#6

16.2K 2.1K 149
                                    

Nachelle masih terperangah dengan mata yang ia paksa untuk tertutup. Tak ingin larut dalam situasi ini. Dengan terpejam ia mengangkat celana yang berada di atas sepatu Devara hingga keatas.

"Maap, maap, maap!"

"Hik.." Devara mengerang tertahan kala celana pembatas bagian selangkangan, menabrak kuat aset nya. Rasanya sangat ngilu. Ia bahkan sampai berjinjit karena serangan mendadak itu.

Ingin mengucapkan sesuatu, namun rahangnya kembali terkatup kala Nachelle sudah berlari bak orang kesetanan.

"Pftt...BWAHAHA!" Ravish yang pertama kali sadar dari keterkejutannya, terbahak di situ. Ia memegangi perutnya yang terasa keram karena tertawa.

Iden juga ikut terbahak. Bahkan kedua sudut mata pemuda itu mulai berair. Astaga, malu nya! Iden tak bisa membayangkan jika dirinya yang berada di posisi itu.

Sedangkan Arghi dan Vernon terkekeh kecil. Tak ada yang menyangka jika hal ini akan terjadi. Benar-benar di luar prediksi.

Momen ini merupakan momen bersejarah bagi kelimanya, ralat. Bagi gadis itu juga. Mengingat jika Nachelle lah pelakunya.

Dengan muka yang sudah memerah bak kepiting rebus. Devara berlari seraya menutup wajahnya. Untung saja tak ada yang lewat. Jika tidak, dapat dipastikan kejadian tadi sudah memenuhi akun sekolah. Apalagi jika ada yang memvideoka- ah! Sudahlah!

"Gue ngakak sampe ngik ngik." Papar Ravish lalu melanjutkan tawanya.

Vernon sudah mendatarkan wajahnya seperti sedia kala. Ada sesuatu yang mengganjal di benaknya. Mengapa gadis itu menghindar ketika Vernon mau menangkap nya?

Jika saja gadis itu, Nachelle tak menghindar, maka semua ini tak terjadi. Netra abu-abu miliknya menghunus tajam kedepan. Seketika mood nya kembali turun. Mengapa? Mengapa gadis itu begitu enggan bersentuhan dengannya?

Beralih kepada Nachelle yang sudah duduk di bangku nya. Sendari tadi tatapan tanya oleh penghuni kelas, ditujukan padanya. Aneh saja ketika melihat murid baru itu berlari seakan sedang dikejar oleh sesuatu.

"Malu banget anjir! Mana motifnya princess, lagi." kedua pipi gembul nya mulai bersemu. Nachelle kembali mengulang ingatan yang baru terjadi tadi.

Tepukan pada bahunya membuat gadis itu menoleh ke samping. Tepat di sampingnya, terlihat Araya yang berdiri.
"Araya! Mental gue gonjang-ganjing." Pekiknya langsung memeluk tubuh gadis itu.

Araya mengernyit bingung. Ada apa dengan Nachelle? Menilik pelipis gadis itu yang berhiaskan air sebesar biji jagung, dapat Araya simpulkan jika Nachelle habis berlari. Mengeluarkan tisu dari sakunya, Araya menyerahkan benda itu pada Nachelle.
"Kenapa?"

Nachelle menerima sodoran itu. Dengan bibir yang maju beberapa centi. Ia menyeka kasar keringatnya.

Pintu kelas kembali terbuka. Menampilkan keempat pemuda yang menjadi pangeran sekolah. Melemparkan tatapan tanya sama seperti kali pertama melihat Nachelle memasuki kelas. Para penghuni merasa bingung ketika tak melihat keberadaan Devara di sana. Tumben sekali pemuda itu tak bersama para sahabatnya.

Nachelle semakin gelisah. Ia mendongak menatap Araya yang lebih tinggi darinya. Menggenggam erat jari-jari gadis itu, Nachelle memberikan tatapan melas nya.
"Yaa, kita bolos, yuk."

Atensi Araya kembali pada gadis di depannya. Gadis berwajah datar itu memandang Nachelle tanpa ekspresi. Tak lama, tangannya terangkat guna menyentil kening gadis di depannya.
"Jangan aneh-aneh."

Nachelle kembali mencebik. Andai saja Araya tahu apa yang terjadi, mungkin gadis itu akan mengiyakan ajakan nya.

Dengan bahu yang merosot, Nachelle kembali menduduki bangkunya. Gadis itu tak bergerak seperti sedang cosplay menjadi patung. Batinnya sendari tadi menggerutu kesal. Kesal karena ketidakpekaan nya. Ia baru sadar jika tempat duduknya berdekatan dengan kelima tokoh pria! Di belakangnya adalah bangku Devara, di samping kirinya ada Vernon, di samping kanannya ada Arghi, di depan bangkunya ada Ravish yang sendari tadi mencuri-curi pandang ke belakang. Di samping meja Devara terdapat Iden.

Hei Antagonist! Change Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang