Awan mendung berarak mengikuti kepala Febi yang sedang buru-buru berjalan menuju halte kampus. Gemuruh guntur saling bersahut-sahutan dari kejauhan. Pertanda hujan akan segera turun.
Febi tak membawa payung hari itu, sehingga tubuhnya digiring untuk menepi di halte sesaat setelah hujan turun. Sore itu ia baru saja pulang dari kampus. Febi habis bimbingan skripsi tadi siang, dan sorenya mampir ke perpustakaan.
Dari pada menunggu angkutan halte yang semakin sore semakin jarang ada yang lewat, akhirnya ia memesan go car di aplikasi ponselnya. Padahal jika ia mau brt pun sampai, lebih hemat malah, tak perlu memesan go car.
Febi tak pernah suka memesan gojek, karena ia tak suka udara luar. Baginya jalan raya adalah tempatnya ribuan debu beterbangan. Febi tak mau jika wajahnya kotor dan berminyak. Ia lebih suka duduk di dalam mobil, dan kulit di wajahnya pun aman terlindungi.
Perempuan tinggi kurus yang suka memakai celana jeans dan kerudung pashmina asli Tangerang Selatan itu benar-benar mempedulikan badannya, atau lebih tepatnya ke arah berlebihan. Terlalu menjaga. Tak jarang jika Febi sering disewoti oleh teman-temannya karena tak mau ikut touring tiap kali memakai motor. Tapi ia tak peduli. Baginya, penampilan adalah nomor satu.
Karena tempat kosnya jauh dari kampus, seringnya ia bolak-balik dengan ojek mobil online itu. Febi tidak memikirkan ongkos nya sama sekali walau kadang antara ojek motor dengan ojek mobil harganya lumayan berbeda jauh. Baginya, uang itu tidak berharga. Ia bisa memakai apa saja untuk keperluan apapun.
Biasalah, hidupnya sudah seperti sosialita saja. Dari mulai pakaian, makanan, kendaraan umum, dan skincare, ia pilih yang lebih mahal. Kalau ada yang mahal, kenapa pilih yang murah? Mungkin itu prinsip yang bisa menjelaskan gadis berusia 22 tahun itu.
Sesampainya ia tiba di depan kos, larinya terburu-buru sambil menaruh telapak tangan ke atas demi mencegah hujan menimpa kepalanya. Kamarnya ada di lantai 2, pintu pertama. Di sana ia tinggal dengan satu orang bernama Susi. Susi adalah gadis asal Kudus, ia merupakan mahasiswa di kampus yang Febi tempati pula. Tapi mereka beda fakultas. Kadang-kadang mereka pergi bersama untuk sekadar nongkrong di cafe atau makan bersama di gacoan. Tapi mereka jarang bersama kalau sedang mengerjakan tugas karena jurusannya yang berbeda jauh. Febi politik, dan Susi biologi.
Meski keduanya suka jalan-jalan dan nongkrong, Susi dan Febi tak melupakan kuliahnya. Mereka tetap rajin kalau urusan pendidikan. Tidak seperti orang-orang dengan gaya sosialita yang bisanya menghambur-hamburkan uang saja atas nama pendidikan. Mengelabuhi orang tuanya dengan alasan untuk beli keperluan ini itu. Padahal kenyataannya cuma untuk main-main saja. Sedangkan Febi dan Susi, sama sekali tidak seperti itu.
Beberapa bulan ketika Febi fokus mengerjakan skripsinya, Indonesia mendadak gempar dikabarkan berita virus covid-19 yang perlahan menyebar ke seluruh Indonesia hanya hitungan bulan saja. Sehingga saat itu kondisi ekonomi, sosial, dan lainnya ikut terpengaruh. Terutama di bidang ekonomi.
Febi tak bisa membohongi dirinya sendiri kalau dia mengalami stres yang berlebihan akibat pandemi ini. Ia yang suka jalan-jalan mendadak di kos saja adalah kutukan bagi dirinya. Febi benar-benar mengalami hal yang sulit saat itu.
Belum selesai menghadapi kesehatan mentalnya yang terganggu, terdengar kabar dari rumah kalau usaha meubel yang dirintis ayahnya sejak 5 tahun terakhir itu mengalami kebangkrutan.
"Feb, ayah minta maaf. Semester depan Ayah nggak bisa bayarin uang kuliahmu lagi. Kamu belajar cari kerja di situ yah," ucap ayahnya suatu ketika.
Febi benar-benar down menghadapi situasi seperti ini. Bagaimana mungkin ia bisa melewati semuanya?
Dia sudah stres karena urusan skripsinya yang bimbingan secara online, cara yang amat sangat tidak disukainya sehingga membuatnya stag, lalu hanya berdiam diri di kos seharian tanpa jalan-jalan keluar, kondisi mentalnya yang semakin hari semakin memburuk, dan sekarang ditambah dengan suruh mencari pekerjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyak Jalan Menuju Wisuda
ContoKumpulan cerpen perjuangan para mahasiswa dalam mengejar tugas akhirnya di perguruan tinggi. PERHATIAN!!! ⚠⚠⚠ Cerita ini bukan untuk menakut-nakuti atau mengintimidasi siapapun yang sedang menempuh pendidikan di luar sana. Tetapi cerita ini hanyala...