️⚛️PERNYATAAN CINTA YANG MENYESAKKAN⚛️
Jillian menatap bosan pria yang saat ini duduk di hadapannya, dia sungguh muak dengan bertele-telenya Victor menyampaikan maksudnya memanggil dirinya. Sudah 20 menit berlalu sejak ucapan lelaki itu tadi yang mengatakan hanya sebentar. Dan sekarang, bukannya langsung ke perbincangan, Victor malah sibuk meminum kopinya.
Geram menunggu lama, Jillian akhirnya buka suara melontarkan pertanyaan bernada kesal pada pria di hadapannya itu, "Sebenarnya apa yang ingin kau sampaikan?"
"Apa kau tak bisa bersabar sedikit saja?" ujar Victor dengan satu alisnya yang teraangkat. Sama halnya dengan Jillian, dia juga bosan terus mendengar pertanyaan yang sama dari gadis itu.
Sementara Jillian di tempatnya menggeram semakin kesal. Seharusnya sedari awal dia tidak menuruti ucapan Victor.
"Apa kau pikir waktu 20 menit bukan waktu yang lama? Aku bersabar berdiam diri di sini menunggu," geram Jillian.
"Bagaimana denganku yang tempo hari menungguimu selama satu jam lebih turun dari kamarmu untuk makan malam? Waktu 20 menit yang kau katakan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kesabaranku menunggumu selama satu jam lebih dengan keadaan menahan lapar," balas Victor seketika membuat Jillian bungkam.
Kemudian setelahnya pria itu menyerahkan sebuah map dan setumpuk kertas dengan ketebalan lumayan kepada Jillian. "Ini milikmu, ambilah," katanya.
Jillian mengernyit, menatap penuh tanya ke arah tumpukan kertas di atas meja di hadapannya tersebut.
"Itu adalah salinan dari skripsi milikmu. Kau ada di tahap akhir semester dan tengah menjalani tugas penelitan beserta bimbingan skripsi bukan?"
“Salinan skripsiku?” ulang Jillian terkejut. Segera dia mengambil tumpukkan kertas tersebut dan mengeceknya dengan baik. Benar saja, ini memang miliknya, semua isi di dalam kertas ini adalah tugas skripsi garapannya yang terhenti empat bulan lalu. Bahkan, dia sudah tidak mengingatnya lagi karena sibuk memikirkan cara melarikan diri dan kejadian-kejadian tragis dalam hidupnya belakangan ini. Padahal ini adalah impian tersebesarnya, mendapat gelar sarjana dengan nilai terbaik di angkatannya.
Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah dari mana Victor tahu dan bisa mendapatkan tugas penelitian miliknya ini yang tertinggal di rumahnya? Tidak mungkin Dalton, itu sungguh mustahil, mana mungkin dia peduli akan hal ini.
"Kau tidak perlu tahu dari mana aku tahu, tapi satu hal yang perlu kau tahu adalah kau harus menyelesaikan skripsi milikmu ini," kata Victor bak cenayang, seolah tahu apa yang saat ini berkecamuk dalam benak Jillian.
"Bahkan mungkin aku sudah dicoret dan dikeluarkan dari kampus karena hilang tanpa keterangan," ucap Jillian sinis.
Dan pelaku yang pantas disalahkan di sini adalah pria itu sendiri, meskipun Victor sendirlah yang menghantarkannya untuk mengingat dan mendapatkan kembali skripsi miliknya ini. Jillian sama sekali tidak terkesan bahkan semakin memendam amarah pada pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flow of My Life [END]
RomanceKetika Ibunya meninggal saat itulah hidup Jillian mulai berubah. Rumah semakin terasa seperti tempat asing baginya karena satu-satunya sosok orang tua di dalamnya tak berperan sebagaimana seharusnya sosok Ayah bersikap kepada putrinya. Dia tumbuh da...