Bonus Chapter

8K 593 35
                                    

2


"Jeno, kau harus kembali." Haechan berucap, tangannya berusaha untuk melepaskan pelukan Jeno di perutnya. 

"Tidak mau, aku tidak mau kembali. Disana membosankan." Jeno menjawab, ia semakin menenggelamkan kepala di perut Haechan, membuat si manis menghela nafas. Astaga, Jeno ini sudah menjadi raja tetapi kelakuannya masih sama seperti saat dia masih menjadi pangeran. 

"Jeno, kau memiliki tuntutan untuk menjadi Raja." ucap Haechan. 

"Persetan dengan itu, suruh Kak Mark kembali saja!" Jeno menolak, mereka kini berada di ruang tamu dan Jeno yang tiduran disofa di atas paha Haechan, menolak untuk pulang sampai memeluk erat perut Haechan. 

"Mana mungkin aku diterima lagi disana." balas Mark.

"Aku yang akan menjadikanmu Raja." Jeno membalas. Haechan menatap Mark dan Jero yang duduk memakan kue kering hasil buatan Haechan, namun hanya gelengan yang di dapatkan oleh Haechan, Mark juga tidak tahu bagaimana cara membujuk Jeno. 

"Aku akan kembali jika kau ikut denganku." kini kedua netra Jeno menatap Haechan dengan binar penuh harap, yang jelas oleh Haechan dibalas dengan sentilan di dahi Jeno.

"Kewajibanmu Jeno sebagai Raja tidak boleh diabaikan begitu saja, aku akan tetap disini Jeno. Tidak akan pergi kemana pun." Haechan mengusap kepala Jeno dengan lembut, 

Terdengar suara helaan nafas dari Jeno, hal itu membuat Jero menatap Mark sejenak kemudian turun dari sofa untuk menghampiri Ayah kandungnya. 

"Papa, Papa mau kembali ke istana ya?" tanya Jero sembari menarik baju ujung baju Jeno, melihat itu Jeno lantas mendudukkan dirinya dan menatap Jero. 

"Iya, Jero mau ikut?" Jeno menawarkan, mata anak itu langsung berbinar mendengar penawaran Papanya. 

"Mama, Jero mau ikut Papa ke istana!" 
"Tidak Jero." berbeda dengan Haechan yang langsung menolak, Jeno langsung bangkit dan berkata, "Ayo." seraya menggendong tubuh Jero. 

"Jeno, kau gila?" tanya Haechan,
"Hey, tenang ada aku. Dan aku akan membawa kalian kembali ke istana." ucap Jeno sembari menatap Haechan dan Mark bergantian. 

"Setelah semuanya aku tidak terlalu tertarik dengan istana." ucap Mark.

"Aku tahu kau merindukan keluargamu yang ada di desa hutan, kan?" tanya Jeno. Penuturan Jeno membuat Haechan sadar, sudah lama dia tidak kembali. 

"Ayo, aku akan memastikan kalian bisa kembali dan tinggal di kerajaan lagi." ucap Jeno. 

Haechan dan Mark kembali saling melempar pandang, harus menerima atau tidak? namun sepertinya tidak ada salahnya menyetujui karena setelah lima tahun pasti tidak terlalu ada yang peduli dengan kabar Haechan ataupun Mark. Berita tentang mereka pasti sudah basi,

"Aku juga butuh bantuanmu untuk membereskan masalah di istana yang disebabkan oleh Klan keluarga Ibu." ucap Jeno. Kali ini dia serius, dia sudah sangat pusing menyelesaikan masalah tentang keluarga Taeyong yang selalu mencari masalah. 

Mark menghela nafasnya, sejujurnya setiap kali bertemu di makam palsu Haechan, ia selalu mendengarkan keluh kesah Jeno tentang masalah yang dialami selama memimpin kerajaan dan Mark selalu mendengar keluarga Ibundanya dalam setiap cerita Jeno. 

Dan malam itu mereka sepakat untuk kembali ke istana, sayangnya Tommy memilih untuk tetap tinggal disana. Beruntung malam itu tidak mendung dan terlihat banyak bintang bertebaran di langit, seolah menyambut mereka di istana. Mereka pulang dengan menggunakan dua kuda untuk menarik gerobak untuk mengangkut sayur yang biasa digunakan oleh pedagang yang tinggal disebelah rumah mereka. Mereka meminjamnya dan berjanji akan mengembalikan dengan yang lebih baik. 



***


Jero masih tertidur ketika mereka sudah sampai di istana, hari sudah malam juga pergantian shift sedang berlangsung ketika mereka sampai jadi bisa dibilang ini sudah tengah malam. 

"Haechan kau tidur di kamarku." ucap Jeno yang lebih seperti perintah bagi Haechan. Ingin memprotes saat itu juga tetapi Jeno dengan cepat mengecup bibir Haechan, melihat itu Mark hanya bisa menggelengkan kepala, ia masih menggendong Jeno. Pria itu terbatuk sebelum berucap,

"Kalau begitu Jero akan tidur bersamaku, kalian habiskanlah waktu berdua." Mark kemudian berjalan lebih dulu masuk ke dalam istana, masih sama dan hanya beberapa yang berubah. 

Setelah kepergian Mark itu, Haechan menatap Jeno menunggu pria itu mengajaknya untuk berjalan. 

"Ayo." Jeno meraih tangan Haechan kemudian mereka berdua berjalan memasuki istana, dan seperti ucapan Jeno tadi mereka akan tidur di kamar Jeno. Jujur Haechan sedikit takut, istana menjadi sangat menakutkan baginya selama ini. 

"Jeno...lepas, bagaimana jika nanti ada yang melihat?" Haechan bertanya dengan suara lirih, takut membuat kebisingan apalagi keadaan istana sedang hening, bahkan langkah kaki mereka saja terdengar. 

"Tidak ada yang melihat Haechan, astaga." Jeno mencubit pipi Haechan dengan gemas, ia kemudian membuka pintu kamar lalu masuk ke dalam. 

Klek!

Jeno mengunci pintu, tak ingin kegiatannya dengan Haechan terganggu. Apalagi jika bukan temu kangen dengan orang yang dicintainya selama ini. Haechan menatap kamar Jeno, ini masih kamar Jeno yang lama dan tidak ada yang berubah sama sekali, hanya sprei dan beberapa ornamen yang bertambah. 

Jeno memeluk tubuh Haechan dari belakang kemudian mengecup leher Haechan, "Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu." ucap Jeno. 

"Kau sudah mengatakan itu berkali-kali tadi Jeno." Haechan membalas, ia terkekeh kecil mendengar Jeno mengucapkan kata rindu bagaikan mengucapkan mantra. 

"Aku tidak akan bosan mengatakan itu padamu." ucap Jeno, ia semakin mengusalkan kepala pada leher Haechan. 

"Jeno...aku lelah." Haechan memperingatkan sebelum Jeno berbuat lebih jauh, membuat pria itu sadar dan menarik tubuh Haechan hingga mereka tertidur diatas kasur dengan posisi Haechan diatas Jeno. 

"Maaf...aku terlalu bodoh hari itu." ucap Jeno. 

Haechan menaruh kepalanya diatas dada bidang Jeno, mendengarkan detak jantung milik orang yang masih mengisi bagian dari hatinya itu. 

"Tidak apa-apa, aku mengerti." Haechan membalas dengan lembut, dia tahu dulu Jeno masih bimbang antara dendamnya dengan keluarga Ferdinand dan cinta Jeno padanya. Meskipun begitu pada akhirnya Haechan tahu seberapa besar penyesalan Jeno waktu itu bahkan hingga menolak semua perjodohan yang sudah Taeyong siapkan untuknya dan tetap memilih untuk mencintai Haechan yang sudah meninggal. Setidaknya itu yang Jeno tahu. 

"Aku sungguh menyesal, aku tidak pernah tenang semenjak itu. Aku selalu memikirkanmu setiap harinya." Jeno mencurahkan isi hatinya, dengan tangan yang semakin mengeratkan pelukan pada tubuh Haechan. 

Haechan menarik tubuhnya agar ia tidur disamping Jeno, ia tahu dirinya berat jadi tidak mau menambah beban.

"Ayo tidur, jangan fikirkan masa lalu, aku tidak akan menghukummu soal itu. Aku sudah memaafkanmu Jeno." Haechan kini yang giliran mengusap lembut kepala Jeno, berharap agar pria itu cepat tidur karena dia sudah mengantuk, dia lelah karena perjalanan yang lumayan memakan waktu tadi. 

"Aku mencintaimu." ucap Jeno.

"Aku juga mencintaimu Jeno, sekarang tidur dasar bodoh! aku sudah mengantuk." mendengar omelan itu membuat Jeno tertawa kecil, rindu rasanya mendengar ocehan Haechan. 

"Selamat tidur sayangku." ucap Jeno seraya mengecup kening Haechan. 



***

JANGAN LUPA VOMMENT

Maap ni baru bisa update, lagi sibuk banget soalnya:"

KOMEN GA LO?!

CARNATION (NOHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang