❝Pertemuan kita saat ini, sudah lebih dari cukup.❞•••
Duduk berhadapan di salah satu sudut café ternama, dengan bertemankan dua gelas americano, Xavier dan sosok pria yang mengaku sebagai reinkarnasi Zavier itu dilingkupi atmosfer kecanggungan.
Keduanya saling diam, tanpa ada keinginan untuk memulai sebuah percakapan.
Sembari memangku Richa yang tengah tertidur, diam-diam Xavier berusaha menetralkan nafasnya yang masih saja sesak karena melihat sosok dihadapannya ini untuk kali pertama──setelah sekian lama.
Sungguh, karena demi apapun, Xavier lebih baik menceburkan dirinya ke Palung Mariana ketimbang harus berada di situasi canggung bersama reinkarnasi dari sosok yang membuatnya trauma.
Tidak, Xavier tidak membenci sosok yang ada di hadapannya sekarang. Hanya saja, ia merasa tertekan. Sangat merasa tertekan.
Sedangkan pada sisi lainnya, sosok pria yang mengaku sebagai reinkarnasi Zavier itu memainkan tangannya yang berada di bawah meja demi menenangkan diri.
Bahwasanya memang tak bisa dipungkiri, hati dan perasaannya terombang-ambing laksana kapal yang dihempas ombak dahsyat.
Semuanya jadi satu. Rasa rindu, senang, sedih, bersalah, dan terharu menyeruak, memenuhi relung hatinya. Ada pun satu titik di mana hatinya merasa terluka sekarang, yakni ketika ditemukannya sorot ketidaknyamanan yang terlihat jelas pada netra jelaga milik pria di hadapannya itu. Xavier, kakak kembarnya di masa lalu.
Lantas ia menunduk, ketidakpercayaan diri menyergapnya. Segala kata yang ia persiapkan, mendadak hilang begitu saja.
Suara-suara milik pengunjung lain bersahutan, menjadi latar dari keheningan dua insan yang saling mendiamkan itu.
━━━━━━━━━
Sekon demi sekon berlalu, dan waktu terus berjalan. Hingga pada akhirnya, salah satu diantara keduanya memulai, memberanikan diri untuk meruntuhkan dinding kecanggungan yang begitu kokoh.
"Ehm.... mungkin kita akan terus seperti ini jika salah satu di antaranya tidak ada yang memulai. Oleh karena itu, izinkan aku yang memulainya.
Aljeno Xavier Myles, salam kenal dan senang bertemu denganmu." dengan uluran tangan yang bergetar, menunggu balasan, Xavier mati-matian berusaha untuk meruntuhkan dinding kokoh di antara mereka.
Sempat hening sesaat, sebelum pada akhirnya uluran tangan itu dibalas bersama senyum lebar yang tersemat apik. "Terimakasih sudah memulainya. Erico Zavier Abyrn, salam kenal dan senang bertemu dengan juga."
Perkenalan ulang, sebagai awalan dari mulainya percakapan dua reinkarnasi tokoh melankolis masa lalu.
Erico Zavier Abyrn, reinkarnasi dari sosok Zavier di masa lampau. Rupanya masih sama, pun sebagian wataknya. Secuil dari yang ada di masa lampau terikut hingga di kehidupan sekarang.
Rasa kepercayaan dirinya kembali muncul, Zavier mendapat keberaniannya lagi untuk berbicara perihal yang masih membekas.
"Oh, ehm... ngomong-ngomong, putrimu sangat cantik. Sekilas, ia mirip denganku, ya." sebelum kecanggungan mengambil perannya lagi, cepat-cepat Zavier membuka obrolan dengan awalan topik ringan.
Tawa kecil lolos dari ranum Xavier, semata-mata untuk menanggapi pernyataan Zavier. "Ya, dia cantik dan sekilas memang mirip denganmu." balasnya.
"Siapa namanya?"