Bagian 1 (Awal Lukaku 1)

23 1 2
                                    

Anak dan ayah, seberapa dekat ataupun jauhnya diantara keduanya pasti tetap ada ikatan batin yang mendalam. Termasuk aku dengan ayahku. Sepengetahuanku dari cerita ibu, aku adalah anak yang bahkan saat ahir tidak ditunggu oleh ayahku dikarenakan ayah bekerja di pelayaran luar negeri. Saat aku lahir ke dunia ini, aku ditunggu oleh pamanku dan juga nenekku, ibu dari ibuku.

Saat aku balitapun aku tumbuh tanpa dampingan seorang ayah. Ketika ayahku pulang dari pekerjaannya di pelayaranpun pertama kali bertemu dengannya aku menangis histeris saat melihat wajahnya. Sungguh kata ibu dan nenekku aku ketakutan melihat sosok ayahku karena tidak pernah bertemu sebelumnya. Butuh waktu berhari-hari agar aku bisa dekat dengan ayahku.

Disaat-saat aku mulai mengerti akan kehadiran ayahku pun, ternyata aku harus tinggal terpisah dengannya, bahkan juga dengan ibuku. Aku dititipkan oleh kedua orangtuaku kepada nenek dan kakek dari pihak ibu. Alasan kuat mengapa aku dititipkan kepada mereka adalah karena kedua orangtuaku yang fokus dengan pekerjaan bertaninya saat itu. Niatnya adalah agar aku tidak terlantar saat ditinggal bertani dan ada yang mengurus.

Ternyata hal seperti itu keliru, aku tumbuh menjadi anak kecil yang selalu manja kepada nenek dan kakekku. Aku tumbuh menjadi anak yang selalu ingin diperhatikan oleh kedua orangtuaku. Ditambah lagi, aku memiliki adik yang umurnya tidak jauh dariku, hanya selisih dua tahun saja dari umurku. Membuatku semakin cemburu dan haus perhatian dari kedua orangtuaku.

Sebagai anak kecil yang jarang dekat dengan kedua orangtuanya, aku termasuk anak yang sering tantrum dan merajuk. Aku sering disebut anak nakal oleh para keluarga ataupun para tetangga. Bisa dikatakan jika saat ini banyak orang menyebutnya karena pola asuh yang kurang tepat.

Aku sering iri dan cemburu kepada adikku, karena dia yang masih belum mengerti apa-apa selalu dapat perhatian yang penuh. Dan tidak kudapatkan saat aku seusianya. Tetapi kedua orangtuaku tidak mau mengerti akan hal itu. Keadaan perekonomian keluarga kami dari awal memang memperburuk pola asuh antara aku dan adikku.

Hal yang sebenarnya juga tak diinginkan oleh kedua orangtuaku terlebih ibuku, yaitu menitipkan aku kepada kakek dan nenekku. Ibu takut aku menjadi jauh darinya dan aku terluka karena hal ini. Tetapi keadaan memaksanya untuk bertindak demikian dengan menitipkan aku kepada kakek dan nenekku.

Aku dan adikku seperti anjing dan kucing saat kecil dulu. Semua hal yang dilakukan adikku maka aku juga harus bisa melakukan dan mendapatkannya. Tak jarang aku sealu mengusilinya, tak jarang pula aku yang jadi korban kekesalan adikku. Kami selalu berantem ala anak kecil, memperebutan mainan,  pakaian, makanan dan masih banyak hal lainnya.

Semua hal yang kulakukan adalah demi untuk mendapatkan simpatik kedua orangtuaku. Sebenarnya aku adalah seorang anak perempuan dengan karakter pendiam dan tidak suka berkata banyak. Namun aku suka mendendam atau memikirkan peristiwa pahit secara mendalam walaupun itu hanya masalah kecil saja. Aku benar-benar tipe pemikir berat. Sampai-sampai saat aku masih TK aku sering berfikir bahwa aku bukan anak kedua orangtuaku. Itu terjadi karena sebuah candaan dari orang tuaku kepadaku jika dirasa aku nakal dan sulit mereka hadapi. Tetapi bagiku itu sangat dalam dan selau kupikirkan dengan serius padahal hanya gurauan belaka. Serumit itulah aku semenjak masih kecil.

Seorang anak yang ingin dekat dan mendapat perhatian dari kedua orangtuanya. Setiap kejadian menarik yang membuatku senang pun masih kuingat dalam-dalam hingga aku dewasa saat ini. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku ini. Tetapi aku selalu berusaha mengerti dan mencerna diriku seiring aku bertambah dewasa.

Ini hanyalah sebagian kecil, masih ada hal lainnya yang benar-benar membuatku menjadi pribadi yang berbeda dan bertambah menjadi anak yang lebih keras kepala, egois dan pemarah. Yaitu saat aku kehilangan ayahku yang sudah mulai dekat denganku.

Dia.. bukan ayah yang paling sempurna, tetapi dia yang mengerti aku segalanya. Untuk Bapak aku sangat rindu..

*bersambung

Di Antara LukakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang