda itu kemudian memeluk Nachelle dari samping.
"Lagi apa, kak?"

Lantas Nachelle memutar matanya malas. Jelas-jelas dirinya sedang makan cemilan, malah ditanya.
"Maling, dek."

"Lah?" Jake mengerutkan keningnya tak paham dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya itu. Maling? Maling apa?

"Ma-"

"Sutt! Diem! Mingkem! Shut up!" Potong Nachelle cepat. Terkadang, sifat adiknya ini mampu membuat emosi Nachelle meledak. Dari pada itu terjadi, lebih baik dihentikan saja percakapan yang tak berujung ini.

Bunda menatap kedua anaknya lalu tersenyum geli. Ada-ada saja tingkah keduanya. Tapi, yah. Hadirnya Nachelle membuat rumah ini semakin meriah. Ia sangat bersyukur ketika putrinya mau melanjutkan sekolah disini.

"Em, bunda mau ke supermarket. Kalian ikut, tidak?" Tanyanya mengalihkan kedua atensi anaknya.

"Mau, mau!" Kompak keduanya cepat.

Ketiganya memasuki salah satu supermarket yang terletak tak jauh dari kediaman Dharmendra. Ketiganya berpencar, mencari barang-barang yang sudah di tuliskan didalam secarik kertas.

Nachelle lah yang pertama kali menyelesaikan tugas belanjaan nya. Tak lupa gadis itu menambahkan beberapa cemilan untuk stok makanan di kamarnya. Mengedarkan pandangannya, namun tak bisa ia tangkap keberadaan bunda atau adiknya. Dari pada berdiri bak anak hilang, Nachelle memutuskan untuk membayar dan menunggu di luar saja.

Dengan tangan yang menenteng dua plastik besar. Gadis itu berdiri di depan supermarket. Maniknya menatap jalan raya yang padat akan kendaraan berlalu lalang.

Tak sengaja, netra hazel itu menangkap keberadaan seorang pemuda yang amat dikenalinya, sedang memandang kosong jalan raya.

"Vernon?" Gadis itu bergumam. Tak lama, maniknya melebar ketika mengetahui jika alur novel masih berjalan.

Nachelle meletakkan barang bawaannya ke dalam mobil. Lalu dengan perlahan menyebrang guna melihat pemuda itu lebih jelas lagi. Dengan hati-hati gadis itu bersembunyi di balik pohon. Melongok sedikit, dapat Nachelle lihat bibir pemuda itu bergerak mengatakan 'mati'

Gadis itu kelimpungan di tempatnya. Bukankah seharusnya Zahra sudah datang?! Kemana sang protagonis wanita itu?! Kan ga lucu jika Nachelle harus menyaksikan kecelakaan yang akan terjadi pada Vernon jika tak ada yang menghentikan.

"Ck! Zahra mana, dah!"

Menurut alur novel, saat ini Vernon sudah sangat putus asa mengenai keluarganya. Sehabis bertengkar dengan kedua orangtuanya, Vernon akan mencoba bunuh diri dengan menabrakkan dirinya. Namun, Zahra yang melihat itu, langsung menghentikan kegilaan yang akan terjadi. Nah, semenjak saat itulah Vernon membuka hatinya untuk Zahra.

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang