Part 15. [NEVNA]

12.3K 1.3K 43
                                    

H A P P Y  R E A D I N G.

*
R
Y
T
*

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Di sebuah kamar nan luas, seorang perempuan cantik berjalan mondar mandir. Wajahnya tampak pias, kejadian yang sudah berlalu tiga hari lalu, jujur sangat mengusik ketenangannya.

Bagaimana bisa kendali atas tubuhnya hilang kontrol walau hanya beberapa detik? Apa mungkin si pemilik tubuh asli sebenarnya masih hidup?

Jika itu memang benar adanya, lantas dirinya akan bagaimana?

Tok, tok, tok.

Pandangan perempuan itu sontak teralih ke arah pintu yang baru saja di ketuk. Menarik napas panjang, kemudian Nevna keluarkan perlahan guna untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau.

Tok, tok, tok.

Setelah lebih tenang, kakinya di langkahkan menuju pintu lalu membukanya.

"Maaf nona. Anda di panggil untuk sarapan." Perempuan berseragam pelayan itu menunduk, mempersilahkan Nevna yang sudah lengkap dengan seragam sekolahnya berjalan lebih dulu.

"Tunggu bentar." Nevna kembali masuk kedalam kamar dan mengambil tasnya.

"Ayo."

Perempuan itu mengikuti Nevna dari belakang dengan patuh. Tetapi saat hampir sampai ke arah meja makan, pelayan itu berbelok membiarkan Nevna berjalan sendiri dan duduk di kursinya.

"Lo mau sekolah?"

Mata Nevna melirik ke arah Alga yang duduk di sebelahnya. Cowok itu juga sudah rapi dengan seragam sekolah yang memiliki motif sama dengan seragamnya. Alis Nevna terangkat sebelah, merasa aneh mendengar pertanyaan semacam itu keluar dari mulut Alga.

"Lo gak liat gue udah pakai seragam sekolah?" Balasnya sarkas. Kesal mendengar pertanyaan tak bermutu dari Alga.

Alis Alga menukik, kini menatap sepenuhnya pada Nevna.

"Kok lo jadi sewot?"

"Dih, siapa yang sewot coba." Nevna memutar bola matanya malas. Agak heran melihat perubahan Alga  yang sangatlah drastis.

"Lo lah! Siapa lagi? Gak mungkinkan gue nya-Aakh sakit kak Rey!" Alga mengaduh kesakitan saat telinganya di jewer keras oleh Reyhan, kakak keempatnya.

"Sejak kapan lo berubah jadi cerewet gini sih?!" Reyhan geleng geleng kepala melihat sifat Alga yang membuatnya gemas ingin menarik telinga cowok itu lebih keras.

Mengusap telinganya yang panas dan merah setelah di jewer kakaknya. Alga malah mendengus. "Cerewet apanya? Biasa aja tuh."

"Biasa bagi lo, luar biasa bagi kita." Celetuk Rayan yang sedang menopang dagu menatap geli wajah Alga yang memberenggut.

Alga tak membalas lagi. Hal seperti ini sudah biasa, di perlakukan seperti anak kecil oleh keempat kakaknya sudah menjadi makanan sehari hari Alga. Terkadang juga tanpa sadar Alga berperilaku seperti layaknya anak kecil tanpa di sadari cowok itu.

[Transmigrasi] NEVNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang