"Hai.. Maaf ya waktu itu aku main masuk aja." Kata gadis itu lembut.
"Ehh.."
"Eh... Kalian sudah ditunggu.. Ayo ikut aku."
Kami bertiga mengikuti gadis itu ke sebuah pohon yang dijadikan rumah
"Permisi...""Ah,.. Kalian sudah datang..." Kata seorang kakek kakek di dalam rumah itu.
Aku dan Eldna sali berpandangan."Hallo anak anak, namaku Tuan Wildenberg tapi kalian bisa memanggilku tuan Will." Sapa tuan Will ramah.
Aku memandang Eldna lalu beralih ke Justin yang mukanya sudah pucat..
"Nah anak anak, ini asistenku Jennifer" kata Tuan Will memperkenalkan Gadis itu.
"Kalian bisa memanggilku Jenni" Sela Jenni."Hmm... Jenni, sepertinya hari sudah mulai malam, sebaiknya kamu ambil tenda di gudang dan beristirahat." Jata Tuan Will.
"Baiklah." Kata Jenni yang langsung bergerak pergi.
Setelah mengambil Tenda, kami berempat (termasuk Jenni) meninggalkan tumah itu."Mau ke mana kita ?" Tanya Justin yang akhirnya berbicara.
"Tokich."
"Ehh.."
"Tokicg itu tempat terhangat untuk camping. Jadi kalian tidak kedinginan."
"Kita menginap ????" Eldna menyambar.
"Sudah terlalu malam untuk pulang. Lagipula kalian pasti lelah." Kata Jenni lalu berhenti di sebuah tempat.
"Kita sampai."
Tempatnya sungguh indah. Wanrna di langit sekitar tempat ini kelabu kemerah merahan dan benar, hangat sekali.
Setelah mendirikan tenda, Eldna dan Justin tertidur pulas. Aku tidak bisa tidur. Aku hanya berguling guling di sleeping bagku. Aku memutuskan keluar tenda. Bunyi jangkrik disekitar membuat malam terasa lebih nyaman.
Aku melihat Jenni sedang duduk di samping api unggun. Aku lalu menghampirinya.
"Tidak bisa tidur ?" Tanya Jenni.
"Iya. Kok kamu gak pulang ? Sudah malam loh"
"Kalo aku pulang siapa yang jaga kalian?""Kenapa kami ada dibsini ?" Tanyaku
"Begini Em, Ruangan yang gelap tidak selamanya gelap dan ruangan yang terang tidak selamanya terang. Bohlam lampu itu bisa rusak dan bisa diperbaiki juga." Kata Jenni lembut dan hangat."Aku tidak mengerti."
"Em, dunia kami yang damai ini tak selamanya damai. Begitupula dengan kejahatan yang sudah berlalu."
"Baiklah.. Aku akan mencoba untuk mengerti. Tapi apa hubungannya dengan kedatangan aku dan teman temanku." Tanyaku
"Ya kalo mau lampunya bener harus ada tukang listrik dong. Jadilah pembawa terang kemanapun kau berada walaupun kau berasa redup dah tidak bersinar." Kata Jenni.
Aku tidak menanggapinya. Aku terdiam dan melihat bintang dilangit.
Aku menguap dan pamit untuk tidur. Saat di depan tenda, aku mendengar Jenni berbicara.
"Oh ya Em.." Kata Jenni.
Aku menoleh."Tukang listrik harus punya banyak pengetahuan untuk membetulkan lampu." Katanya sambil tersenyum hangat kepadaku. Ku rasa senymannya lebih hangat dari tempat ini.
Aku tersenyum balik. Aku masuk tenda dan perlahan memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wizards of Moras
FantasyJadi cewe populer, cantik, disukain banyak cowok merupakan mimpi sebagian besar anak perempuan remaja jaman sekarang. Tapi tidak untuk Emily, dia tidak memiliki mimpi ataupun tujuan hidup. Kesehariariannya yang biasa di bully, membuat dirinya acuh t...