꒰ vi ꒱

304 48 5
                                    


Menyandarkan punggung lebarnya pada pintu kandang kuda yang terbuka, Xavier tersenyum tipis memandangi Oswald dan Neron───kuda putihnya dan kuda hitam Jeovann yang memakan jerami dan rerumputan hijau dengan lahap.

"Makanlah dengan baik, anak-anak. Kalian harus tetap sehat agar selalu bisa mengikuti setiap langkahku dan Jeovann." ucap Xavier sembari mengusap punggung Oswald dan Neron penuh kasih sayang.

Kedua kuda itu meringkik, seakan membalas ucapan dan perlakuan sang tuan yang begitu baik.

Dirasa cukup, Oswald dan Neron menjauhkan kepala mereka dari rerumputan. Mereka sudah kenyang, dan kini saatnya istirahat agar energi untuk hari esok terkumpul.

"Oh, kalian sudah kenyang? baiklah, sekarang waktunya istirahat." titah Xavier pada kuda-kudanya.

Oswald dan Neron kembali meringkik, seakan menuruti perintah tuan mereka. Kedua kuda itu lantas kembali ke tempatnya masing-masing, dan mungkin akan pergi tidur dalam posisi berdiri.

Xavier membereskan sisa-sisa jerami dan rerumputan bekas pakan Oswald dan Neron, lalu memasukkannya ke dalam karung goni, dan sekarang ia berniat untuk menyimpannya kembali di lemari khusus penyimpanan pakan kuda.

"Jeno!"

Secara tiba-tiba sebias suara memanggil namanya dengan intonasi yang cukup keras, tentunya hal demikian membuat Xavier terperanjat dan refleks menoleh pada si pemilik suara yang memanggilnya.

"Jeovann?"

Iya, yang memanggil Xavier adalah Jeovann. Memangnya siapa lagi kalau bukan dia?

Jeovann mendekati Xavier, lalu dengan sigap merebut karung goni berisi sisa pakan kuda mereka dari tangan Xavier.

"Hey, apa-apaan kau, Jeovann?!" protes Xavier karena tindakan Jeovann yang demikian.

"Jangan banyak bicara dan cepatlah ganti pakaianmu, sisa pakan Oswald dan Neron biar aku yang membereskannya." ucap Jeovann dengan intonasi mentitah.

"Tapi, mengapa?"

"Adipati Nelson datang berkunjung."

"Tunggu— apa?! Adipati Nelson?? yang benar saja kau, mana mungkin ia berkunjung ke rumahku?!"

"Demi negeri kita yang makmur, aku tidak berbohong. Adipati Nelson sungguhan datang, kehadirannya sungguhan ada. Bahkan ia kini duduk di kursi ruang tamu, menunggu dirimu. Dia ingin menemuimu, Jeno."

Perlu diketahui, posisi kandang kuda berada di pekarangan rumah terbelakang. Oleh karenanya, Xavier yang sedang di dalam kandang kuda tidak mendengar dan tidak mengetahui kedatangan Adipati Nelson.

Xavier terdiam sejenak, sebelum pada akhirnya mengangguk pelan dan langsung melengos pergi menuju kamarnya, meninggalkan Jeovann yang meneruskan pekerjaannya.

━━━━━━━━━━━━━━━

Setelah berganti pakaian yang lebih baik, Xavier segera menuju ruang tamu rumahnya untuk mendatangi Adipati Nelson. Di ruang tamu, Adipati Nelson tengah menikmati teh lavender yang sempat dibuatkan oleh Jeovann sebelum ia mendatangi Xavier ke kandang kuda.

"Selamat datang, Yang Mulia Adipati Nelson. Menjadi suatu kehormatan bagiku atas kedatanganmu di kediaman sederhanaku." sambut Xavier penuh hormat.

Adipati Nelson menoleh, dan segaris senyuman tercipta pada bibirnya. "Terimakasih untuk sambutannya, Panglima Jeno," ucapnya sembari meletakkan cangkir teh yang dipegangnya ke atas meja. "......Tapi, untuk saat ini kuharap tidak ada formalitas di antara kita." tambahnya berucap dengan kekehan di akhir.

occursus.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang