-23

3.7K 449 20
                                    

Taeyeong bersama dengan Jeno sudah berhasil ditangkap dan di dudukkan di kursi kebanggaan mereka, hanya tinggal menunggu Jaehyun saja. Jaehyun merupakan salah satu pendekar pedang terkuat dimasanya, mungkin itu memerlukan waktu untuk mengalahkannya, maka dari itu mereka menyekap Taeyeong dan Jeno sebagai sandera. 

Tunggu sampai orang-orang ini tahu salah satu dalangnya adalah anak yang selalu mereka agungkan. Jeno sendiri belum melepas pandangannya dari Haechan yang kini berdiri tak jauh dari mereka, 

"Haechan, jelaskan padaku." Jeno masih mencoba untuk berbicara pada Haechan, namun anak itu juga mati-matian menahan dirinya untuk menjawab, dia berusaha semaksimal mungkin untuk memenutup mulut dan hal itu malah hanya membuat dirinya menangis dalam diam.

Jeno mengeraskan rahangnya, dia merasa tidak dianggap oleh Haechan. Anak itu tidak pernah bercerita apapun padanya, jika Haechan bercerita soal ini Jeno pasti bisa mempertimbangkannya lagi untuk membantunya. Sayangnya Haechan tidak memberitahu apa-apa. 

Tak lama kemudian suara dobrakan pintu terdengar dan Jaehyun masuk dengan tubuh yang sudah banyak luka dan cipratan darah. 
"Taeyeong-"
"Berhenti disana jika kau tak ingin pedang ini menggores leher istrimu." Renjun berucap bersamaan dengan itu Haechan sudah menempatkan pedangnya di leher Taeyong, siap untuk menggores. 

"Katakan apa maumu." Jaehyun akhirnya membuka suara, meskipun dia tidak melepaskan pedang dalam genggamannya begitu saja. 

"Menjadikan kerajaan sebagai bonekaku." Renjun menjawab, tadinya Jaehyun ingin menjawab namun suara langkah kaki dan pintu terbuka membuat semua atensi beralih pada Mark yang kin masuk ke dalam ruangan. 

"Itu akan terjadi." ucap Mark. 

"Mark?" baik Jaehyun maupun Taeyong terkejut dengan kehadiran anaknya yang tak pernah terduga, apalagi itu adalah Mark, sang putera mahkota. 

"Mark, apa yang kau lakukan?" tanya Jaehyun. 

"Memberikan kehidupan yang lebih baik pada kerajaan." balasan Mark mengundang decihan dari bibir Jaehyun. 

"Kau-"
"Pemerintahanmu selama ini terlalu otoriter dan diktator Raja Marquess. Dan banyak rakyat menderita karnamu dan pajak yang terlalu tinggi yang dibebankan sama pada setiap lapisan rakyat." Renjun mengutarakan alasannya, kemudian ia berjalan menghampiri Mark. 

"Setiap nyawa yang terenggut akibat ulah para pekerja pajakmu dan juga karena kelaparan, kau akan menerima semuanya." Renjun melanjutkan ucapannya, 

Mark menatap Haechan yang masih berdiri ditempatnya dengan posisi hendak menggores leher Taeyong. "Jika tidak begitu kerajaan kita akan mati, populasi masyarakat semakin membludak akhir-akhir ini, tidak ada yang-"

"Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan untuk mengatasi masalah itu!" kini Mark ikut angkat suara, setelah dia mengetahui semua informasi yang disembunyikan oleh Ayahnya, Mark mengerti kenapa Renjun ingin sekali menggulingkan tahta sang Raja. 

Mark sebagai pewaris tidak bisa mengambil tahta begitu saja dalam hukum kerajaan, putera mahkota baru bisa menggantikan Raja jika Raja sudah meninggal, berumur 80 tahun dan juga melakukan pengkhianatan. 

Jaehyun menguatkan genggamannya pada pedang yang dia bawa, dia tidak mengira jika NOIR sudah mengetahui sejauh ini tentang apa yang sudah dia lakukan untuk kerajaan dan semua harta yang dia timbun demi keluarga kerajaan. 

"Aku mempunyai banyak bukti dan banyak orang yang tidak menyukaimu." ucap Mark, ia kini berdiri tepat dihadapan Jaehyun. 

Ditengah tegangnya keadaan antara anak dan Ayah itu Haechan mendengar ada pergerakan dari atas, ketika dia menoleh dia menemukan seseorang berbaju hitam di atas atap dari kaca yang bisa terbuka sebagai sumber cahaya dan udara. Orang itu membawa panah, lantas Haechan dengan gerakan gesitnya berlari kearah Mark yang menjadi sasaran, menghadang satu panah yang melesat disusul anak panah lain yang muncul dari luar jendela.

"Kau pikir hanya dirimu yang memiliki pasukan?" Jaehyun bertanya dengan sebuah senyuman jahat di bibirnya, namun Mark tidak menyerah dia menarik pedangnya kemudian dengan cepat dia menyerang Jaehyun disaat dia sedang asik menyombongkan diri sampai melepas pedangnya sendiri. 

Dan Mark, berhasil menusuk pedangnya pada dada Jaehyun. Namun yang tidak Mark sadari adalah setelah dia berhasil menusukkan pedangnya, sebuah pedang juga ikut menusuk perutnya, dimana pelakunya adalah Jeno. Adik kandungnya sendiri. 

"Tidak!" Haechan bersegera menubruk tubuh Jeno dan menjauhkannya dari Mark, hal itu membuat topeng yang digunakan oleh Haechan terbuka, membuat wajah mereka kini saling bertatapan dalam diam. 

"Aku tak menyangka kau menyembunyikan semua ini dariku Haechan, dan yang lebih aku benci adalah dimana kau memihak kakakku daripada aku." ucapan Jeno berhasil menusuk hati Haechan yang membuat anak itu tanpa sadar menitikkan air matanya dan jatu membasahi pipi Jeno. 

"Maafkan aku." hanya kata itu yang bisa diucapkan oleh Haechan, rasa penyesalannya datang sekarang hingga membuat dirinya tidak mampu lagi memandang mata Jeno. Setelahnya Haechan membiarkan Jeno membawanya, tak peduli dengan Renjun dan Jaemin yang sudah memerintahkan pasukan mereka untuk mundur. 




***


"Akh.." Haechan meringis ketika tanda itu diberikan padanya, besi panas dengan sebuah simbol yang berarti Haechan adalah tahanan dengan hukuman mati. Rasa panas besi itu menusuk dipunggungnya. Hingga akhirnya petugas itu menarik besi panasnya, 

Haechan dilempar begitu saja ke dalam penjara yang hanya ada alas untuk tidur dan tempat untuk buang air. Haechan menghela nafasnya, nasibnya sudah sampai disini sepertinya, 

"Mark, bagaimana dengannya?"  Haechan bertanya dalam hati, tidak bisa dia pungkiri jika ia khawatir pada Mark, yang pasti Haechan yakin jika posisi Mark sudah berganti ke tangan Jeno. 

Nyawa Jaehyun sudah tak terselamatkan dan Mark masih belum dia ketahui keadaannya, semua orang dari NOIR berhasil lolos termasuk juga Jisung. Seharusnya dia bisa juga, tetapi dosa yang dia lakukan sudah terlampau jauh, mungkin ini saatnya dia mengakui semuanya dihadapan Jeno. 

"Jadi ini yang kau maksud, Haechan?" suara itu membuat Haechan mendongakkan kepalanya, menatap Jeno yang berdiri dibalik jeruji besi. Lambat laun fakta ini pasti akan diketahui oleh Jeno juga,

"Bukan hanya ini." Haechan membalas, ia tersenyum dengan wajah yang masih sembab akibat menangis. 

"Ada satu hal lagi yang aku sembunyikan darimu dan aku yakin kau akan langsung membenciku." ujar Haechan. 

"Fakta jika kau menyukai Mark?" pertanyaan Jeno mendapatkan gelengan dari Haechan, pertanyaan macam apa itu? Haechan bahkan masih menyukai Jeno.

"Kau tahu aku hanya menyukaimu, Jeno. Dan aku selalu merasa tidak pantas untuk posisi itu karena.." kepala Haechan perlahan menunduk, Haechan tak bisa menahan semuanya lagi. Sedangkan Jeno masih menunggu Haechan melanjutkan ucapannya,

"Kau membenci keluargaku, keluarga Ferdinand yang sudah membantai habis-habisan keluarga kerajaan dulu." Jeno masih terdiam ditempatnya, berusaha mencerna apa yang dia dengar dan memastikan jika apa yang dia dengar semuanya benar adanya.

"Ferdinand?" 
"Ya, keluarga Ferdinand yang sudah membunuh keluarga kakekmu itu Jeno. Aku adalah bagian dari mereka!" Haechan akhirnya memberitahukan pada Jeno, toh dia akan mati besok kan? dihadapan semua orang dia akan dipenggal.

"Karena itulah, aku tidak bisa menerima semua perlakuanmu setelah apa yang kau rasakan terhadap keluargaku. Aku hanya seorang pembunuh dimatamu setelah fakta ini kau ketahui, kan?" kini Haechan mulai terisak, 

"Benci aku Jeno, kau bisa membenciku agar kau bisa membunuhku dengan tenang besok. Lagipula semua keluarga Ferdinand akan dimusnahkan kan?" Haechan hanya bisa tersenyum getir, ia kemudian menatap kaki Jeno, tak mampu mendongakkan kepalanya lagi. 

Dan kemudian yang dia lihat adalah Jeno yang melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Haechan tanpa sepatah katapun. Haechan tahu Jeno pasti kecewa padanya dan akan lebih mudah bagi Jeno memberikan hukuman untuknya.


***

KOMEN GAK LU PADA! CUBIT NIH

JANGAN LUPA VOMMENT AND SHARE

CARNATION (NOHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang