"Kamu ke mana saja toh Mba, semester segini baru ngajuin judul. Tuh liat adik-adik tingkatmu udah banyak yang sidang."
"Ngapunten ibu, njih ibu."
"Habis ini jangan menghilang lagi loh ya."
"Njih ibu."
Bu Susi kembali menyimak naskah pengajuan proposal milik Ani. Jantung Ani berdegup sangat kencang, perutnya tiba-tiba mual dan kepalanya mendadak pusing melihat ekspresi yang terpahat di wajah dosen pembimbing yang terkenal killer itu.
"Ini pra risetmu mana?"
"Pra riset nopo njih Bu?"
"Prariset. Sebelum kamu mengajukan judul ini kan harus ada latar belakang dan prariset nya dulu Mba."
"Oh ngoten njih Bu."
"Ini belum bisa saya acc judulnya. Kamu prariset dulu terus baru nanti ke saya lagi," ucap Bu Susi sambil menyerahkan beberapa lembar kertas yang sudah diikat dengan penjepit kertas kepada Ani.
"Maaf Ibu. Kalau boleh tahu pra riset itu yang seperti apa ya Bu? Dan bagaimana bentuknya?"
"Coba kamu tanya ke teman satu bimbingan kamu yang sudah di tahap proposal dan bab akhir."
Hampir sekali Ani menumpahkan kekeesalannya, namun terus ditahan.
"Njih Ibu. Matur Nuwun."
Setelah keluar dari ruangan, bahunya meluruh seketika. Entah harus berapa kali lagi judulnya ditolak.
Belum selesai memikirkan judul yang hampir setahun ia pikirkan, Ani harus berkecimpung dengan pikirannya lagi untuk menggarap pra riset. Sesuatu yang sangat asing baginya.
Sebenarnya bukan masalah teman/judul dan sejenisnya. Tiap kali Ani berusaha maju untuk bimbingan, dosen pembimbing nya selalu mengawali kata, "kamu ke mana saja toh Mba, semester segini baru ngajuin judul. Tuh liat adik-adik tingkatmu udah banyak yang sidang."
Itu sangat mematahkan semangatnya. Andai kata Ani tidak penakut, dengan kalimat seperti itu yang diterimanya tiap kali bimbingan pun mungkin takkan berpengaruh baginya.
"Gimana Ni tadi bimbingan nya?" tanya Novi sambil mengaduk-aduk nasi di magic com. Asap putih mengepul seisi ruang kamar kos nya.
Ani melemparkan kunci motor milik temannya itu dan melepas tas dengan lemas, "Belum di acc."
"Dih. Kok nggak di acc mulu."
"Iya katanya kurang prariset. Prariset apaan sih?"
"Wah. Kok aku nggak ada gitu-gituannya ya."
Ani menghela napas panjang.
Novi selalu tidak tahu jika ditanya masalah skripsi. Entah tentang prariset, mendeley, turnitin dan sebagai nya. Padahal dia sudah hampir bab 5. Maklumlah di kampus mereka regulasi per fakultas berbeda. Ada yang penting asal jadi, ada juga yang harus sempurna na na na. Mungkin fakultas dan jurusan Ani termasuk yang harus sempurna dan semua ada. Latar belakang harus lengkap, teori minimal dari dua pendapat, kerangka berpikir, daftar pustaka harus pakai mendeley, harus cek turnitin sebelum daftar sidang, ada seminar proposal dan lainnya.
"Coba tanya temen kamu yang satu jurusan."
"Gak ada."
"Ya tanya adik tingkat."
"Malu ah."
"Dih. Jaman sekarang masih melihara malu. Kamu gak lulus-lulus aja udah malu-malu in. Ngapain masih punya malu? Kalau punya malu harusnya kita udah lulus dari semester 8 dong. Haha," celetuk Novi asal nyeplos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyak Jalan Menuju Wisuda
ContoKumpulan cerpen perjuangan para mahasiswa dalam mengejar tugas akhirnya di perguruan tinggi. PERHATIAN!!! ⚠⚠⚠ Cerita ini bukan untuk menakut-nakuti atau mengintimidasi siapapun yang sedang menempuh pendidikan di luar sana. Tetapi cerita ini hanyala...