10 [part 2] - Hamilin anak siapa?

33.2K 3.6K 32
                                    

^^
Julian (lagi praktek gendong debay)

Wulan memang terlihat diam, namun dalam hatinya ia merutuki sesuatu.

'Hannah maaf, aku gagal jadi ibu yang baik buat anakmu, Julian... aku ibu yang buruk Hannah... aku ga bisa jagain Julian dengan baik...'
.
.
.
Melihat keheningan dari Wulan itu membuat Zidan berlutut di kaki sang mama. Sedangkan Julian yang tadinya hanya menunduk, kini isakan kecil sudah mulai terdengar dari mulutnya.

"Mah.. maafin Zidan... maafin mah. Zidan udah berbuat salah."

Wulan pun menunduk menatap putranya yang berlutut, lalu bertanya  "Siapa ayahnya?"

Mendengar itu, Zidan sontak mendongak dengan ekspresi wajah yang sulit dijelaskan.

'Kenapa mamah langsung nanya ayah dari bayi kita? kenapa mamah ga keliatan kaget banget?'

Pertanyaan lembut Wulan membuat Zidan bertanya-tanya. Begitu pun Julian yang langsung berhenti dari tangisnya, karena tak mengira bahwa Wulan ternyata tidak memarahi mereka berdua.

"A-Aku ayahnya mah... hiks maaf..." Kini Zidan menangis, merasa sangat bersalah pada Julian maupun membuat mamanya kecewa.

Julian ikut berlutut sambil memeluk Zidan. Ia tak kuasa melihat Zidan yang menangis, Julian pun kembali menangis dibuatnya.

"Julian.. Zidan ayo berdiri sayang... kenapa kalian berlutut gini? terutama kamu Julian... jangan berlutut lama-lama, ga baik buat kandungan kamu." Ucap Wulan lalu mengajak keduanya untuk duduk di satu sofa panjang yang ada di kos kedua putranya itu.

Mereka bertiga pun melanjutkan obrolan mereka disana. Dengan Wulan yang duduk diantara Zidan dan Julian.

"Nak... mamah gak marah ataupun ngelarang kalian berdua buat lanjutin hubungan kalian ini... mamah cuman sedikit kecewa karena kalian nutupin rahasia sebesar ini dari mamah."

"Maaf mah... kita sebenernya bingung, dan tentunya kita takut buat ngasi tau mamah sama anggota keluarga yang lain tentang ini. Mamah tau kan hubungan Zidan sama Julian ini tabu di masyarakat? apalagi kondisi Julian sekarang ini yang bisa ngandung bayi layaknya perempuan pada umumnya...

... Julian jadi mikir gimana reaksi kalian nanti... Julian takut kalian gak bisa nerima kita mah... Julian takut itu mah.. takut.. hiks."

Mendengar pernyataan Julian, membuat air mata turun dengan deras di pipi Wulan. Wulan pun merengkuh tubuh Julian yang bergetar karena tangisnya itu.

"Jadi, kita minta maaf ya mah... dan Zidan juga minta tolong... jangan kasi tau papah soal ini ya mah please..." Pinta Zidan pada mamanya itu yabg dibalas anggukan.

"Iya, mamah ga akan kasi tau papah kalian, biar papah yang denger langsung dari mulut kalian... tapi kalian juga harus ngasi tau papah secepatnya sebelum bayi kalian lahir, atau papah bisa-bisa semakin kecewa sama kalian." Zidan pun mengangguk lemah menanggapi perkataan sang mama.

"Nak... mamah mau ngasi tau kalian sesuatu. Mamah akui, mamah sebenarnya yang salah disini."

"M-Maksud mamah?" tanya Julian mendongak di pelukan Wulan.

"Jadi, mamah sama papah sebenernya udah tau tentang kondisi Julian ini sejak dia lahir. T-Tapi mamah udah ngelakuin hal yang salah karena ga ngasitau kalian kondisi Julian ini lebih awal. Dan ya, sekarang jadi kalian kan yang nanggung kelalaian mamah ini...

... Tapi mamah bisa sedikit lega karena ayah dari cucu mamah yang ada di perut Julian itu Zidan, bukan yang lain." Jelas Wulan dengan mengulas senyumnya di akhir kalimatnya.

Zidan dan Julian yang mendengar itu tentu saja bahagia, selain menerima hubungan mereka, ternyata mama mereka juga menerima bayi yang ada di kandungan Julian bahkan langsung memanggilnya cucu.

"Usia kandungan kamu masuk minggu ke berapa sayang?" tanya Wulan pada Julian.

"Minggu ke-16 mah... Julian juga udah pernah cek ke dokter dan katanya kandungan Julian sehat banget!"

"Wah bagus itu... apa Zidan udah bener ngurus kamu sejak hamil?"

"Hahah...tenang mah, kalo itu jangan ditanya. Zidan bahkan rela cari kerja sampingan biar bisa nambah keuangan, soalnya setelah Julian hamil ini, kita makin boros, belanja banyak." Kata Julian yang menjelaskan pada mamanya.

"Oh wah.. ternyata anak mamah yang satu ini masih sadar sama tanggung jawabnya, pantes kamu kerja di tempat tadi..." Ucap Wulan yang sekarang menarap Zidan.

"Woiya, jelas dong mah!" Zidan pun tersenyum bangga dengan pujian yang dilontarkan Wulan padanya.

"Eh? mamah tau Zidan udah kerja?" Tanya Julian kebingungan.

"Iya sayang, tadi mamah kebetulan ketemu Zidan di coffee shop tempat kerjanya. Terus mamah minta kesini deh, dan yah... ternyata mamah dikasih surprise besar dari kalian disini..." kata sang mama yang membuat Zidan dan Julian tertawa canggung.

"Oh iya.. boleh mamah pegang perut kamu nak?" tanya Wulan yang tentu dibalas anggukan oleh Julian.

"Perut kamu udah mulai membesar yaa... ahh mamah jadi ga sabar mau nimang cucu mamah ini." ucap Wulan sambil mengusap pelan perut Julian dan dengan senyumannya yang tak lepas dari wajahnya itu.

"Semoga cucu mamah sama calon mantu mamah ini sehat-sehat terus ya..."  perkataan Wulan itu membuat semburat merah di pipi Julian terlihat jelas, begitupun Zidan yang sedari tadi cengar-cengir mendengar perkataan mamanya.

"Wihh udah dikasi restu dari mamah langsung nih yak..."  kata Zidan sambil menaik turunkan alisnya pad Julian.

"Ish Zidan apasih!"

Mereka bertiga pun lanjut bertukar cerita di kosan Zidan dan Julian tempati itu.







To be continued...



*chapter 10 ada 2 parts ya guys, jadi untuk chapter 11 nya tetap di publish sebentar lagi, jangan lupa di vote yaa, terima kasihhh😊🤍

Tanggung Jawab! - BL [ MPREG ]  [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang