Ah, ramai sekali tempat ini.
Aku gugup berdiri disini sambil menghadap ke para tamu dan juga fotografer yang sibuk dengan pekerjaannya. Walaupun aku tak sendirian, tapi sungguh aku tidak bisa bohong kalau aku malu. Apa wajahku memerah ?
Ngomong-ngomong, aku bersama gadisku disini, iya, Rosalia. Kami baru saja bertunangan 5 menit yang lalu. Aku sering menggandeng tangannya, tapi hari ini aku gugup untuk memasangkan cincin dijari manisnya.
Kami bertukar cincin, seminggu setelah aku melamarnya. Rencana pernikahan kami, tinggal seminggu lagi. Cepat ? Haha, kurasa terlalu lama.
Ayah dan bundaku setuju, apalagi bocah perempuan yang menyandang status sebagai adikku. Dia yang paling semangat dan kini terharu dipojok sana.
Tadinya aku ingin langsung menikah saja. Mengingat data-data kami perlu waktu untuk di proses oleh negara, juga keperluan lainnya seperti gaun pengantin yang tidak bisa dikerjakan dalam waktu seminggu, aku mengalah.
Dua Minggu sudah waktu maksimal yang kuberikan.
Ayolah, memangnya siapa yang ingin menunda untuk menjadi suami dari gadis cantik, sopan, dan pandai ini ? Jelas bukan aku.
Orangtua kami cukup cepat untuk dekat. Apalagi ibu dan bunda punya kesukaan yang sama dibidang patiseri. Cocok sekali menjadi besan.
"Satu kali lagi,," fotografer berseru. Itu membuatku mengalihkan pandangan ke Rosa.
Ya Tuhan, dia cantik sekali. Kacamata yang sudah lama ingin aku buang itu benar-benar hilang. Setidaknya untuk seharian ini. Maniknya yang dilapisi kontak lensa biru itu sungguh membuatnya jutaan kali lebih cantik. Hahahaha.
Aku berlebihan? Biar saja, aku sedang memuji calon istriku.
"Masnya kuat buat gendong pasangannya ?" tanya fotografer itu padaku.
Aku mengangguki, "kuat kak!"
"Emmm, jangan kak. Aku berat." Rosa menggeleng menolak.
Aku tak memperdulikan ketidaksetujuannya, buru-buru aku mengangkatnya, kemudian berkata, "Bisa kok."
"Ih turunin, takut jatuh! Bayu...turunin, please.." dia merengek. Aduh gemas lagi aku.
"Pegangan makanya. Ini juga mumpung masih bisa. Kalo besok-besok keburu udah tua." jawabku.
"Oke, siap ya. Ditatap pasangannya." Interupsi sang fotografer pada kami. Aku patuh dan menatapnya. Alisnya tampak ragu untuk hal ini.
"Rosa, senyum dong nak!" seru ibu dari depan panggung.
Foto terakhir sudah diambil. Aku menurunkannya. Entah karena apa, ia langsung memegang bisepku dan memberinya pijatan lembut.
"Pegel banget pasti ?"
Aku tersenyum, "nggak apa-apa, dikit doang. kapan lagi kan ?"
"...kayanya aku besok mau pergi gym. Ototku lembek semua gara-gara dijejelin cokelat terus."
"Aku temenin." katanya.
"Iya. Tapi jangan capek-capek ya sayang. Inget kesehatan kamu lebih penting."
Dia mengangguk patuh. Hari ini,dia sudah mulai patuh padaku. Besok dan seterusnya aku harap akan terus begitu. Pun sama denganku, kuharap aku akan tetap bisa bertanggungjawab terhadap dirinya dan keluargaku.
Ya. Sudah sejauh ini rupanya. Satu langkah lagi dan semuanya akan terasa sempurna. Satu langkah lagi dan dia akan menjadi milikku. Rosalia hanya akan menjadi milik Bayu.
Terimakasih pada Tuhan karena telah menciptakan Rosa sebagai bagian dari hidupku. Menciptakan gadis ini untuk bisa aku nikmati senyumnya hingga akhir cerita kami nanti.
.....
Fin.Alhamdulillah, Karya Rosalia dinyatakan SELESAI.
Terimakasih sudah menyempatkan mampir dan membaca. Season 2 dengan judul 'Dia, Bayu' sudah di publish. Selamat membaca (◍•ᴗ•◍)❤
Sampai Jumpa di karya lainnya !!
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Rosalia [✓]
Short Story♠[S1] cukup ingat, apapun yang mereka katakan tentang karyamu. Aku tetap penggemar utamamu ©raihannisahayy 2022