Minggu 🐢

4 2 2
                                    

"Ya lo pikir aja sendiri, udah enak ada kontrakan gede gini malah di anggurin!"

Sudah sejak setengah jam tadi aku terus mengomel, dengan kedua tangan yang masih sibuk menyibak-nyibak gorden berdebu di kontrakan milik Mas Dion.

Memang gila ini orang, punya kontrakan gede, enak, adem, nyaman, malah di anggurin gitu aja dan lebih memilih untuk tinggal di kos-kosan yang ketika masuk hanya ada kasur single bad dan lemari baju ukuran kecil, sisanya kosong melompong tidak ada barang-barang lagi.

"Jauh Del, dari kos ke tempat gue kerja cuma lima menit jalan kaki kalo dari sini dua puluh menit naik motor. Males."

"Tapi, disini lebih enak tau! Lebih leluasa soalnya lega juga," aku mulai berjalan menuju dapur, meninggalkan Mas Dion yang masih sibuk membersihkan ruang tamu.

Di dapur milik Mas Dion yang sama sekali tidak terpakai ini aku melihat banyak sekali alat masak, lengkap. Mulai dari panci, penggorengan, teflon, bahkan teko elektrik pun ada.

"Ini beneran kontrakan apa rumah yang gak pernah di tempatin? Lengkap banget alat masak, sampe ada teko elektrik juga."

Mas Dion tertawa kecil, di pundaknya terselampir kain lap meja yang sudah terlihat kotor. "Ini rumah kontrakan, yang gue beli cuma buat istirahat nya Mama doang kalo main kesini."

"Heh! Beli? Beli rumah?"

"Iya, kenapa?"

Masih tanya kenapa? Hello!!! Beli rumah gak segampang beli seblak tulang level 5 ya. Meskipun rumahnya di pinggir kota sama sederhana juga kan pake duit itu kalo beli, setau aku rumah yang di jual itu paling kecil harganya seratus juta, dan seratus juta itu duit yang angka 0 nya banyak.

"Duit gaji elo cukup buat beli rumah? Nyicil apa gimana?"

"Cash Del, gue beli cash. Pokoknya gue kerja di mini market itu ya cuma gabut doang, tapi dari gabut itu malah suka."

"Berarti lo aslinya holkay dong ya?"

"Gak juga, yang banyak duit kan bokap sama nyokap," ucapnya sembari mulai membersihkan meja makan. "Gue niatnya mau hidup mandiri, tapi saking mandirinya ijazah S1 gue gak kepake gara-gara lebih nyaman jadi kasir mini market."

"Gila lo!"

🍉🍉🍉

Sepulang dari rumah yang katanya hanya sebatas tempat singgah milik Mas Dion Angkasa, si kasir Alfamidi yang ternyata dia holkay. Aku masih belum paham dengan pemikiran seorang Dion Angkasa.

Aku yang hidup ngepas berusaha, sekuat tenaga, jiwa dan raga agar bisa menjadi orang kaya, sedangkan dia pura-pura lupa kalau dirinya adalah orang kaya.

"Gila emang tuh orang, udah di kasih hidup enak eh malah milih buat hidup susah." Aku mendengus kesal, kenapa aku harus bertemu dengan orang yang memiliki pemikiran aneh seperti Dion?

Tapi ada untungnya juga si aku mengenal cowok itu, karena aku bisa sekalian belajar kalau apa-apa itu memang perlu ada yang namanya perjuangan. Tidak semuanya bisa instan, ada yang namanya proses dan itu sudah pasti melelahkan tapi akan terkalahkan rasa lelah itu dengan hasil yang memuaskan.

Contohnya Mas Dion, dia lahir dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya direktur utama PT. Jitu get yang berjalan di bidang industri makanan dan minuman.

Ibunya, memiliki flower shop yang begitu terkenal karena keindahan bunga-bunga yang di rangkainya.

Kalau aku si, tinggal uncang-uncang kaki di rumah sambil makanin semua stok makanan di dalam kulkas, tanpa mau repot-repot kerja sebagai kasir Alfamidi yang gajinya UMR di tambah sama potongan kerugian setiap bulannya.

"Lo ngapain lagi di kamar gue Ner?"

Nerissa Angelina, teman masa kecil yang tidak pernah bisa di pisahkan dariku. Katanya sih, kalau bukan aku siapa lagi temannya yang bisa di andalkan dalam segala hal.

"Anterin gue yuk!"

Aku menaikkan alisku sebelah, "kemana? Kalo ketemu Ariano si ayok!"

"Ariano terus!! Anterin gue ke tempat pengiriman paket," ucapnya sembari merebahkan seluruh tubuhnya ke atas kasurku.

Aku mendengus kesal, kenapa liburku begitu melelahkan?

"Ah, biasanya juga kurir yang ke rumah elo kenapa jadi elo yang nyamperin kurir? Males ah!"

"Ck, ayok dong! Ntar gue kasih susu uht stroberi deh."

Cukup menggiurkan, tapi tunggu dulu satu mana cukup ya kan? "Males ah!"

Aku ikut merebahkan tubuhku di atas kasur, tepat di samping Nerissa. Biasanya, kalau hari Minggu begini aku habiskan dengan bersantai di rumah, tidur, makan, tidur, makan, ya gitu-gitu aja seperti kata Shinchan "aku hanya berguling-guling di kamar."

Bagi aku, hari minggu adalah jatah satu-satunya hari yang perlu di manfaatkan dengan baik. Karena selain hari Minggu, hari apa lagi untuk kita bisa bersantai, rebahan, nonton Drakor, nge-fangirl, makan sepuasnya, minum sesukanya, tidur pun sesukanya.

Kebanyakan anak PT pasti gitu, memanfaatkan hari libur untuk mengistirahatkan tubuh, hati dan pikiran sebelum berperang kembali di lingkungan pabrik yang cukup menguji adrenalin.

"Ck, ayok dong Del! Gue jajanin seblak juga deh sekalian..."

Aku menggeleng pelan, terserah mau di sogok dengan apapun itu aku tetap tidak mau karena aku capek. Ya, capek karena sudah menjadi pembantu dadakan Mas Dion.

"Ah, gak asik banget si lo!"

"Dih, ya suka-suka dong!"

💌

Dion Angkasa

Online

Thanks untuk hari ini :)
Besok gue kasih mochi buat tanda terima kasih

Dih, gak usah kali

Gak apa-apa, Mama yang bikin tadi
Katanya sekalian buat lo juga yang udah mau bantuin gue beresin kontrakan

Rumah ya bukan kontrakan
Kalo kontrakan berarti lo nyewa!!

Iya, maksudnya rumah
Maaf

Hilih....

Hahaha
Read

🐊🐊🐊

Gak tahu, bab yang ini kayak macet banget imajinasi. Aku cuma bisa nulis 8 ratus kata gak sampe 1 ribu :)

Tapi tetap di usahakan untuk bab-bab selanjutnya agar bisa sampe ke 1 ribu atau lebih....

Dan, terima kasih untuk yang sudah baca...
Terima kasih banyak untuk yang sudah vote...
Terima kasih banyak banyak untuk yang sudah komentar....
Terakhir terima kasih banyak banyak banyak untuk yang sudah sher ke temen-temennya biar baca cerita ini, hihihihi


QMermaid

My CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang