part 13. [NEVNA]

12.4K 1.4K 130
                                    

Happy reading!

Plak.

Nevna memalingkan wajah, tangannya mengelus perut buncitnya sembari menghela napas. Dia tidak sanggup melihat Alga yang di tampar keras oleh papa dari cowok itu.

"Puas kamu?!" Salen membentak marah, dia menatap anaknya dengan binar kecewa yang sangat kentara. "Bukan hanya mempermalukan keluarga! Kamu juga sudah menghancurkan masa depan seorang perempuan. Papa tidak pernah mengajarkan kamu untuk berperilaku tidak pantas seperti ini!"

Alga justru tertawa. "Apa yang pernah papa ajarkan sama Alga? Mabuk mabukan?" Tangan kirinya bergerak melap darah yang mengalir dari bibirnya.

Salen terpekur, selama ini dia memang terlarut dalam kesedihan selepas kepergian istrinya yang meninggal karena kecelakaan sewaktu umur Alga masih kecil. Hingga tidak menyadari anaknya tumbuh dewasa tanpa campur tangan dirinya.

"Alga bakal tanggung jawab. Papa gak perlu khawatir untuk biaya kehidupan dia di masa depan. Karena Alga yang akan menanggung semuanya." Cowok itu memalingkan wajah enggan menatap papanya. "Minggu depan Alga akan menika-"

"Kamu tidak bisa menikahinya." Salen memijit pelipis, pria itu terlihat sangat stres. Badannya gemetar menahan luapan emosi yang tidak seharusnya dia lampiaskan.

Alis Alga naik sebelah, dia melirik papanya.

"Ikut papa. Kita bicarakan ini di ruang kerja papa." Setelah Salen berucap demikian dia beralih melirik ke arah Nevna.

"Pelayan!"

Satu orang perempuan berjalan mendekat. "Antarkan anak ini untuk beristirahat."

"Baik tuan."

_______

Sementara di tempat lain. Aliandra sedang melaksanakan dinner bersama dua keluarga besar, Elgrad dan Senio.

"Kalian keliatannya udah klop banget. Dari tadi mepet mepet mulu. Gak sadar apa di sini banyak orang? Gini amat jadi jomblo." Pinka Airika Senio, kakak dari seorang Anin berceletuk. Perempuan itu menatap sinis dua pasangan yang bermesraan di depan matanya.

Anin tertawa, dia semakin mengeratkan belitan tangannya di lengan Aliandra. Perempuan itu menjulurkan lidah ke arah Pinkan.

"Iri ya? Cari pacar sana." Ujarnya penuh nada ejekan.

Sendok yang ada di tangan Pinkan hendak melayang membidik jidat mulus Anin. Tapi kegiatan itu harus terhenti karena teguran dari nyonya Senio yang menatap tajam ke arah perempuan itu.

Pinka nyengir dan kembali meletakkan sendoknya.

"Kayaknya hubungan dua anak perempuanmu dekat sekali ya Darma." Linda, mamanya Aliandra berbicara. Wanita itu menggeleng pelan sembari terkekeh.

Darma hanya tersenyum. Nyonya senio itu menatap tajam kedua anaknya secara bergantian. Anin dan Pinka pura pura tidak melihat.

"Dari dulu saya ingin sekali punya anak perempuan. Tapi Tuhan berkehendak lain, saya tidak bisa mengandung lagi karena kecelakaan di masa lalu." Linda berujar sedih. Agra sang suami meremat tangan wanita itu pelan, memberi semangat lewat gerakan tangannya.

Linda tersenyum, dia menepuk pelan tangan Agra yang membelit sempurna tangan kanannya. "Gak papa."

"Yang paling sedihnya. Kecelakaan itu malah memewaskan seorang perempuan. Saya merasa bersalah telah menyebabkan nyawa seseorang melayang." Mendongak menatap langit langit restoran. Linda mulai menerawang. "Suami perempuan itu sangat baik. Dia tidak menuntut saya yang sudah membuat istrinya meninggal. Karena dia tahu kecelakaan itu tidak disengaja dan tidak bisa dielak."

[Transmigrasi] NEVNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang