#4

16.1K 2.2K 162
                                    

Dengan nafas ngos-ngosan Nachelle berhenti di samping mading lebar sekolah. Kedua tangannya menumpu pada kedua lutut guna menahan tubuhnya.

"Gila, serasa dikejar jamet lampu merah." ujarnya dengan nafas tersegal.

Mungkin karena terlalu fokus dengan gerutunya, Nachelle tak menyadari, jika lima langkah di sampingnya terdapat empat orang pemuda yang menatap tanya kearahnya.

"Nachelle kenapa?" Tanya Devara entah kepada siapa. Maniknya terlalu fokus pada objek di depan sana.

Ravish yang juga memperhatikan Nachelle sendari tadi, pun menggeleng.
"Kaya habis dikejar preman?"

Iden mendelik menatapnya. Yakali di sekolah ini ada preman. Kembali memfokuskan pandangannya pada Nachelle. Kini dapat mereka lihat, gadis itu tengah mengikat rambutnya tinggi-tinggi.

"Cantik banget ga sih?!" Devara mengepalkan kedua tangannya, ingin sekali dirinya membawa pulang Nachelle dan langsung meng-sah kan gadis itu ke KUA.

Ravish mengangguk setuju. "Banget! Imut juga, tapi cuek!" Sanjung nya yang diakhiri cibiran.

Dengan mata yang masih fokus pada Nachelle, Devara kembali menimpali,
"Tadi dikelas, gue nyapa dia. Lo semua tau ngga, gimana reaksinya? Gue di cuekin, anjing!"

Iden terkekeh ringan. Sebenarnya, ia juga mendengar saat sahabatnya itu menyapa Nachelle dan berakhir di acuhkan. Satu hal yang dapat iden simpulkan. Gadis itu berbeda. Nachelle menjaga jarak. Seakan membuat benteng besar yang menghalangi mereka agar tak bisa mendekat.

Nachelle yang sudah mengikat rambutnya, kini melangkah menuju parkiran. Di atas motor berwarna hitam legam, terlihat Jake yang sedang bermain dengan ponselnya.

Menghampiri pemuda itu, Nachelle menipiskan bibir nya. Tangannya terulur menyapu keringat yang menghiasi pelipis adiknya.

Jake yang berjengit pun, lantas menoleh kedepan. Tak lama, bibir pemuda itu mengecut.
"Kak Achel lama, ih." Gerutunya seraya mengantungi ponselnya.

Nachelle tergelak sebentar. Masih tak mempercayai jika sosok Jake yang ia baca di dalam novel adalah pemuda yang sama yang kini berada dihadapannya. Dingin? Cuek? Irit bicara? Nachelle rasa penulis sedang mabuk saat mendeskripsikan tentang Jake.

Tak ada dingin-dinginnya tuh. Malahan adiknya adalah pria ter-imut yang pernah ia temui.
"Maaf atuh. Tadi kakak di cegat sama jamet"

Jake mendegus mendengar alasan yang mustahil itu. Tak mungkin ada Jamet di sekolah elit ini. Memilih tak menanggapi, Jake turun dari motornya.

Membuka jaket kulit yang semulanya ia kenakan, dan dengan telaten mengikatkan pada pinggang ramping kakak nya.
"Biar paha nya, ga keliatan" paparnya ketika menilik raut bingung gadis itu.

Sebuah senyuman terpantri menghiasi wajah cantik gadis itu. Ah, andai saja jika Jake bukan adiknya. Pasti Nachelle sudah melenyot pada pertemuan pertama mereka. 

Kini pemuda itu beralih memakaikan Nachelle, helm. Merasa sudah beres, Jake mengulurkan tangannya guna membantu gadis itu menaiki motor.

"Sesuai alamat ya bang!" Titah Nachelle seraya menepuk pundak Jake dua kali.

Motor mereka melesat meninggalkan kawasan sekolah.

Keempat pemuda yang masih berada ditempatnya, dan tiga diantaranya sendari tadi memperhatikan interaksi Nachelle dan Jake, masih bungkam.

"Yah, Nachelle udah punya pacar, ck!" Lesu Devara dengan bahu merosot.

Tak jauh berbeda dengan Devara, Ravish juga mengecutkan bibirnya. Seperkian detik nya, mata pemuda itu berbinar cerah. Ia merangkul Devara yang berada di sampingnya.
"Kan masih pacar. Belum suami. Selama jalur kuning belum melengkung, kita masih bisa nikung!"

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang