#7

15.7K 2.2K 206
                                    

Semilir angin sepoi-sepoi, sukses menerbangkan beberapa helai rambut gadis bermata kucing yang masih tak bergeming dari tempatnya.

Menilik raut gadis itu, dengan gemas Iden menjawil hidung mungil didepannya.

"Eh?" Nachelle menggaruk pipinya salah tingkah. Dapat ia lihat jika Iden mulai menjauhkan tubuhnya. Hendak kabur, namun tatapan tajam pemuda itu masih menghunus intens padanya. Nachelle harus gimana, atuh?

Tiba-tiba saja gadis itu membungkuk hormat. Diiringi dengan kata-kata yang terlontar dari bibir mungilnya.
"Selamat siang, buk."

Dengan refleks, Iden berbalik kebelakang. Namun nihil. Tak ada sosok 'ibuk' yang di sapa gadis itu.

Kembali berbalik ke depan. Keberadaan Nachelle sudah lenyap dari pandangannya. Iden melongo sesaat sebelum menyugar rambutnya kebelakang. Menarik sudut bibirnya ke atas dia bergumam,
"Ck, berani banget."

Beralih pada Nachelle yang terlihat ngos-ngosan, sesekali menoleh kebelakang, guna memastikan jika Iden tak menyusulnya. Kan ga lucu kalo ia ditangkap dan di bunuh karena telah menipu Iden.

Kakinya menapak pada ubin kantin. Mengedarkan pandangannya menyapu penjuru, maniknya terhenti pada seorang gadis yang terlihat makan sendirian.

Dengan langkah riang, Nachelle menghampiri Araya. "Aya!!"

Araya menoleh menatapnya. Sedikit bingung mengapa Nachelle berkeringat, lagi. Ia kemudian merogoh sakunya mengeluarkan tisu.
"Kenapa?"

Nachelle menggeleng cepat. Tak mungkin pula ia memberitahu kejadian di taman tadi. Mencoba mengalihkan pembicaraan, gadis itu menunjuk area tengah kantin yang di padati oleh orang-orang.
"Kenapa, tuh?"

Araya mengikuti arah pandangnya. Mengangkat bahu acuh, ia menjawab, "Biasa, drama."

Drama? Tak lama, Nachelle melotot karena terkejut. Ia ingat, adegan ini sudah tertera di novel. Adegan ketika Nachelle menabrak Zahra. Membuat seragam Zahra kotor. Seketika otaknya ngeblank sesaat. Kalo Nachelle duduk adem anyem disini tidak mengusik Zahra, jadi siapa yang di depan sana?

Tokoh baru? Atau tokoh antagonist wanita? Dengan tergopoh, gadis itu beranjak menuju kerumunan.

Dengan tubuhnya yang mungil, tak sulit untuk menyelip orang-orang. Ternyata, tubuh mungil ini berguna juga. Rasa penasaran menyelimuti dirinya. Jiwa kepo nya meronta-ronta ingin tahu.

Mendapat spot yang bagus. Gadis itu menatap drama didepannya. Di sana, terlihat Zahra sang protagonis wanita, tengah berdebat dengan Senja, sang antagonis wanita.

"Wahh.. saya mencium bau-bau baku hantam."

"Siapa yang baku hantam?"

Tanpa menoleh menatap orang yang bertanya. Nachelle menunjuk kedua tokoh di depannya dengan dagu.

"Kok bisa?"

Gadis itu mengangkat bahu acuh. Masih menatap minat kedepan. Ia menjawab,
"Mana saya tau, saya kan upil naga."

Orang yang bertanya, memandang gemas pada gadis itu. Sedikit kesal juga ketika Nachelle tak menatapnya. Sepertinya keributan di depan sana lebih menarik dari pada dirinya.

"Lo ga mau misahin?" Tanyanya lagi. Namun Nachelle menggeleng.

"Ntar juga, para pangeran berkuda putih datang."

"Arghi-"

Devara tak jadi melanjutkan perkataannya, ketika melihat Arghi menaruh telunjuknya di depan bibir agar pria itu diam. Melongokkan kepala ke samping kiri Arghi, dapat Devara lihat Nachelle berdiri di sana.

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang