Bab 9 (Runtuhnya Duniaku Part 6)

2 0 0
                                    

Setelah ibu pulang, lantas hari-hariku tidaklah selalu merasa bahagia. Hari-hariku sebagai anak kecil kulalui dengan muram walau ibu sudah ada didepan mataku setiap saat. Saat bermain dengan teman-temanku mereka sering membicarakanku. Saat aku berpapasan dengan orang-orang dewasa pun mereka juga membicarakanku. Di rumah pun, obrolan tak akan jauh-jauh dari topik yang orang lain bicarakan. Ya benar, mereka pastinya selalu mengungkit kisah kematian Bapak dan bagaimana nasibku dan adikku juga ibuku.

Memang topik ini adalah hal yang sangat menarik bagi mereka untuk dibicarakan. Tetapi dalam hatiku, dalam pikiranku ini sangatlah tidak nyaman dan aku merasa terganggu. Aku tak tahu apa yang dirasakan oleh adikku. Apakah ia juga merasakan ketidak nyamanan ini ? Atau ia tetap baik-baik saja? Aku tak pernah membicarakannya langsung kepada adikku. Yang jelas saat kulihat manjanya dan kulihat polahnya tetaplah ia seperti belum paham dengan situasi ini.

Mungkin orang-orang ingin bersimpati dengan keadaan kami terlebih aku dan adikku yang masih anak-anak tapi sudah menjadi yatim dengan keadaan tragis. Tetapi keprihatinan mereka dan rasa kasihan mereka dengan selalu mengungkit kematian Bapak membuatku kami terluka. Terlebih akulah yang merasakan luka itu.

Hidup yang kulalui tanpa tahu sebenarnya seperti apa jejak petualang hidup Bapak, membuatku selalu mengangungkan Bapak di hatiku. Aku selalu mengidolakannya dan menghormatinya karena selalu membelaku di kondisi apapun. Membuatku buta akan satu hal, yaitu tentang kenyataan bahwa ada cacat di dalam keluarga kecil kami.

Cacat yang melukai ibuku sangat dalam sebagai seorang perempuan. Terlebih menjadi seorang ibu dari dua orang anaknya dan juga sebagai seorang istri. Aku memang belum paham apa yang terjadi atau apapun itu yang ternyata ditutupi ataupun belum terungkap selama ini. Karena ketidak pahaman itulah, nuraniku buta melihat situasi.

Jika aku merasakan kehilangan yang mendalam sesosok ayah yang aku panuti. Disisi lain ibuku ternyata menaruh rasa sedih dan kecewa bahkan sakit hati kepada ayahku. Ya ... suami yang dinilai anaknya adalah seorang bapak yang perlu dikagumi, ternyata menyimpan duri. Bapak memang bukanlah sosok yang sempurna. Hal yang aku mulai paham adalah bapak memiliki banyak kebiasan buruk.

3M. Begitulah kata orang-orang menyebutnya. Main (Judi), Medok (Bermain perempuan), Minum (Mabuk-mabukan). Wanita manapun tak akan mau memiliki suami yang seperti itu. Tetapi aku ... mana tahu hal-hal yang seperti itu. Yang kubutuhkan saat diusia beliaku hanyalah sosok bapak yang sayang dan perhatian kepadaku.

Tiap kali ibu membahas kesalahan-kesalahan bapak,, aku pasti marah. Aku pasti tak suka. Dan aku akan mendiamkan ibuku atau aku akan berkata-kata buruk ke ibuku. Begitulah setiap saat.  Disaat ibu ada dirumah dan aku seharusnya bisa bermanja-manja setiap saat dengannya. Malah selalu bertengkar dengannya.


***

bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Antara LukakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang