05

93 17 1
                                    

Hari ini jadwal kuliahku siang hari. Sama seperti Rosa. Pukul sembilan pagi ini, aku sedang membuka laptop dan memindahkan foto-fotoku bersamanya kemarin.

Setelah keributan yang kubuat di koridor kampus, akhirnya kami memutuskan ke basecamp.

Ya, rumah peninggalan nenekku.

Aku tak mengerti. Kota ini banyak wisata yang bagus. Melihat sunset dipantai atau dari atap gedung pusat perbelanjaan mungkin ?

Itu menyenangkan. Aku pernah melakukannya dengan adik perempuanku-Hannah. Kami pulang larut kala itu, dan ibu memarahiku habis-habisan saat tau adikku pergi tanpa jaket.

Lain kali aku akan mengajak Rosa melakukan itu juga. Ngomong-ngomong soal gadisku itu, kemarin yang dilakukannya hanya mengetik sesuatu yang bukan tugas. Aku sangat yakin untuk yang satu ini.

Dia terus tersenyum menatap layar gawai lipatnya kemarin. Ponselnya juga terhubung dengan ruang chat dengan Lecia. Apalagi yang membuat mereka bisa sedekat itu bahkan mengabaikan ku ?!

Sialnya, aku tidak bisa marah pada gadisku.

Oh iya, aku mencuri file tulisannya, ngomong-ngomong. Belum kubaca,mungkin nanti ? Apa ini tindak kriminal ? Kurasa tidak.

Aku hanya penasaran. Apa rasa penasaran seseorang adalah tindak kejahatan ?
Kalian bertanya apa tujuanku ? Ya, mari lihat saja kedepannya.

.

.

.

.

Aku berjalan menuju kelasku. Seperti biasa, 20 menit sebelum kelas dimulai aku sudah tiba di kampus. Ruangan ini kosong. Aku masih bebas mengambil bangku.

Barisan tengah yang strategis. Tidak terkena hilir angin dari pendingin udara yang menyala. Tidak ada pula tembok dikanan kiri. Aku bisa mendengarkan penjelasan dosen dengan baik. Semoga saja sesuai harapan.

Hujan kembali turun siang ini. Aku menatap keluar. Otakku memutar ucapan Rosa kemarin sore.

'aku nyesel Bay, nggak nikmatin hidup dari kemarin.'

Begitu katanya. Aku sendiri belum bisa mencernanya dengan baik hingga sekarang. Apa dia menyesal terlalu lama menutup diri ? Atau ada maksud lain ?

Dia berkata seperti itu seolah waktunya tak akan lama. Tunggu, memangnya dia akan kemana ? Dia masih muda, jika dipikir waktunya masih lama bukan ?

Apa Rosa berencana bunuh diri ? Itu bukan kata-kata terakhirnya kan ? Tolong siapapun katakan padaku jika itu bukan sebuah kode yang harus kupecahkan secepatnya. Karena....astaga, aku panik memikirkannya.

Aku tidak terlambat kan ? Aku tidak melewatkan sesuatu yang penting kan ?

Pikiranku hanya tertuju satu. Menghubungi Rosa secepatnya. Aku semakin tak karuan dari detik ke detik. Ya Tuhan, jangan buat aku melewatkan sesuatu.

"Bayu!" panggilan itu datang dari ambang pintu.

Lega bercampur lemas menjalari tubuhku tatkala sosok yang aku cari ada disana. Aku berdiri dan melangkah untuk memeluknya. Katakanlah aku pemuda cengeng, dan biarlah aku tidak akan menyangkal. Aku ketakutan. Aku menangis.

Aku tidak bisa bohong bahwa aku sayang padanya. Setakut itu untuk kehilangannya.

Ia terkejut sebab kini aku yang menangis sambil mengusap kepalanya. Masa bodoh dengan cctv ruangan, aku khawatir setengah mati!

"Kamu nangis, Bay ?" tanyanya. Aku merasakan punggungku juga dielus lembut.

"Hmmm.."

"Kalau ada masalah kamu bisa cerita. Bukannya kamu bilang itu fungsinya sahabat ?" nasehatnya kali ini.

Aku mengulur pelukanku. Cepat-cepat menghapus jejak air mata di pipi. Aku tersenyum karena melihat sorot matanya yang teduh. Ah, cantiknya.

"Sa, janji sama aku buat tetap bertahan walaupun dunia ini jahat ke kamu. Bilang ke aku, kalau kamu tetap bakal nyari aku seberat apapun masalahmu." pintaku sambil mengacungkan cari kelingking.

"Kamu kenapa sih Bay ? Aku jadi khawatir kalo kamu kaya gini."

"Janji dulu." desakku.

Ia menurut dan menautkan jari kelingkingnya pada milikku. Sedikit lega. Beban yang terasa menyesakkan itu perlahan pergi dariku. Tapi khawatir itu masih ada, aku khawatir Rosa lupa.

"Then ?" Ia masih menuntut penjelasan rupanya.

"...aku terlalu banyak overthingking. Semalem nemenin Hannah nonton drama Korea. Kisahnya ya tentang laki-laki sama perempuan yang sahabatan, tapi sad ending." kilahku.

Bohong kalau aku menemani Hannah. Adik perempuanku itu sedang sibuk belajar untuk ujian kenaikan kelas. Ayah mana mungkin memperbolehkannya menonton drama.

"Story writer sama sutradaranya hebat berarti, bisa bikin kamu kebawa sampe dunia nyata gini." ia terkikik meledekku.
Aku hanya mengangguk setuju.

"Kamu udah makan ?" tanyaku. Jangan sampai maagnya kambuh seperti tempo hari.

"Udah...pake ayam." jawaban yang menggemaskan. "...kamu sendiri ?" ia balik bertanya.

"Udah juga. Pake ayam." jawabku menirukannya.

Dia tertawa kecil, "ayam mulu sih Bay, nggak bosen ?" tanyanya.

"Kamu juga. Temenen mulu, nggak bosen ?"

"Hah apa ?!" dia menganga seolah tidak mendengarnya dengan jelas, padahal aku yakin dia tau.

"Gapapa, udah ketelen." jawabku.

"Dasar Bayu nggak jelas! Aku mau cari tempat duduk aja deh." dia melengos sambil membuang muka. Ya, begitulah dia jika sedang salah tingkah.

Kalau begini semangatku untuk lulus cumlaude semakin tinggi. Ya semoga, Tuhan memberiku pekerjaan setelah aku lulus. Dan aku bisa menikahi Rosa secepatnya, haha.

Ah, aku melantur.












.





.

Tapi tak masalah, tolong aminkan doaku juga ya!




Bersambung....

Karya Rosalia [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang