Siang ini Nevna sedang sibuk mengantar pesanan beberapa pelanggan, dia bolak balik dari ke meja satu dan meja yang lainnya. Sebenarnya gadis itu sudah merasa lelah, namun apalah daya dia tidak bisa mengeluh. Ini memang sudah resikonya bekerja di cafe begini.
"Minum dulu dek."
Satu gelas air di sodorkan padanya, Nevna meraihnya tanpa sungkan. Perempuan berambut sebahu yang memberikan segelas air pada Nevna itu namanya Sena, tukang cuci piring yang pekerjaannya sempat Nevna gantikan kemarin. Perempuan itu sangat baik dan perhatian, tidak seperti Mika yang tidak bisa melihat orang bersantai santai sedikit.
"Pelanggan hari ini banyak banget, pasti kamu capek. Kakak aja dari tadi sibuk nyuci piring karena banyak piring kotor." Dia mengambil posisi duduk di kursi sebelah Nevna, ikut menuangkan segelas air dingin ke gelasnya.
"Bisa istirahat bentar gak nih kak? Kaki gue rasanya mau copot."
Nevna tidak mengerti, padahal pekerjaannya hanya mengantarkan pesanan para pelanggan, tetapi dia mudah sekali kelelahan. Sementara Mika yang bertugas mencatat pesanan dan mengumpulkan piring kotor saja masih terlihat semangat dan bugar.
"Kena marah Mika baru tau rasa." Nanda berceletuk, dia menggeleng pelan melihat Nevna yang tampak lemas.
"Capek tau." Keluhnya meletakkan kepala di atas meja.
"Alah! Kerjaan lo cuma nganter pesanan doang. Liat nih gue yang kerja dua kali lipat gak merasa capek sama sekali." Mika datang, dia melatakkan buku pesanan dan menyerahkannya kepada Nanda. "Bentar lagi anter tuh pesanan, gue mau ngumpulin piring kotor dulu. Jangan males lo!"
Nevna memutar bola mata melihat punggung Mika yang menghilang di balik pintu dapur. "Stamina tubuh orang beda beda kali." Dia mencibir pelan.
"Ini dek, ke meja nomor 10." Nanda memberikan satu buah nampan berisi dua kopi yang sudah di racik, jus stroberi dan kentang goreng.
Bumil itu berdiri gontai, dia meraih nampan itu dan berjalan hati hati keluar dari dapur. Dia berdiri di depan pintu mengamati situasi yang masih ramai, kapan ini akan berakhir fikirnya stres.
"Buruan, udah di tunggu njirr." Mika yang baru saja datang dengan ember yang berisi tumpukan piring kotor berbisik pelan, matanya melotot garang.
Nevna berdecak, kemudian berjalan menuju meja nomor sepuluh yang berisi dua orang cowok dan satu cewek yang masih memekai seragam sekolah yang kebetulan sama dengan seragam sekolahnya.
"Pesanannya kak." Nevna meletakkan satu persatu pesanan ke atas meja, kepalanya terus menunduk enggan menatap pelanggan yang sepertinya satu sekolah dengannya dan Agni.
"Lo kerja di sini ternyata."
Suara pongah yang terdengar menyebalkan itu membuat Nevna tanpa sengaja menggertakkan gigi, dia sangat kenal suara menjijikan itu. Menarik nafas rakus Nevna memgangkat kepala dan membalas tatapan meremehkan dari cewek yang di apit oleh dua orang cowok yang sialnya sangat tampan.
"Iya, memangnya kenapa?" Menarik senyum paksa, gadis itu tampak menyeramkan dengan mata melotot.
"Segitu miskinnya ya sampe kerja susah susah kayak gini, ck."
"Nin." Cowok berwajah datar yang duduk di sebelah kiri cewek yang tak lain Anin itu menegur.
"Heh! Itu tandanya gue mandiri, gak kayak lo yang terus jadi beban orang tua." Nevna membalas sarkas, hingga membuat wajah Anin memerah menahan kesal. Gadis itu mudah sekali di provokasi.
"Kurang ajar lo! Gak tau aja gue siapa. Bisa aja gue buat lo di pecat dari kerjaan lo detik ini juga."
"Anin."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Transmigrasi] NEVNA
Teen Fiction"Dia yang ekhem ekhem, eh malah gue yang nanggung akibatnya." Bagaimana jadinya jika gadis yang biasa dimanjakan oleh keluarganya, apa apa serba dituruti.Tiba tiba bertransmigrasi ke tubuh tokoh dalam novel yang namanya bahkan gak pernah di sebutkan...