13 - Ikhlas

30.1K 3.2K 330
                                    

^^
Zidan

'Kayaknya Zidan bakal jadi ayah yang sayang banget sama dede.'  begitulah yang ada di benak Julian karena Zidan yang selalu antusias dengan bayi mereka.
.
.
Setelah keributan kecil yang terjadi diantara Zidan dan Julian sehari yang lalu, aktivitas keduanya kembali berjalan seperti hari biasanya.

"Dan, nanti belanja bulanan yok... banyak yang udah abis nih. Body lotion, shampoo, sabun.. semua udah pada mau abis... susu gue juga mau abis."  keluh Julian yang dengan susah payahnya mengeluarkan isi lotion yang ia pegang.

"Okeeh ayang, nanti siang kita pergi belanja." jawab Zidan yang sedang fokus memainkan PS seperti biasa karena hari ini adalah hari libur kerjanya.

*Drrtt...drrrt...drrt

Ponsel Zidan yang tergeletak di karpet berdering membuat Zidan mem-pause permainannya itu.

"Ahh... siapa sih yang nelpon... ck! ganggu aja!"

Zidan sempat terdiam saat melihat nama kontak yang menelponnya itu.

"Eh? ga biasanya Dio nelpon..." ucap Zidan pelan.

"Siapa yang nelpon Dan?"

"Emm ini.. Dio nelpon.. gue angkat ya Jul?" tanya Zidan yang dibalas anggukan oleh Julian.

Dalam hatinya, Julian sebenarnya tak rela, terlebih mengingat perkataan Dio kemarin, tapi apa boleh buat? Dio adalah teman Zidan, tak lupa Dio juga yang membantu Zidan mendapatkan pekerjaan di coffee shop milik Dani, kakak Dio itu. Jadi, Julian merasa tak berhak melarang Zidan mengangkat telpon dari Dio itu

"Halo.. ada apaan Di-" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, di seberang terdengar suara tangis Dio yang membuat Zidan sedikit kaget.

"Hiks...Zidan..."

"Eh? Kenapa lu?"

"Hiks.. bisa ga... lu da-dateng
ke rumah gue? hiks..."

"Bentar.. lu kemalingan apa gimana nih? sstt tenang..."

"Eng-Engga.. gue sendirian di rumah hiks... pokoknya lu kesini please... hiks..."

"O-Okay, bentar..."

Zidan memutus panggilan telpon itu lalu menengok ke arah Julian yang terlihat sedang melamun.

"Jul.. gue sekarang ke rumah Dio boleh?"

Pertanyaan Zidan itu sontak membuat kening Julian berkerut.

"Ng-Ngapain?"

"Gue juga gak tau... dia nangis-nangis di telpon minta gue kesana... lu izinin gak gue pergi kesana, Jul?"  tanya Zidan yang membuat Julian berpikir sejenak.

"...kalo lu gak ngizinin juga gak papa, gue coba telpon abang dia aja."  kata Zidan sambil tersenyum teduh pada Julian.

"Lu pergi aja Dan... jugaan dia butuhnya elu kan?"  putus Julian dengan senyuman palsunya.

Zidan lalu menghampiri Julian, memeluk tubuh Julian dan mengusap kepalanya.

"Lu ga usah overthinking segala oke?... percaya sama gue, gimanapun godaan di luar sana, cuman lu yang ada di hati gue Jul. Gue gak bakal buka hati ini buat siapapun kecuali lu..."  kata Zidan yang sepertinya tau bagaimana isi pikiran Julian saat ini.

Tanggung Jawab! - BL [ MPREG ]  [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang