#11

17.3K 2.1K 309
                                    

Glek..

Nachelle menelan saliva nya kepayang. Situasi ini lebih mengerikan dari film horor. Kakinya sudah melemas layaknya jelly. Bagaimana jika Arghi membunuhnya? Dasar mulut sialan! Pasti pemuda itu marah. Nachelle harus gimana dong?

Dengan perlahan ia membalikkan tubuhnya menghadap langsung ke depan Arghi. Pemuda itu menatapnya tanpa ekspresi. Namun sialnya, wajah pemuda itu tetap tampan. Seketika Nachelle mendengus. Dunia novel sialan!

"Hehe.. siapa yang mau lari? Gua cuma mau ke lapangan, kok." Elaknya dengan mimik muka bersungguh-sungguh.

Bibir Arghi berkedut kala menilik ekspresi tegang di depannya. Apakah wajah Arghi begitu menyeramkan? Melihat manik hazel yang berlarian tak berani menatapnya, membuat Arghi sedikit kesal. Wah, sepertinya dirinya tak setampan yang orang-orang bilang.

"Bareng." Dengan tangan yang masih bertaut, ia menarik pelan gadis itu menuju lapangan.

Nachelle menutup wajahnya menggunakan tangan kanannya. Ia merasa malu ketika semua mata tertuju padanya. Serasa jadi buronan saja. Lagian, mengapa sang protagonis pria kedua ini sangat menyebalkan?! Bukankah Arghi sangat anti berkontak fisik dengan perempuan?

Bahkan jika mengikuti alur yang sudah Nachelle baca, seharusnya saat ini Arghi sudah menaruh rasa pada Zahra.

Oke! Kemungkinan besar alurnya sudah berubah. Jangan terlalu berpatok pada alur, Chel!

Arghi menunduk, menatap telapak tangan lebarnya yang menangkup jari-jari mungil gadis itu. Kedua sudut bibir nya tertarik membentuk senyuman tipis.

Ia kemudian melirik gadis itu melalui ekor matanya. Nachelle masih menunduk dengan tangan yang menutup wajahnya.

Mereka sudah sampai di lapangan. Di barisan kelas XII IPA 1, terlihat Devara dan Ravish yang tergopoh menghampiri keduanya.

"Lah, kok bareng?" Tanya Ravish dengan kedua alis yang meningkuk dalam.

Dengan bibir yang mengecut, Devara menarik Nachelle hingga genggaman Arghi terlepas. Pemuda itu membawa Nachelle ke tengah-tengah barisan.

"Lo ngehindar dari gua, Chel?" Tanyanya dengan kepala tertunduk. Mengapa Nachelle selalu menghindar dari nya? Sedangkan Nachelle mau-mau saja dengan Arghi. Kan Devara cemburu.

"E-enggak! Gua ga ngehindar dari lo, kok." Jawab kikuk gadis itu.

Namun Devara tak membalas. Pemuda itu terlihat betah menatap kedua sepatu hitam nya. Hal itu membuat Nachelle menggaruk pipinya tak enak hati.

"Dev, kenapa nunduk? Sepatu lo, bolong ya?" Tanyanya seraya ikut menatap sepatu pemuda di depannya.

Dengan cepat Devara menoleh lalu menggeleng ribut. Ya kali, sepatunya bolong. Hei! Sepatu Devara sangat banyak ya! Bahkan penuh dua lemari besar!

Nachelle mendongak. Menatap Devara yang lebih tinggi darinya.
"Trus, kenapa nunduk? Lo ada mijak tai?"

Ravish yang berada di belakang gadis itu, tergelak. Dengan tangan yang menepuk-nepuk kecil surai Nachelle, ia berbisik di samping telinga gadis itu.

"Iya, tadi Devara mijak tai anjing, di depan parkiran."

Dengan refleks Nachelle menoleh ke samping. Pergerakannya terhenti dengan kedua manik yang melotot, kala bibirnya tak sengaja menyentuh hidung mancung pemuda itu.

Tiba-tiba saja, suasana di sekitarnya menjadi hening. Semua mata terbelalak melihat kejadian barusan.

"Eh, sorry, sorry." Nachelle yang sadar, langsung bergeser ke samping. Tak sengaja ia malah menubruk Iden yang berdiri di sampingnya.

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang