part 1 [NEVNA]

22.5K 2K 62
                                    

Happy reading!

Seorang gadis berambut panjang terlihat tergeletak tak berdaya di dapur kecil nan kumuh, wajahnya terlihat kusam dan sangat pucat, bibirnya pecah pecah dikarenakan kurang minum, mata bulat itu tampak terpejam dengan kening yang berkerut.

Tak lama kemudian mata gadis itu terbuka dan menampakkan sepasang hazelnya yang indah.

Dia mengerang pelan, alisnya mengerut mentralisir rasa pusing di kepalanya, ketika penglihatannya sudah normal dia melihat sekeliling dan bertanya tanya dimanakah dirinya berada sekarang.

Saat dia hendak bangkit berdiri telinganya berdengung dengan kepingan kepingan memori yang perlahan muncul di kepalanya, dia berteriak mengadu kesakitan dengan yang terangkat menarik rambut nya kuat.

"Enggak mungkin! Mustahil!!"

Dengan cepat gadis itu berlarian mencari keberadaan cermin, ketika matanya menangkap wajah asing di pantulan cermin dia menggeleng kuat.

"Kejadian kayak gitu cuma ada di novel novel! Gak mungkin ini terjadi sama gue, gila aja! Pasti ini cuma mimpi, atau cuma imajinasi gue aja sebelum kematian!"

Dia mencubit tangan kirinya untuk memastikan bahwa ini hanyalah sebuah mimpi. Namun sedetik kemudian dia mengaduh pelan. "Awh- sakit!"

Matanya terbelalak ketika menyadari bahwa ini semua benar benar nyata. "What the hell! Ini gak adil! Seharusnya gue transmigrasi kedalam tubuh nona kaya dan cantik! Bukan cewek cupu dan miskin kayak gini!" Mata gadis itu kembali menatap kearah cermin dan berdecak.

"Iiuuhh! Mukanya kusam amat! Dan lagi bajunya gak ada style banget, fiks ini cewek pasti udik banget dan sering di bully di sekolahnya." Dia berkacak pinggang menatap ke segala arah dengan nanar, ini benar benar bencana, lihatlah rumah kumuh ini! Sangat tidak cocok dengan dirinya.

"Gila aja Alesya yang cantik bin imut ini harus tinggal di rumah jelek dan kumuh kayak gini! Ini gak boleh terjadi!!"

Ya, gadis itu memang Alesya yang baru saja mengalami transmigrasi kedalam tubuh gadis cupu dan miskin seperti yang dia katakan.

"Mirisnya nih cewek gak punya siapa siapa, cuma anak panti asuhan yang udah di usir dari panti karena di fitnah sama anak panti yang iri sama dia." Alesya menggeleng lirih meratapi nasibnya kini.

"Siapa sih nama nih cewek, tunggu kita ingat ingat dulu." Alesya memejamkan mata dengan otak yang sibuk menggali ingatan sang pemilik tubuh asli. Tak lama dia menjentikkan jarinya dengan mata berbinar. "Aha! Gue tahu namanya, Nevna. Unik juga." Ujarnya berkomentar di akhir kalimat.

Tapi setelah itu dia cemberut, perutnya bergemuruh pelan meminta asupan. "Dan sekarang masalahnya gue lapar. Coba kita lihat apa disini ada makanan?"

Kaki gadis itu melangkah pasti menuju tepatnya pertama kali membuka mata. Tangan ringkih itu bergerak mencari cari apa saja yang bisa untuk mengganjal perutnya untuk saat ini. Setelah sekian lama memcari akhirnya dia menemukan satu bungkus mie goreng yang ujung kemasannya sudah raip di gigit tikus.

"Jadi gue makan apa? Gak ada apa apa disini." Alesya mengusap perutnya yang terasa perih.

Mata hazel itu beralih menatap beberapa sayuran yang terletak di atas meja kecil yang berada di bagian pojok dapur. "Apa gue masak itu aja?" Dia bertanya entah kepada siapa dengan skeptis.

Dia menunduk dengan muram ketika mengingat sesuatu tentang dirinya. "Guekan gak bisa masak." Alesya hampir menangis, tapi itu tak bertahan lama ketika dia mendapat sebuah harapan.

"Bukannya gue transmigrasi ya? Seharusnya gue kayak yang di novel novel itu dong, bisa melakukan semua keahlian pemilik asli tubuh yang dia tempati." Alesya mengangguk yakin, dengan mantap dia berjalan ke arah tempat sayuran itu berada.

"Ini di apain dulu," Alesya berfikir dengan ragu. "Itu urusan belakang, sekarang kita ikuti kata hati dulu."

Gadis berambut sepunggung itu terlihat fokus memasak mengikuti kata hati. Dan setelah sekian lama dia berkutat di dapur, Alesya sekarang tengah duduk di atas meja meratapi hasil masakannya yang gosong, bahkan dia tadi hampir membakar dapur kalau saja dia tadi tidak cepat untuk segara menyiram panci itu menggunakan seember penuh air.

"Ini bencana." Alesya menggumam lirih.

"Nevna!!"

Alesya terperanjat, dia hampir saja terjungkal kebelakang jika tidak dengan sigap memegang ujung meja untuk menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh.

"Nev! Liat aku bawa apa."

Seorang gadis berambut sebahu bertanya dengan riang kepada Alesya, tidak! Sebwnarnya gadis itu bertanya kepada pemilik tubuh asli.

Alesya memutar bola matanya malas, dia ingat. Gadis didepannya ini adalah satu satunya orang yang mau berteman dengan pemilik tubuh asli.

"Ya mana gue tahu,"

Alis gadis berambut sebahu itu mengkerut samar, dia memiringkan kepalanya ke samping.

"Kamu agak aneh." Komentarnya menatap Alesya curiga.

Alesya tersedak, dia cengengesan didepan gadis bermabut sebahu yang tak lain bernama Agni.

"Cuma mau berubah dikit aja." Ujarnya mengelak.

Agni membulatnya mulutnya menjadi seperti membentuk huruf o. Dia mengeluarkan dua buah mangga muda dari balik tubuhnya.

"Tadaa.." gadis berambut sebahu itu dengan riang memamerkan dua buah mangga mentah itu di hadapan Alesya.

Alesya agak memundurkan wajahnya kebelakang menghalau binar ceria gadis itu yang terlalu berlebihan.

"Mangga mentah? Untuk apa?"

Binar ceria di mata Agni kini hilang di gantikan oleh rawut bingung, dia menatap Alesya dan dua mangga muda itu bergantian.

"Bukannya kemarin kamu mau makan mangga muda ya?"

Alesya mengerutkan keningnya tak mengerti. "Mangga muda? Gue minta itu? Kapan?" Sepertinya gadis itu lupa bahwa dirinya sekarang telah berada di tubuh orang lain.

"Kamu yang minta, kamu bilang dedeknya pengen makan mangga muda." Agni menjelaskan diakhiri dengan tangan yang menunjuk ke arah perut Alesya.

Gadis berambut sepunggung itu cengo, dia memegangi perut ratanya dengan rawut tak mengerti.

"Dedek? Apa maksud lo?" Banyak spekulasi aneh yang kini bermunculan di otaknya.

Agni mengerjap polos, sekali lagi dia memiringkan kepalanya ke samping.

"Kamukan lagi hamil."

Satu kalimat yang keluar dari mulut Agni membuat dunia Alesya berputar, pandangannya memburam diiringi oleh suara teriakan Agni yang memanggil manggil nama Nevna.

Cobaan apa lagi ini?

»»»«««
Terima kasih untuk kalian yang sudah mau membaca cerita ku

Jangan lupa vote ya!

[Transmigrasi] NEVNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang