“Hai Gi selamat yah atas wisuda kamu,” sapa perempuan dalam balasan DM dari story ig nya yang berisi upload an foto wisuda kemarin.
Jantungnya berdebar begitu hebat ketika melihat nama yang tertera di bagian paling atas. Jemarinya langsung mengklik tulisan “lihat profil” wanita yang mengirim DM padanya itu. Matanya berjalan seiring jemarinya yang menscroll tiap postingan di sana. Kemudian kembali ke tampilan riwayat chat lagi. Yogi tidak bisa membalas pesan itu, pun dia juga tidak bisa mengacuhkannya. Apa yang harus dilakukannya sekarang?
********
Dalam riuhnya keramaian malam hari sebuah cafe di daerah Ngaliyan Semarang, Yogi sibuk menikmati secangkir kopi yang sudah dipesannya sejak 10 menit yang lalu. Bibirnya khusuk mencecap ujung gelas berwarna putih susu itu. Wajah kerasnya yang terpantul cahaya lampu dari atas dan samping membuat kulitnya sedikit terang hingga wajahnya yang hitam tidak begitu kelam.
Di seberang mejanya terdapat seorang cewek yang sedang duduk sambil sibuk membaca buku terbaru karya Viktor E. Vrankl. Kedua sejoli ini sedari tadi sibuk sendiri. Yang satu fokus pada buku yang sedang di bacanya, yang lainnya sibuk ditemani secangkir kopi dan rokok.
“Yang kamu kebiasaan banget sih ke mana-mana selalu bawa buku,” ucap Yogi kepada pacarnya setelah kopinya hampir habis.
“Kamu juga sibuk ngerokok sama ngopi terus,” jawab Arin tanpa meninggalkan pandangannya ke deretan kalimat dalam buku yang sedang dipegangnya itu.
“Aku bingung kamunya sibuk sendiri kayak gitu.”
“Kamu juga dari tadi nggak nanya apa-apa ke Aku,” Arin tak mau kalah.
Kali ini pandangannya beralih menatap cowok yang sudah dipacarinya selama dua tahun lebih itu.
“Harus Aku dulu yang nanya?”
“Ya iya lah.”
Hem, cewek memang selalu seperti itu. Sukanya ditanya dulu, gumam Yogi tanpa didengar Arin.
“Ya udah kamu maunya ditanya soal apa?”
“Kok malah balik tanya sih!”
Arin mulai kesal. Pasalnya, Yogi susah sekali untuk memahami perempuan. Jangankan memahami, untuk mengerti saja sulit. Padahal sudah dijelaskan berkali-kali sebelumnya. Arin jadi mbatin. Ternyata tidak semua orang bisa memahami setelah diberi pengertian. Memahami memang nggak butuh diajarkan, kalau orang mau memahami ya tinggal memahami saja. Itu skill inividu yang spesial, yang tidak semua orang bisa lakukan bahkan setelah mempelajarinya.
“Ya udah sekarang Aku aja yang tanya ke kamu,” ucap Arin sambil menutup bukunya kemudian diletakkannya di atas meja.
“Apa?”
“Skripsimu udah sampe mana?”
Sebuah pertanyaan yang sangat menjengkelkan bagi Yogi. Pacar yang ada dihadapannya seketika berubah menjelma dosen killer yang siap melumpuhkannya dengan beberapa pertanyaan.
“Hm.”
“Kok hm? Jawab dong.”
“Belum sampe mana-mana,” jawab Yogi sambil menyalakan batang rokok ke tiga kalinya.
“Kenapa belum apa-apa? Katanya kita mau wisuda bareng semester ini. Aku udah mau sempro loh Gi.”
Arin terlihat putus asa menagih pacarnya untuk segera mengerjakan skripsinya.
“Belum ada mood buat ngerjain. Jangankan ngerjain, judul aja belum ada,” jawab Yogi seraya mengepulkan asap ke udara.
“Makanya cepetan dikerjain. Aku belum cukup apa nyemangatin kamu terus selama ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Banyak Jalan Menuju Wisuda
Cerita PendekKumpulan cerpen perjuangan para mahasiswa dalam mengejar tugas akhirnya di perguruan tinggi. PERHATIAN!!! ⚠⚠⚠ Cerita ini bukan untuk menakut-nakuti atau mengintimidasi siapapun yang sedang menempuh pendidikan di luar sana. Tetapi cerita ini hanyala...