⚛ MEMINTA BANTUAN ️⚛
“Jadi ... Sebenarnya apa yang kau lakukan? Melihat gelagatmu ... Oh jika aku mengatakan ini pada—” ucapan Riyana dipotong.
“Jangan mengatakannya,” potong Jillian.
Riyana mengernyit bingung saat Jillian tiba-tiba memotong ucapannya.
“Jangan katakan ini pada Victor,” ulang Jillian untuk kedua kalinya.
Senyum miring langsung terbit di salah satu sudut bibir Riyana ketika mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini. Nampaknya gadis di depannya itu salah paham dengan ucapannya yang belum terselesaikan tadi. Biarlah, ini akan menjadi celah baginya.“Kenapa? Kau takut?” tanya Riyana pongah menantang.
Gurat cemas jelas tergambar di wajah Jillian saat ini, gadis itu nampak khawatir akan sesuatu. Riyana mendengkus. “Siapa kau berani memerintahku?” ujarnya.
“Ak-Aku .... ” Jillian nampak kebingungan.
“Sudahlah. Aku muak mendengar ucapanmu,” ujar Riyana seraya menghempas kecil tangannya ke udara.
Jillian sendiri langsung bungkam, sungguh dia merasa seperti maling yang tertangkap basah saat ini.
“Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Siapa kau sebenarnya? Dan apa yang sedang kau lakukan?” tanya Riyana. Tapi Jillian lagi-lagi hanya diam.
“Kehadiranmu benar-benar tidak jelas. Kau muncul, lalu pengakuan Victor …. ” Riyana berdecak. “Katakan sebenarnya siapa kau ini?” tanyanya kemudian begitu menuntut.
Jillian dilema, mendengar pertanyaan Riyana tadi menimbulkan sebuah kebimbangan baginya. Kendati di satu sisi pula dia seakan diberi celah untuk memintai bantuan untuk mengatakan kebenaran yang terjadi dan yang dirasakannya selama ini.
“Apa kau takut pada Victor?” Pertanyaan itu tercetus dari mulut Riyana setelah menyelami gelagat yang ditunjukkan Jillian sejak pertama kali mereka bertemu. Dia menyimpulkan sesuatu, yang hingga kini masih dirinya pertanyakan, dan saat ini sepertinya waktu yang tepat untuk mencari kebenarannya.
“Diam berarti ‘Ya’,” ucap Riyana dengan tatapan menelisik.
Sebuah pemikiran tiba-tiba terlintas di benak Riyana untuk kemudian dia cetuskan menjadi sebuah kalimat, “Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan mengadukannya pada Victor. Jadi katakan siapa sebenarnya dirimu?”
Jillian bimbang, antara harus berterus terang atau bungkam. Jujur saja ia tidak percaya betul dengan wanita di hadapannya ini, mengingat perlakuannya saat pertama kali muncul waktu itu. Dia tidak bisa begitu saja terlena hanya karena pertanyaan Riyana
kini, kendati di satu sisi ia merasa ini adalah kesempatannya.“Apakah kau hanya akan diam seperti ini?” decak Riyana mulai merasa jengah.
Riyana mungkin bisa membantu, ini kesempatan baginya, dia harus bisa mengenyampingkan rasa sangsinya saat ini. Dia tidak boleh menyia-nyiakan
kesempatan ini. Dia pikir mungkin dia bisa berkompromi dengan Riyana yang mengaku sebagai kekasih Victor.Dengan tekad yang mulai dirinya kumpulkan, Jillian mengepalkan tangannya berusaha
meyakinkan diri seraya menatap dalam mata Riyana di hadapannya kini. “Sebenarnya aku ... Apa kau bisa membantuku?” ujarnya ragu-ragu.Riyana mengernyit, penuturan Jillian tadi tidak dengan jelas bisa dia tangkap maksudnya. “Membantumu?” ulangnya.
Jillian menggigit bibir bawahnya dengan gusar, untuk menghilangkan keraguan dalam dirinya. “Sebenarnya … Victor memaksaku untuk berada di sini, dia membawaku dan menahanku di sini,” tuturnya.
Untuk beberapa saat Riyana diam, namun perubahan raut wajahnya kini bisa menjelaskan apa yang tengah menderanya. “Apa? Tunggu tunggu. Apa yang kau
katakan? Apa maksudmu, Victor memaksamu kemudian menawanmu di sini?” ujarnya mengulangi dengan nada tidak percaya.Mohon maaf, part ini dihapus sebagian untuk kepentingan penerbitan. Jika ingin mendapatkannya cerita lengkapnya silahkan beli ebooknya yang sudah tersedia di Google Playstore dan Playbook. Link pembelian ada di bio profil wattpad saya. Jika ada kendala dalam pembelian, tidak perlu sungkan untuk bertanya ke penulis maupun penerbit melalui DM
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flow of My Life [END]
RomanceKetika Ibunya meninggal saat itulah hidup Jillian mulai berubah. Rumah semakin terasa seperti tempat asing baginya karena satu-satunya sosok orang tua di dalamnya tak berperan sebagaimana seharusnya sosok Ayah bersikap kepada putrinya. Dia tumbuh da...