20 - Zion

31.7K 2.9K 169
                                    

Di depan ruang operasi, Wulan, selaku mama dari Zidan terlihat menenangkan putranya yang terus menangis di pelukan sang mama. Wulan tak peduli pakaian Zidan yang penuh dengan darah, ia hanya ingin putranya itu bisa merasa lebih tenang.

Zidan tak hentinya menangis karena mengingat perkataan salah satu dokter sebelum masuk ke ruang operasi Julian.

Flashback beberapa menit yang lalu...
.
.
Sebelum menuju ruang operasi, salah satu dokter bernama Dirga menghampiri Zidan dan mamanya.

"Bu, dik... kami akan melakukan tindakan operasi caesar pada Julian karena terjadi pendarahan serta pecah ketuban dini yang dapat membahayakan nyawa Janinnya maupun Julian sendiri, dan... keadaan terburuk yang bisa saja terjadi adalah hanya salah satu nyawa antara Julian dan janinnya yang bisa selamat."

Mendengar itu, Zidan merasa dunianya runtuh.

Zidan seketika berlutut di bawah kaki dokter Dirga.

"DOK... TOLONG SELAMATIN JULIAN DOK! SELAMATKAN JULIAN SAMA BAYI KITA... TOLONG DOK, TOLONG!!"  dengan tangisnya, Zidan tak hentinya mengucapkan kata 'tolong' pada dokter di depannya. Ia tak mau kehilangan Julian dan juga calon bayi mereka.

Dokter Dirga lalu menepuk dan menarik pundak Zidan ke atas agar Zidan tak berlutut di bawahnya.

"Kami akan berusaha dik."  setelah mengatakan empat patah kata itu, dokter Dirga lalu masuk ke ruang operasi dan menutup pintu yang baru saja ia lalui rapat-rapat.
.
.
Flashback end

Hingga sejam telah berlalu sejak dokter Dirga menutup pintu ruang operasi itu, pintu ruangan operasi masih tak kunjung terbuka. Membuat Zidan semakin cemas dengan Julian dan calon buah hatinya itu.

Mama Zidan yang kelelahan, saat ini terlelap dengan posisi bersender di kursi yang disediakan disana.

Beberapa menit kemudian, dokter Dirga membuka pintu ruang operasi di depan mereka yang langsung membuat Zidan beranjak dan mendekat ke arah sang dokter.

"Dok.. dok, gimana kondisi Julian sama bayinya dok?" dengan wajahnya yang kusut, Zidan bertanya pada dokter Dirga bagaikan orang yang linglung.

"Selamat dik Zidan... bayi laki-laki akhirnya lahir dengan selamat, tapi masih memerlukan perawatan dalam inkubator di ruang NICU karena bayi adik prematur...

...tapi dik Zidan masih tetap bisa menyentuh bahkan menggendong bayinya nanti setelah kita melakukan beberapa pemeriksaan terhadap si bayi." kata dokter Dirga yang baru keluar dari ruangan operasi itu dengan ramah.

"Huhh... terima kasih Tuhan.., terima kasih dok!" Zidan seketika mengusap wajahnya dan tersenyum bahagia. Membuat dokter Dirga mengangguk dan ikut tersenyum dalam maskernya.

Namun ia teringat perkataan dokter Dirga sejam yang lalu.

"Ju-Julian... Julian gimana dok?"

"Dik Julian sempat mengalami masa kritis karena pendarahan akibat benturan, tapi syukurlah, sekarang kondisi Julian sudah hampir stabil, hanya saja Julian belum sadar karena efek anestesinya."

"HAH~!! terima kasih Tuhan.. terima kasih banyak.. terima kasih udah nyelamatin Julian sama bayi kita.."

Saking bahagianya mendapat kabar dari dokter Dirga itu, Zidan merasa seakan-akan beban terberat dalam dirinya telah lenyap seketika, ia merasa tubuhnya itu sangat ringan sampai-sampai ia terduduk di lantai rumah sakit yang dingin itu.

Masih terduduk di lantai, Zidan lalu berterima kasih pada dokter Dirga.

"Makasih dok... dokter udah nyelametin dua orang yang berharga banget di hidup saya..." 

Tanggung Jawab! - BL [ MPREG ]  [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang