part 11 [NEVNA]

13.8K 1.5K 113
                                    

Happy reading!

"Dari mana aja kamu?!"

Pak Angga bersedekap sembari menatap tajam kearah Nevna, tatapannya sangat sinis. Kalau bisa, Nevna ingin mencongkel mata bapak tua itu kalau tidak mengingat hal itu adalah tindak kriminal.

"Terlambat tiga belas menit, apa pantas bagi seorang anak beasiswa bersikap seperti itu?!" Nadanya terdengar mencemooh. "Jika saya yang menjadi donatur di sekolah ini, saya tidak akan pernah mau membiayai pendidikan orang tidak tahu diri seperti kamu!"

"Sudah bagus di biayain pendidikannya oleh sekolah, tapi kamu malah berleha leha tanpa peduli bel tanda sudah masuk jam pelajaran berbunyi." Pak Angga berkacak pinggang, menatap penuh selidik pada Nevna. "Jawab, darimana aja kamu selama tiga belas menit ini?"

Dalam hati Nevna mengerang, jika saja, jika saja dia punya kekuasaan, Nevna pasti akan mendepak modelan guru seperti ini.

"Jawab!" Suara pak Angga mulai meninggi.

Mata Nevna melirik sekilas kearah dalam kelas, teman satu kelasnya tidak ada yang peduli. Hanya Anin yang terlihat melemparkan senyum mengejek pada Nevna.

"Kamu tuli?!"

Menarik nafas pelan, Nevna menjawab dengan pandangan tajam tepat di kedua manik mata pria paruh baya itu. "Saya dari uks, saya gak enak badan."

Mata pak Angga membesar, begitupun dengan teman sekelasnya yang langsung memusatkan perhatian padanya. Nevna sudah melanggar salah satu peraturan sekolah menyangkut anak beasiswa.

"Kamu ke uks?!" Pak Angga membentak marah. "Apa kamu bodoh?! Bagaimana bisa pihak sekolah memberi beasiswa pada orang sepertimu!"

"Apa salahnya? Saya hanya memakainya sebentar karena saya benar benar sedang sakit."

"KAU!!" Wajah pak Angga merah padam.

"Sekarang juga, pergi lari keliling lapangan upacara sepuluh kali putaran!!"

Nevna mengepalkan tangannya. "Kalau bapak marah karena saya memakai fasilitas sekolah, marahlah pada ketua pmr. Dia yang menyuruh saya istirahat disana." Ujarnya penuh penekanan.

Pak Angga tampak tertegun sesaat sebelum kembali menunjukkan wajah remeh. "Kesalahanmu bukan cuma itu, kau terlambat tiga belas menit."

"Pergi kelapangan upacara, saya yang akan mengawasimu."

°°°°

Keringat mengucur deras dari pelipisnya, Nevna menumpu tangannya di kedua lutut, mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Ringisan dia keluarkan, perutnya terasa sakit, kakinya sangat lemas ditambah lagi penglihatannya yang mulai memburam.

Ini baru putaran yang pertama, dia sudah tidak sanggup lagi. Tangannya memegangi perutnya dengan wajah yang menahan sakit, wajahnya memucat ketika melihat darah mengalir dari sela kakinya.

"Akh-" Nevna jatuh berlutut dia memegangi perutnya dengan panik. "Jangan-"

Pak Angga yang melihat dari kejauhan menggeram marah, dia berjalan mendekat kearah Nevna. Sedikit lagi dia akan sampai, tapi kalah cepat dengan seorang cowok yang dengan sigap mengangkat Nevna dan membawanya pergi dengan langkah yang lebar.

"Siapin mobil!" Titahnya begitu melihat salah satu sahabatnya berdiri tidak jauh dari keberadaan mereka.

Pandangan Nevna yang kabur tidak bisa melihat jelas siapa yang menolongnya. Dalam hati dia terus merapalakan doa supaya anaknya tetap baik baik saja.

[Transmigrasi] NEVNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang