Sekolah hari ini biasa sama. Tidak ada yang baru. Aku berjalan pulang dengan memikirkan nasib nilaiku. Memang sih, nilaiku bagus tapi aku harus dapat rangking biar aku bisa membuktikan kalau aku tidak layak diberlakukan seenaknya oleh Veronica.
Sebenarnya aku tidak memiliki sahabat dari sekolah. Hanya ada 2 teman dekatku. Yang pertama adalah Miera Tanaki, biasanya dipanggil Mimi atau Tana. Yang kedua adalah William Rogers. Dia biasa kusapa dengan Roger. Roger hanya sebatas teman dekatku di kelompok belajar. Dia adalah anak laki-laki paling pintar diangkatan, tak heran jika banyak cewe yang menyukainya. Mereka adalah orang yang may berteman denganku, murid yang lainnya hanya menganggap aku sebagai kenalan saja.
Aku akhirnya sampai dirumah. Aku membuka pagar dan pintu rumah, lalu aku masuk ke rumah dan langsung masuk kamar. Di kamar aku banyak berbaring di kasur. Aku tidak ada tugas yang bisa kukerjakan. Pekerjaan rumah saja, sudah di selesaikan kak Robert sebelum Ia ke sekolah tadi. Biasanya kalau aku bosan aku menelfon temanku untuk datang ke rumahku.
Aku membuka kontak dan mencari kontak Eldna. Di later ponselku tertera nama "Eldna Wintchter" aku memencet nomornya. "Halo ?" Tanya suara di seberang telpon. "Eldna, bisa dateng gak ? Bosen nih."kataku. "Baiklah, aku akan tiba di rumahmu 30 menit lagi ya ?"
Jawab Eldna. "Oke. Kalo bisa ajak Justin ya ?" "Oke. Bye." Balas Eldna. Kumatikan telponku dan aku membuat makan siang.Deng...Dong... Bel rumah dibunyikan. Mereka sudah datang, Eldna dan Justin. Mereka berdua adalah anak dari asisten orang tuaku. Eldna adalah anak dari nyonya dan tuan Wintcher sedangkan Justin anak dari nyonya dan tuan Maxime Kami sering main bersama kalau orang tua kami sedang tugas. Eldna Wintcher dan Justin Maxime. "Hai" sapaku. Mereka masuk rumahku sambil membuka sepatu mereka. "Main di kamarku saja yuk." Ajakku. Mereka mengikutiku dari belakang. Aku membuka pintu kamar dan kami duduk di kasurku.
"Ada yang punya certita gak ?" Tanya Eldna. Sejenak kami diam. "Aku ada." Kata Justin. "Ini adalah cerita tentang buku ajaib tuan Wildenberg." Justin memulai ceritanya. "Jadi, konon, ada penyihir yang sangat hebat. Ia diancam oleh seorang penyihir jahat. Penyihir jahat itu ingin menjadi penyihir yang terhebat."cerita Justin "terus bagaimana ?" Tanya Eldna. "Tuan Wildenberg lalu memutuskan until mencari murid baru untuk melawan penyihir jahat itu. Dia mencari muridnya yang berasal dari bumi." "Bagaimana caranya ?" Tanyaku. "Sambar dong. Aku lagi cerita nih." Kata Justin. "Jadi, tuan Wildenberg akan mengirim 2 buku ajaib ke dunia. Siapapun yang mengambil buku itu akan Ia jadikan muridnya." Lanjut Justin. "Pasti bukunya indah sekali." Tebakku.
"Bukunya ajaib, jadi bisa berubah sesuai warna kesukaan orang yang sudah dipilih oleh tuan Wildenberg." Selesai Justin. "Ceritamu konyol sekali." Kata Eldna dengan tertawa. Aku hanya menyengir saja. "Terserahmu saja deh." Jawab Justin pasrah.
Kami melanjutkan ngobrol kami sampe jam 5 sore. Justin dan Eldna kemudian pulang. Setelah melambaikan pada mereka, aku menutup pintu rumah dan bergegas ke kamar. Aku lalu mengorek rak bukuku dan mengambil buku tulis baruku. "Apakan ini buku yang dimaksud Justin ?" Gumamku agak pelan sambil memegang buku itu. "Cerita Justin hanya boongan, tidak beneran." Kataku menghilangkan semua pikiranku tentang buku itu. Aku mengembalikan buku itu ke rak dan aku memejamkan mataku di kasur. Tak lama aku sudah terlelap tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizards of Moras
FantasyJadi cewe populer, cantik, disukain banyak cowok merupakan mimpi sebagian besar anak perempuan remaja jaman sekarang. Tapi tidak untuk Emily, dia tidak memiliki mimpi ataupun tujuan hidup. Kesehariariannya yang biasa di bully, membuat dirinya acuh t...