⚛️ SEMBUH ⚛️
Bau alkohol begitu menyengat tercium, musik DJ berdentum keras memekakan telinga. Bar yang ramai pada malam itu, diisi oleh sekumpulan manusia-manusia yang haus akan hiburan. Mereka menari, meliukkan diri di tengah keramaian. Setelah asyik menari.
Callista dengan langkah sempoyongan berjalan menuju meja bartender dan menenggak kembali minum dalam gelas di tangannya. Gadis itu meracau, meminta tambahan alkohol.
"Berikan itu," ucapnya seraya mengambil botol di tangan bartender yang melayaninya. Dia kemudian menenggak cairan itu secara langsung tanpa gelas.
Tak ada yang berubah sejak terakhir kali, sebulan terakhir ini wanita itu tak pernah absen untuk datang menyinggahi tempat remang tersebut.
"Callista." Panggilan itu berhasil membangunkan Callista yang hampir kehilangan kesadarannya di atas meja bar yang menjadi tumpuannya saat ini.
Seorang pria datang dengan wajah masamnya menatap keadaan wanita dalam balutan gaun mini tersebut. Tanpa aba-aba dia menarik tubuh wanita tersebut untuk bangun.
"Callista! Sudah kukatakan bukan, berhenti untuk minum! Berapa kali ku peringatkan!" murka pria tersebut.
"Sial! Lepas, jangan menggangguku!" umpat Callista sembari menepis tangan pria tersebut.
"Callista! Jangan gegabah seperti ini. Berhenti minum. Ini terakhir kalinya kuperingatkan. Karirmu bisa hancur jika sampai ada seseorang yang mengenalimu dan menyebarkannya ke media. Kau ingin karirmu hancur? Setelah semua kerja kerasmu
bisa sampai di titik ini?" marah si pria.
"Tutup mulutmu!" Dan Callista yang sudah kehilangan kesadarannya dalam pengaruh alkohol malah menyahut tak selaras.
"Tidak ada gunanya berbicara dengan orang setengah gila seperti ini," decakan jengah keluar dari pria yang berprofesi sebagai Manajer dari model muda bernama Callista tersebut.
Pria itu lantas membopong tubuh Callista untuk dia angkut dan bawa pulang ke apartemen milik gadis itu.
"Semuanya brengsek, si tua bangka itu, dan si sialan Jillian. Aku benar-benar membenci mereka. Hidupku hancur karena mereka. Ayah dan Ibuku pergi karena wanita sialan bernama Jillian itu. Dan seluruh hartaku hilang karena kedatangan si tua bangka tak tau malu Dalton ... Sialan ... Mereka berdua memang benar-benar sialan."
Sepanjang perjalanan ketika tubuhnya dibawa keluar dari dalam bar, Callista tak hentinya meracau. Mengumpat, bersumpah serapah menumpahkan segala gundah dalam hatinya yang akhir-akhir ini menjadi masalahnya hingga hidupnya menjadi tak tertata seperti ini. Kepergian orang tua, lalu kemudian pengusirannya yang secara tidak hormat beberapa
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flow of My Life [END]
RomanceKetika Ibunya meninggal saat itulah hidup Jillian mulai berubah. Rumah semakin terasa seperti tempat asing baginya karena satu-satunya sosok orang tua di dalamnya tak berperan sebagaimana seharusnya sosok Ayah bersikap kepada putrinya. Dia tumbuh da...