-11

4.9K 564 31
                                    

Malam sudah menyapa, lampu dari lilin sudah dihidupkan disetiap rumah dan juga jalan agar ada penerangan. Jalan terlihat ramai hari ini, bahkan jalan di depan penginapan juga.
"Hari ini ramai sekali, kemana orang-orang akan pergi?" Haechan duduk di kursi depan penginapan guna menunggu Jeno yang masih bersiap-siap, sesuai dengan perkataan Jeno tadi mereka akan jalan-jalan malam ini setelah beristirahat sore tadi.

Haechan menatap orang yang beramai-ramai berjalan bersama, ingin tahu kemana mereka pergi sebenarnya.
"Maaf menunggu lama." Suara Jeno sontak membuat Haechan menoleh, Jeno sudah rapi dengan kemeja berwarna biru muda dan juga celana bahan berwarna cokelat. Jeno terlihat tampan seperti biasa.
"Tak apa, sudah biasa." Haechan berdiri dari duduknya, Jeno menatap penampilan Haechan dari bawah lalu keatas. Masih sama, cantik. Jeno kemudian tersenyum, membuat Haechan mengernyit heran seolah berkata 'Ada apa dengan orang ini?'

"Ayo." Jeno menggandeng tangan Haechan seperti biasanya, karena mereka ada diluar istana dan tidak ada yang mengawasi mereka, Jeno merasa bebas untuk melakukan apapun bersama dengan Haechan. Termasuk bergandengan tangan,

"Sepertinya ada acara, orang-orang berbondong-bondong pergi bersama." Ucap Haechan.

Jeno menatap sekitar, memang ramai seperti apa yang dikatakan oleh Haechan.

"Bagus, kita bisa menikmati jalan-jalan ini dengan lebih seru." Jawab Jeno, ia tersenyum menatap Haechan kemudian kembali menatap jalanan.
"Jeno, apa kau pernah terfikir jika aku bisa kabur kapan saja?" Haechan memulai percakapan kembali, jika melihat keadaan, saat ini sangat longgar hingga Haechan bisa kabur kapan saja dia mau.

"Untuk apa kau kabur? Kau tidak akan bisa." Jawaban Jeno malah membuat Haechan kesal entah karena apa, sok tahu sekali bagi Haechan.

Karena Jeno dan Haechan juga tidak tahu kemana ingin pergi, jadi mereka mengikuti arus saja, kemana rombongan orang pergi kesanalah mereka pergi juga. Meskipun belum tahu apa yang menanti mereka.

Begitu mereka sampai dipusat kerumunan, Haechan termangu melihat keramaian dan hidungnya yang mencium berbagai aroma enak dari masakan, kedua mata bulatnya Nampak berbinar apalagi terkena cahaya dari banyak lilin yang dipajang.

"Jeno, kau bawa uang kan?" Tanya Haechan.
"Tentu saja aku bawa.." belum juga Jeno melanjutkan ucapannya, Haechan sudah menarik tangan Jeno dan membawanya menuju ke festival.

"Pelan-pelan Haechan, penjualnya tidak akan pergi kemana-mana." Ucap Jeno.
"Mengantrinya yang lama." Protes Haechan. Mendengar itu Jeno terkekeh,

"Bukankah biasanya kau mencuri?" pemuda itu mendekatkan wajahnya dan menatap wajah Haechan lekat, membuat si manis sedikit gelagapan dan mengalihkan pandangannya.
"Situasinya sudah berbeda." Balasnya dengan intonasi yang sedikit mengecil, mereka kini mengantri di salah satu penjual yang lumayan ramai, yang ramai pasti enak.

Setelah membeli beberapa makanan, Haechan dan Jeno memilih untuk duduk di jembatan sembari menikmati indahnya sungai di malam hari. Ada lampu-lampu yang ditaruh disepanjang jalan sungai. Abelhia itu indah, namun ekonominya terpuruk karena ada tangan kotor yang bermain dibalik para pedagang. Abelhia merupakan kota penghasil kain terbaik dan ekonomi masih bisa tertolong dengan itu, namun harga pokok bahan makanan disini terlalu tinggi.

"Menurutmu jika ada hal menarik di kota Abelhia ini bagaimana caranya agar bisa menjadi tempat perekonomian terbaik?" Tanya Jeno.

Haechan masih mengunyah makanan yang terbuat dari tepung beras dengan gula leleh di dalamnya, entah apa namanya namun Haechan sangat menyukai yang satu ini. Besok dia harus membelinya lagi,

"Promosi, orang berdagang begitu kan? Pikirkan, bagaimana cara menarik pelanggan agar datang ke tokomu dan membeli barang. Biasanya pedagang berteriak dan menggandeng langsung orang yang lewat di pasar." Haechan menjawab dengan pengetahuan minimnya, berasal dari pengalamannya di pasar juga.

CARNATION (NOHYUCK) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang