Bab 8 Runtuhnya Duniaku (Part 5)

5 0 0
                                    

"Maakk...!!!" teriakku dengan lantang saat melihat ibuku turun dari mobil.

Aku dan adikku dipeluknya dengan erat dan diciuminya. Dalam hatiku ku terus mengamatinya dengan diam-diam. Suatanya masih sama, aroma tubuhnya masih sama, senyumnya juga masih sama. Tapi ibuku terlihat lebih putih bersih kulitnya dan terawat. Cara berpakaiannya juga beda. Lalu aku melihat diriku. kulitku yang coklat agak lebih ke hitam ini membuatku insecure. Main di sawah dengan para anak laki-laki emang membuat efek yang luar biasa pada kulitku ini. Aku jadi merasa bukan anak kandung ibuku.

Oh ya.. sambil jalan beriringan masuk ke rumah. Kami ditemani oleh keluarga lainnya juga. Ada Pakdeku Klaten yang sengaja datang menjemput ibuku. Ada beberapa lagi lainnya dari keluarga Bapak yang ikut menjemput ibu. Dan di rumah tentunya semua saudara-saudara ibuku datang dan termasuk tetangga kami di rumah Bantul. Semua berkumpul sampai seperti pasar rumahku hanya karena mereka ingin melihat reaksi ibuku saat pemberitahuan berita itu.

Ya benar. Jika ibuku saat pulang pun belum tahu sama sekali akan berita meninggalnya bapak. Masih ku ingat dengan jelas. Aku ditarik nenekku ke dalam dan dibisikinya untuk memberitahu ibu bahwa bapak sudah meninggal belum lama ini. Tetapi aku menolak dan marah pada nenekku. Dan aku akhirnya berlari menjauh.

Dan aku hanya bisa melihat ibuku dari balik pintu.  Tibalah saat dimana ibu mempertanyakan kehadiran bapak. Kemana suaminya itu, yang setiap bulan pasti telpon melalui telepon umum demi berkabar dengan istrinya itu. Ibu bertanya kepada nenek dan beberapa orang yang ada di ruangan itu. 

"Mana bapaknya anak-anak? Kok gak kelihatan? Apa dia kesawah?", tanya ibuku.

"Mana bapak ya nduk? Sini jelaskan pada ibumu!", perintah nenekku padaku sambil melambaikan tangannya.

Aku hanya diam dan menatap nenekku. Dan akupun mulai menahan tangisku. Pakdeku lalu mendekati ibuku dan memberitahu ibuku pelan-pelan, bahwa suaminya itu sebenarnya sudah tiada sebulan yang lalu. Menangislah dengan histeris ibuku.. :'(

Tangisnya meraung-raung dan tangannya memukul-mukul dadanya sendiri sambil berteriak dan bertanya mengapa ini semua harus terjadi? Air mataku langsung meluncur dengan bebasnya. Tak bisa kutahan lagi. Dan kini aku ditarik mendekat ke ibuku. Lalu aku dan adikku disergap dengan pelukan yang super erat oleh ibuku. Kami menangis histeris. Kami semua yang ada diruangan itu meneteskan air mata.

Apalagi yang bisa kami lakukan. hanya bisa menangis dan menangis. Menemani luapan kesedihan ibuku tanpa kata-kata. Dan setelah ini kehidupanku setelah kepulangan ibuku ke Indonesia makin membuatku berubah.

***

Guys... apakah terlalu singkat? Semoga ini cukup untuk mengobati penasaran kalian ya setelah sekian lama aku gak update lagi. Untuk melanjutkan cerita ini perlu nyali. hehe

Terimakasih sudah menyempatkan untuk membaca cerita ini

Di Antara LukakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang